Sebuah kalimat membuatku terpuruk
Menunjukkan betapa aku tak jauh dari kata buruk
Iri dan dengki menyelimuti hati
Siang dan malam hati berselimut duri
Kegelisahanku akan keberhasilan temanku
Keirianku akan kekayaan tetanggaku
Keinginanku akan apa yang dimiliki sahabatku
Menunjukkan padaku betapa hatiku telah beku
Bukan ustadzku yang membuatku tersadar
Bukan kiaiku yang membuatku bersabar
Bukan pula ilmuku yang membuatku tahu
Bahwa akhlakku tak pantas ditiru
Kemarin... di satu sudut dunia nyata
Seorang tua renta yang tak kaya
Baju lusuh, sarung keruh, dibawah pohon berteduh
berjalan tanpa tongkat hampir rubuh
Meskipun rapuh, Ia tak mengeluh
Meskipun papa, ia tak merana
Sebab ia merasa begitu dekat dengan Tuhannya
Yang selalu menjaga dan mencukupinya
Pak Tua itu menyadarkanku betapa dunia bukanlah tujuan
Dunia tidak pantas diperjuangkan mati-matian
Tapi hatikulah yang harus diluaskan
Syukurlah yang harus ditonjolkan
Sudah tak pantas lagi iri dan dengki
Semua makhluk sudah dibagi rezeki
Yang tebaik bagimu, belum tentu bagiku
Yang pantas bagiku, belum tentu bagimu
Bersyukurlah atas anugerah dariNya untukmu
Karena syukurlah yang melunakkan hatimu
Bersyukurlah atas apa yang kamu miliki
Karena syukurlah yang meluaskan hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H