Mohon tunggu...
Anselmus Puasa
Anselmus Puasa Mohon Tunggu... Dosen - nama panggilan Amos

Amos si penggemar film Kung Fu China

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Petahana Tak Selamanya Bertahan

10 November 2020   22:03 Diperbarui: 10 November 2020   23:39 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Walaupun perjuangannya tidaklah ringan dan mudah. Mengingat, para petahana, biasanya dari semua aspek, mereka siap dan diuntungkan. Terutama dari aspek finansial dan koneksial.

Sudah bukan rahasia lagi, bila petahana memakai orang-orang yang ada di birokrasi, sebagai mesin politiknya.  Meskipun, sudah ada regulasi, yang melarang ASN untuk terlibat dalam soal politik praktis. 

Akan tetapi, fakta berbicara lain, secara diam-diam, dan bahkan terang-terangan, orang-orang di birokrasi dari yang tertinggi sampai yang terendah, melakukan gerilya politik. Tentu saja, semua yang bekerja keras itu, akan diperhitungkan, ketika petahana masih terpilih, maka jabatan empuk pun menjadi bagian dari para gerilyawan tersebut.

Joe Biden, sebelum memenangkan pertarungan pilpres 2020, ia pernah mengalami kekalahan juga. Misalnya pada tahun 2008, ia kalah bersaing dengan Barac Obama, sehingga partai Demokrat, mengusung Obama. Tetapi, kekalahannya itu terobati dengan dipinangnya untuk menjadi wakil presiden mendampingi Obama. 

Baru pada tahun 2020 inilah, Joe Biden, akhirnya boleh maraih impiannya, yakni menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat. Demikian halnya, para pejuang yang berjuang untuk menjadi pemimpin daerah, jangan pernah gentar, jangan pernah ragu, dan jangan merasa kalah sebelum sampai pada waktunya. Jika para petahana adalah Goliath, maka sekuat dan sehebat apa pun Goliath itu, ia akhirnya dikalahkan oleh Daud yang kecil. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin. 

Belajar dari Joe

Secara serentak, pada 9 Desember 2020, ada 270 daerah yang akan memilih kepala daerah (gubernur, bupati dan wali kota). Seperti lasimnya, akan ada banyak daerah yang penyelesaiannya di tingkat Mahkama Konstitusi. 

Kita tidak tahu, apakah Donald Trump, belajar demokrasi dari Indonesia, ya; sehingga ia juga mau menyelesaikan persoalan pilpres lewat jalur hukum. Tetapi kita tidak perlu sewot dengan rencana Trump itu. Sebab di mata hukum, setiap warga negara, berhak mendapat layanan hukum.  

Menarik apa yang disampaikan oleh Joe Biden, pada pidato menyambut kemenangannya. Biden mengatakan bahwa, hentikan memberlakukan lawan sebagai musuh. Dan dia akan menjadi presiden pemersatu bangsa. Itu berarti, baik yang memilihnya maupun yang tidak memilihnya, semua adalah rakyatnya. Dan dia akan bekerja keras untuk semua itu. Karena itu, tugas pertama yang harus dilakukannya adalah memulihkan persatuan bangsa.

Kebesaran hati seorang pemimpin, mesti begitu. Fakta, banyak kepala daerah, saat terpilih, mereka pun melancarkan politik balas dendam. Lewat tim sukses, mereka pun menginventarisir orang-orang yang berbeda (lawan), yang ada di birokrasi, dan mulailah orang yang berbeda itu disingkirkan (non job) ataupun dimutasikan ke tempat-tempat terpencil. Perbedaan dipandang sebagai dosa yang tidak dapat diampuni, makanya selama ia menjabat (5 tahun), orang-orang yang dipandang sebagai lawan politik dan yang tidak mau bertobat, maka mereka akan menjalani masa-masa sulit selama 5 tahun.

Para calon pemimpin dan bahkan yang sedang menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang pemimpin di semua level pemerintahan, jangan pernah malu dan mau belajar dari apa yang telah ditunjukan oleh Joe Biden, di atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun