Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Tata Kelola Perkotaan untuk Konsep "Walkable City"

28 Maret 2018   11:34 Diperbarui: 28 Maret 2018   11:39 1768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mencakup kontrol pembangunan, kerjasama pemerintah dan fiskal.

6. Urban Space and Hinterland Management

Meliputi government approachesdan development focus.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, sebuah kota yang berkelanjutan (sustainable city) haruslah inklusif. Maksud dari kata inklusif ini adalah, kota harus mampu mengakomodasi semua kebutuhan masyarakat dari berbagai lapisan yang tinggal di kota tersebut. Fokus dari opini saya kali ini adalah kota yang inklusif bagi pejalan kaki, atau dapat dikatakan sebagai walkable city.

Walkabilitysebuah kota dapat diukur dari seberapa ramah kota tersebut bagi pejalan kaki dan mengguna kendaraan non-bermotor. Menurut Jeff Speck dalam bukunya Walkable City(2012), Speck menyebutkan bahwa sebuah kota harus memiliki 4 kondisi ini untuk dapat dikatakan sebuah kota yang nyaman bagi pejalan kaki: useful(bermanfaat), safe(aman), comfortable(nyaman),dan interesting(menarik).

Keempat kondisi ini, menurut Speck, dapat dicapai melalui tahapan yang disebut dalam bukunya sebagai "10 Steps of Walkability" sebagai berikut:

1. Put cars in their place

Speck mengakui bahwa kendaraan bermotor akan selalu menjadi bagian dari pernak-pernik komunitas masyarakat. Ia berpendapat bahwa studi mengenai lalu lintas adalah suatu "omong kosong". Karena itulah, Speck dalam bukunya menyebutkan bahwa dia mendukung adanya congestion pricing.

2. Mix the uses

Menurut Speck, kota-kota diciptakan untuk menyatukan berbagai hal. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang memiliki beragam kegunaan dalam satu tempat secara signifikan lebih banyak terdapat pejalan kakinya daripada lingkungan yang tidak.

3. Get the parking right

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun