Mohon tunggu...
Anshar Aminullah
Anshar Aminullah Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat, Peneliti, Akademisi

Membaca dan Minum Kopi sambil memilih menjadi Pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagaimana Etnisitas dan Rasisme dalam Hubungannya Antara Globalisasi Dan Identitas Etnis

2 Februari 2024   09:38 Diperbarui: 30 Juli 2024   07:39 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : www.dp3a.semarangkota.go.id

Akan tetapi mereka adalah berasal dari berbagai kelompok etnik, dan biasanya mereka lebih suka beribadat di gereja yang anggota-anggotanya berasal dari latar belakang yang mirip dengan diri mereka sendiri (Paul B Horton – Chester L Hunt, 1999). 

    Di Amerika Serikat konsep mengenai etnisitas mengalami perubahan terutama menjelang akhir abad ke-20. Ketika rasialisme masih mendominasi kehidupan bangsa Amerika di dalam masyarakat dibedakan antara pengertian ras yang didominasi oleh WASP ( White Anglo-Saxon Protestant) dan selebihnya adalah etnik. Yang dimaksud dengan etnik adalah kelompok berkulit hitam yang dahulu disebut kelompok Negro yang asal-mulanya memasuki Amerika sebagai budak belian. 

Meskipun perjuangan persamaan ras telah dimulai sejak perang saudara pertengahan abad ke-19 namun praktik rasialisme terus saja berlangsung di dalam kehidupan Amerika. Di samping ras kulit hitam berdatangan pula imigran dari Asia seperti dari Jepang yang memasuki kepulauan Hawaii dan California, kelompok imigran Asia seperti Vietnam, Cina, dan sejumlah kecil dari Indonesia. Kelompok-kelompok etnis tersebut setelah memperoleh kewarganegaraan Amerika dewasa ini disebut Asian-American, African-American. 

Demikianlah mereka hanya mengenal satu warganegara ialah warganegara Amerika. Meskipun diakui di dalam praktik kehidupan sehari-hari masih terasa adanya perbedaan rasial meskipun berbagai undang-undang yang menentang rasialisme tersebut telah dikeluarkan. Terkenal perjuangan


  Etnisitas Di Dalam Era Globalisasi

    Apakah etnisitas memainkan peranan yang menentukan di dalam era globalisasi? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan “ya” dan “tidak.” Etnisitas dalam era globalisasi disebagian pakar menganggap semakin berkurang peranannya di dalam kehidupan bersama yang semakin menyatu. Batas-batas negara semakin menjadi renggang dan komunikasi antara manusia semakin cepat dan intens. Dunia berubah dengan cepat sehingga kemungkinan besar tidak ada lagi budaya yang dianggap dominan.

      Pertukaran antar budaya semakin mudah dan terbuka. Karena pendidikan dan komunikasi, hubungan antar manusia semakin erat dan menghilangkan berbagai jenis prejudice. Bisa-bisanya keanggotaan di dalam suatu etnis tertentu sekadar hanya sebagai lambang dan sukarela Dunia tanpa batas (Kenichi Ohmae), dunia yang rata ( Friedman) menunjukkan gejala-gejala melunturnya peranan etnisitas di dalam kehidupan global millenium ketiga. 

Di pihak lain etnisitas ternyata masih memegang peranan di dalam era globalisasi dewasa ini. Masyarakat yang terbuka oleh teknologi informasi telah melahirkan kesadaran individu dalam abag ke-21. Manusia mulai bertanya mengenai kedudukannya di dalam dunia yang berubah serba cepat, dia bertanya mengenai keberadaan dirinya sebagai seseorang yang mempunyai identitas dan makna Humanitas mulai muncul kembali dan salah satu ciri utama dari humanitas ialah memiliki identitas diri sendiri, memiliki kebudayaan yang menjadi kebanggaan dirinya. Timbullah keinginan untuk ingin diakui oleh orang lain karena mempunyai budaya sendiri dan bukan nilai-nilai global yang tanpa makna.

    Paham multikultural bertalian erat dengan etnisitas. Namun berbeda dengan konsep etnisitas pada masa lalu yang mempunyai tendensi melihat ke dalam (inward looking), multikulturalisme modern di dalam dunia yang terbuka dalam era globalisasi bersifat terbuka dan melihat ke luar (outward looking)

 Multikulturalisme yang outward looking berarti seseorang mempunyai kesadaran serta kebanggaan memiliki dan mengembangkan budaya komunitasnya sendiri namun demikian dia akan hidup berdampingan secara damai bahkan saling bekerjasama dan saling menghormati dengan tetangganya yang memiliki budaya yang lain. Multikulturalisme di dalam perkembangan etnisitas dewasa ini tentunya bukan lahir dengan sendirinya.; 

Kesadaran seseorang terhadap budayanya serta kebanggaan memilikinya di dalam ikatan dengan komunitasnya merupakan hasil dari perkembangan pribadi seseorang. Inilah yang dikenal sebagai pendidikan multikultural.
Etnisitas dan identitas budaya serta kepemilikan serta kebanggaan terhadap budaya sendiri dalam rangka kehidupan bersama pada suatu “political nation-state,” adalah sebentuk kehidupan negara yang modern dewasa ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun