Para trainer pun dituntut mengajar dengan pola seperti itu karna situasi. Para organisasi pun jadi harus belajar terbiasa untuk mengelola metode pembelajaran seperti itu.
3.Konversi Materi Offline ke Online Training Habis-habisan.
Sejak sebelum pandemi, ada banyak materi training yang sangat inspiratif, berkesan ataupun dianggap sangat berdampak yang ternyata tidak bisa diajarkan online. Problemnya materi-materi ini umumnya memang dirancang untuk diajarkan secara offline atau tatap muka, untuk dampak maksimal.
Masalahnya, ketika pandemi terjadi, program semacam inipun dihentikan karena situasinya tak memungkinkan. Namun, makin lama, organisasi makin menginginkan (tepatnya "merindukan") agar program ini dijalankan kembali.
Bahkan, jika perlu dilakukan secara online, namun dengan dampak yang sama kuatnya. Dan situasi inilah yang sebenarnya, sejak pandemi di awal tahun 2021 telah mulai. Dan ekspektasi inipun masih akan terus berlanjut.
Intinya, muncul tuntutan program-program "keren" yang dilakukan secara offline bisa diubah menjadi online ataupun virtual juga.
4.Makin Terbiasa Coaching, Counseling, Mentoring & Consulting Online.
Dampak dari konversi virtual ke online, bukan hanya terjadi di dunia training dan edukasi. Bahkan, para panelis MWS Indonesia yang diskusi sepakat bahwa itu pun makin merembet ke pekerjaan lain yang mereka lakukan termasuk dalam hal coaching, konseling, mentoring bahkan consulting business secara online.
Para profesional di bidang ini, jadi makin sangat terbiasa. Intinya, ini berlaku baik pihak internal organisasi maupun ekternal partner yang menjalankan peran sebagai coach, mentor, terapis, ataupun konsultan. Baik dari sisi platform, metode maupun gaya interaksinya, para praktisi internal dan eksternal makin harus terbiasa.
Bahkan, baru-baru ini ada seorang hypnotherapist yang mengungkapkan salah satu hal yang membuat bisnisnya tetap bisa bertahan adalah karna ia mulai mengembangkan sesi hipnoterapi virtual bagi para kliennya.
Maka, dalam hal ini kuncinya adalah "membiasakan" dan "menyamankan" diri dengan pola interaksi yang biasanya dilakukan secara tatap muka diganti dengan ala virtual.