Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bakar Tongkang Bagan Siapi-Api

4 Juni 2014   02:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyelengaraannya berlainan dengan Bakar Tongkang Bagan Siapi-api, di Taiwan diselenggarakan setiap 3 tahunan, yaitu pada tahun-tahun Sapi, Liong, Kambing dan Anjing. Bukannya pada Goh-cap-lak, tetapi pada bulan 9 Imlik yang tanggalnya ditentukan dengan melemparkan 2 keping kayu, yang berbentuk kacang mente warna merah, didepan altar dewa-dewa untuk menanyakan hari baiknya “Ong Chun Ki” tersebut.

Setelah ditetapkan hari baiknya, mulai mengumpulkan sumbangan dana dari masyarakat, dan secara gotong royong sebuah kapal kayu mewah dibuat ditempat pabrik kapal raja yang tertentu. Perayaan bakar kapal tersebut akan berlangsung selama 7 hari. Hari pertama dikatakan hari penyambutan Dewa Tuan Raja, dari hari kedua selama 4 hari berturut-turut akan mengarak-arakkan Dewa Tuan Raja keliling kota untuk masyarakat sepanjang jalan bersembahyang minta diberkati selamat, pada hari keenam kapal diperdiamkan dihalaman depan klenteng, dan pada hari ketujuh diarak kepantai untuk ditaburi kertas sembahyang mas (kim) yang biasanya menumpuk seperti bukit mengitarinya, dan pada petang hari yang telah ditetapkan itu diadakan upacara mengantar Dewa Tuan Raja yaitu pembakaran kapal secara meriah sebagaimana suasana di Bagan Siapi-api.

Sembahyang Kapal Raja di Donggang, Pingdong, Taiwan.

KETIGA:

Ritual bakar kapal adalah perayaan menghormati Ong Ya, sedangkan asal muasal legenda dewa raja-raja Ong Ya tersebut ternyata juga masih membingungkan, diantara beberapa versi yang telah bermunculan, hanya satu ini yang bisa dipercaya dan masih beredar dimasyarakat sekitar Xiamen dan Taiwan.

Menurut kepercayaan bahwa Dewa Tuan Raja, Ong Ya, semulanya adalah mahasiswa-mahasiswa jaman Dinasti Tang, maka mereka adalah orang Tang yaitu Tang-lang. Konon pada suatu pertempuran, Kaisar Tang Tai-zong Li Shi-min (598-649 AD) terkepung dalam kebahayaan, ada pengawalnya yang bernama Oen Hong memimpin 35 sesama mahasiswa lainnya menekadkan diri meraka untuk menolong sehingga Kaisar diamankan. Setelahnya, ke-36 mahasiswa tersebut masing-masing diberi gelar raja yaitu Ong Ya (layak sultan) dan mereka ditugaskan sebagai jaksa untuk berkeliling mengamati keamanan diwilayah negeri Tang. Pada suatu ketika sedang melakukan tugasnya diperairan Hokkian Selatan, kapal yang ditumpanginya tenggelam dalam kecelakaan sehingga semua Ong Ya tersebut tewas bersama. Pada saat itu dikatakan ada yang menyaksikan suatu cahaya cerah dari permukaan laut yang menuju kelangit, maka dianggap bahwa ke-36 Ong Ya telah menjadi dewa-dewa. Setelah Kaisar menerima kabar naas tersebut segera mengabadikan ke-36 Ong Ya tersebut masing-masing sebagai Dewa Tuan Raja, dan memerintahkan membuat satu kapal besar bernama “Oen Ong Chun” (kapal raja Oen) untuk memuat arca-arca mereka, gunanya untuk tetap mewakili Kaisar keliling mengamati keselamatan rakyatnya dan memburu kejahatan, “Tee Tian Sun Siu”. Selain itu diperintahkan bahwa pemerintah daerah dan rakyat setempat harus memberi sesajian dan hormat kepada para Dewa Tuan Raja dimana saja tibanya kapal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun