Mohon tunggu...
Ara
Ara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi

College Purposes

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Pengaruh Orangtua "Overwork" pada Anak Pertama

4 Juni 2024   01:36 Diperbarui: 8 Juni 2024   19:00 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era yang modern ini, tak jarang ditemukan orang tua yang mengalami tekanan kerja berlebihan atau biasa disebut dengan istilah overwork. 

Orang tua yang overwork seringkali kesusahan dalam memanajemen waktu dan peran mereka sebagai orang tua dan pekerja. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua dapat menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan dan tidak dicintai. 

Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup mungkin mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan interpersonal yang sehat dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. 

Teori Attachment oleh John Bowlby menjelaskan bahwa anak-anak membutuhkan ikatan emosional yang kuat dengan orang tua mereka untuk perkembangan emosional yang sehat. 

Hal ini memiliki dampak yang signifikan terhadap anak, terutama anak pertama yang seringkali berperan sebagai "kepala keluarga" sementara di saat kedua orang tuanya sibuk bekerja. 

Bahkan sebuah penelitian oleh YouGov menemukan bahwa sekitar 54 persen anak pertama mengungkapkan bahwa mereka lebih bertanggung jawab dari adik-adik mereka. 

Anak pertama sering kali harus mengurus adik-adiknya sejak kecil, tanggung jawab yang besar ini dapat memicu stres dan tekanan yang tinggi. Mereka merasa bertanggung jawab untuk mengasuh dan menjaga adik, membebani mereka secara emosional. 

Banyaknya beban secara emosional dapat mempengaruhi suatu peristiwa di kedepannya, seperti peristiwa Self Blaming, yaitu peristiwa yang mana seorang individu menyalahkan dan menghukum diri sendiri atas peristiwa traumatis atau kegagalan, meskipun sebenarnya di luar kendali mereka. 

Anak pertama yang terbiasa mengurus adik-adiknya mungkin merasa bahwa mereka harus tetap stabil dan mengendalikan situasi, bahkan ketika itu bukan tanggung jawab mereka. 

Peristiwa ini merupakan peristiwa yang crucial dalam mempengaruhi kesehatan mental anak. Anak yang terus-menerus menyalahkan diri jauh lebih berpotensi untuk memiliki gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.

Selain Self Blaming, dampak lain orang tua overwork kepada anak pertama adalah ambisi yang tinggi dan rasa haus akan validasi. Anak pertama yang tumbuh dalam lingkungan di mana orang tua mereka bekerja berlebihan seringkali memiliki ambisi tinggi dan merasa perlu membuktikan diri. 

Mereka mungkin secara sengaja melibatkan diri dalam berbagai kepanitiaan, organisasi, dan kegiatan lainnya untuk membuktikan kemampuan mereka. 

Keputusan melibatkan diri tersebut biasanya berkaitan dengan kepuasan pribadi yang didapatkan setelah bekerja, yaitu rasa berguna dan bermanfaat. 

Karena anak pertama terbiasa melihat orang tua mereka yang terlalu sibuk bekerja, anak dapat memiliki pemikiran bahwa mungkin dengan bekerja, mereka akan menjadi valuable. 

Tekanan untuk selalu berprestasi dan membantu orang lain dapat menyebabkan kepenatan dan stres yang mengganggu perkembangan dan kehidupan keseharian anak. 

Menurut Teori Self Determination, individu memiliki kebutuhan dasar akan otonomi, kompetensi, dan keterkaitan sosial. 

Anak yang terjebak dalam kegiatan tanpa cukup otonomi dan hanya berusaha memenuhi ekspektasi eksternal mungkin mengalami ketidakpuasan dan tekanan yang tinggi. 

Anak pertama yang selalu sibuk dan merasa perlu membantu orang lain mungkin mengaitkan kesibukan dengan keberhasilan dan kompetensi. 

Mereka merasa tidak kompeten dan tidak pantas dicintai jika tidak terlibat dalam banyak aktivitas. Perasaan ini dapat mengganggu harga diri dan kepuasan pribadi mereka. 

Menurut Teori Kepuasan Kerja, individu yang merasa bahwa pekerjaan atau kegiatan mereka bermakna dan sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka cenderung lebih puas dan sejahtera. 

Anak-anak yang tidak mendapatkan validasi dari kedua orang tuanya dari pencapaian mereka mungkin akan terus-menerus mencari validitas eksternal, yang berisiko mengurangi kesejahteraan psikologis mereka. 

Orang tua yang bekerja berlebihan mungkin secara tidak langsung menekan anak pertama untuk mencapai kesuksesan. 

Anak pertama merasa perlu memenuhi harapan orang tua dan membuktikan diri mereka. Tekanan ini dapat memicu perasaan cemas dan ketidakstabilan emosi, serta membuat anak merasa bahwa nilai diri mereka hanya bergantung pada pencapaian dan produktivitas mereka. 

Ini bisa mengakibatkan anak tersebut terus-menerus berusaha mencari kepuasan dan validasi diri melalui pencapaian eksternal tanpa memikirkan kapasitas dirinya baik secara fisik ataupun mental.

Referensi:

Harvard Gazette. (2023, September 20). How achievement pressure is crushing kids and what to do about it. Harvard University.

Mama Rempong. (n.d.). Fakta anak pertama: Benarkah lebih bertanggung jawab? Kumparan. 

Pijar Psikologi. (n.d.). Antara tuntutan dan harapan: Beban emosional seorang anak pertama. 

Psychiatry Times. (n.d.). Self-blaming and depression: Theory and technique. 

Psychology Today. (n.d.). Self-blame: The ultimate emotional abuse.

Zakiah, N. (n.d.). Riset dan fakta: Anak pertama. IDN Times.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun