Janu memberitahu kepada Saga, kalau ternyata ayahnya itu sudah membicarakan ini kepada papa Mara juga, sebelum papanya itu berbicara kepadanya di meja makan, dan papa Mara setuju dengan perjodohan ini. Sebelumnya, papa Mara sedikit ada penyangkalan, tetapi karena merasa tak enak dengan Sahabatnya itu yang selalu bersedia menolongnya, papa Mara meng-iyakan ajakan perjodohan anak Sulung pak Utami dan putri Tunggalnya itu. Ia berpikir kalau Janu sama baiknya dengan Saga, jadi tidak ada masalah.
Mara kesal dan sedih setengah mati. Ia berpikir kalau Pernikahan itu bukan hanya berjanji di atas altar, tetapi juga selamanya bersama seseorang yang sudah dipilih.
"paaa! Ini tuh bukan zaman siti nurbaya." Ujar Mara dengan kesal
"Mara, kamu kan anak satu-satunya. Papa dan mama mau yang terbaik buat kamu. Lagipula Janu dan Saga kan juga sama saja? Mereka hanya beda wajah saja"
"intinya aku tidak mau. Aku bukan siti nurbaya, dan aku mau menikah dengan mas Saga. Lagipula kami sudah membicarakan hal ini dari jauh-jauh hari, kenapa tiba-tiba jadi berubah?!"
Mama Mara berusaha menenangkan putrinya itu. "tenang Mara, tenang yaa."
Sampai akhirnya netra Mara mengeluarkan air mata, tetapi hasilnya tetap sama, papa Mara akan tetap dengan pilihannya yang awal, menjodohkan Mara dengan Janu.
"Papa mama kan tahu kalau Mara sangat mencintai Mas Saga, tetapi kenapa... kenapa justru mas Janu yang papa mama pilih?"
"Janu yang terbaik buat kamu, Nak."
Mara kesal, Tahu dari mana papanya kalau Janu yang terbaik? Padahal papanya mengenal kedua nya dengan baik tetapi kenapa seakan-akan Saga manusia yang tak pantas untuk Mara.
Selama seminggu penuh Mara mencari cara agar perjodohan ini dibatalkan, tetapi sayangnya, semua tetap harus berjalan. Tulisan-tulisan yang ia Tulis menjadi sangat kacau, kisah indah yang harus ia tulis juga berakhir dengan akhir yang tak bahagia, seperti kehidupannya.