Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Artikel Utama

KTT G20, Indonesia Perlihatkan Wajah Dunianya

15 November 2022   22:49 Diperbarui: 16 November 2022   11:36 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, Selasa (8/11/2022), bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.(Dokumentasi/Sekretariat Presiden via kompas.com)

Jejeran pesawat yang membawa 17 kepala negara di Indonesia tengah terparkir di Bandara Udara Ngurah Rai Denpasar Bali. Dari yang terbesar hingga yang terkecil terparkir rapi sambil memperlihatkan moncongnya yang cukup besar. 

Bahkan untuk urusan memarkir pun pesawat pesawat ini seolah saling bersapa melalui penampilan yang elegan dan mewah. Setidaknya mewakili keangkuhan, kemewahan atau kesederhanaan negaranya.

Seperti pesawat Air Force One, pesawat istana presiden Amerika Serikat yang ditumpangi oleh Presiden Joe Biden, lalu Pesawat Air China yang mengangkut Presiden China Xi Jinping. 

Saling tampil gagah para pesawat pesawat ini berjejer. Tak mau kalah Code One tampil gagah yang menyerupai Air Force One adalah pesawat yang mengantar Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeul bersama istrinya Kim Kun-Hee terbang dari Korea Selatan lalu mampir di Bandara Ngura Rai Bali. Saat hendak mendarat Code One mengibarkan secara bersama bendera Korsel dan Indonesia. 

Diantara pesawat kepresidenan yang mendarat di Indonesia Code One merupakan pesawat yang dilengkapi sistem keamanan yang terbilang sangat canggih. 

Jejeran lain seperti Pesawat Republik Turkiye, Japan Force One, pesawat kepresidenan Rusia Ilyushin IL-96 300PU, pesawat Invitee Uni Emirat Arab serta deratan pesawat sewaan dari Airbus A350 yang membawa kepala negara lainnya. 

Dan yang paling mungil adalah pesawat Kepresiden RI yang kerap ditumpangi oleh Jokowi pada saat bepergian ke Luar Negeri, seperti saat menghadiri KTT ASEAN ke-40 di Kamboja. 

Dari Kamboja, Jokowi menggunakan pesawat Kepresidenan RI menuju Denpasar Bali bersama kepala negara lainnya.

Ini hanya salah satu gimik pada pertemuan KTT G20 yang tengah berlangsung di Denpasar Bali dari sejumlah sidebar menarik lainnya tentang pelaksanaan GT20 Indonesia. 

Pada persiapan jelang pembukaan G20, di tengah berdatangannya rombongan dan tim advance kepala negara yang tergabung dalam G20 siaran televisi asing pada pengantar siarannya mengulas terbitan Majalah Forbes yang memilih Indonesia sebagai negara paling indah di dunia. 

Siaran televisi ini menghadirkan dua perempuan cantik yang tak henti hentinya mengumbar senyuman indah laiknya mewakilkan setiap pulau yang Indah tentang Indonesia. 

Usai mengantarkan Indonesia sebagai negara terindah di dunia, kedua host ini menyapa reporternya yang sedang berada di Denpasar Bali untuk melaporkan secara langsung suasana di Nusa Dua Bali menjelang pembukaan KTT G20 2022.

Deretan pesawat pesawat presiden di Denpasar Bali, dan puluhan Kepala Negara non anggota G20, serta tamu undangan yang berasal dari berbagai belahan dunia seolah tidak memperlihatkan bahwa Indonesia pernah pula ikut merasakan pandemi Covid19, suatu masa yang meluluhlantakkan kehidupan dunia. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai neraka kecil di dunia. 

Saya bahkan kepikiran dan sulit membayangkan apakah suasana di Denpasar Bali itu yang tengah menghiasi televisi nasional serta televisi asing benar adanya? Apakah itu bukan sekadar ilusi atau semata mata hanya mimpi? 

Pada setiap timeline, reels atau FYP media sosial berbasis video pertamakali kita disuguhkan oleh visual amatir saat pesawat angkut C-17 Globemaster Angkatan Udara terbang rendah di udara Denpasar Bali lalu jelang sore kembali pesawat terbang serupa yang berasal dari Italia, Perancis, Inggris dan China berdatangan yang juga terbang rendah sebelum akhirnya mendarat di tanah air Indonesia. 

Pesawat pesawat ini mengangkut kendaraan, persenjataan, peralatan dan pasukan pengamanan yang akan mengawal kepala negara mereka selama mengikuti KTT G20 di Indonesia. 

Selang tiga hari kemudian, layar-layar media sosial mulai dihiasi oleh kedatangan kepala negara G20 beserta rombongannya. 

"Yang Mulia, Para Pemimpin, selamat pagi, hari ini saya nyatakan KTT G20 dibuka.

Selamat datang di Bali, selamat datang di Indonesia. Merupakan sebuah kehormatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT G20. Saya sangat paham, perlu upaya yang luar biasa agar kita dapat duduk bersama di ruangan ini.

Para pemimpin yang saya hormati.

Dunia sedang mengalami tantangan yang luar biasa. Krisis demi krisis terjadi. Pandemi COVID-19 belum usai, rivalitas terus menajam, perang terjadi. Dampak berbagai krisis tersebut terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan sangat dirasakan dunia, terutama negara berkembang." Ucapan Presiden Jokowi, mengawali pembukaan KTT G20 di hadapan para pemimpin dunia.

Saya melihat Presiden Jokowi sangat percaya diri, ia didampingi oleh dua menteri perempuan Indonesia. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. 

Sekitar 15 menit, Jokowi menyampaikan pidatonya dan beberapakali ia menyebut tamunya sebagai Yang Mulia. Ya wajar sih, sebab di hadapan Jokowi sederet pemimpin kelas dunia menatap serius wajah Jokowi. 

Presiden USA Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Presiden China Xi Jinping, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeul, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, Presiden Argentina Albert Fernandez, Perdana Menteri Australia Anthony Albanase, Perdana Menteri India Narenda Modi, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramophosa.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursola von der. Termasuk beberapa tamu negara dan kepala lembaga dunia seperti Presiden The Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa, Ketua World Economic Forum Prof Klaus Martin Schwab.

Presiden Islamic Development Bank (IsDB) Dr Muhammad Sulaiman Al Jasser, Direktur Jenderal International Labour Organization (ILO) Gilbert F Houngbo, Menteri Luar Negeri Mexico Marcelo Ebrard Casaubon, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dan Utusan Khusus Perdana Menteri sekaligus Komisaris Tinggi Fiji untuk Selandia Baru Ratu Inoke Kubuabola. Mereka tentu menyimak setiap kata dan kalimat yang terlontar dari Jokowi.

Memerhatikan wajah Presiden RI ke 7 ini kita tak melihat adanya guratan rasa kecanggungan sebagai pemimpin bangsa diantara deretan pemimpin negara maju termasuk di hadapan lima kepala negara pemilik hak veto di PBB yakni USA, Jerman, Prancis, Inggris dan China. 

Seandainya Presiden Rusia Vladilir Putin hadir, maka sempurnalah Jokowi sebagai kepala negara yang pertamakali di Indonesia berbicara di hadapan pemimpin yang mengatur dunia. Sebab perjalanan bangsa-bangsa di dunia masih dikendalikan oleh kelima pemimpin dunia itu.

Sebelum menonton tayangan langsung pembukaan KTT G20, saya sempat menyaksikan seri wawancara tentang Indonesia sebagai tuan rumah G20 melalui layar CNN yang menghadirkan Presiden Atlantic Council Frederick Kempe. 

Pria imigran Jerman berkebangsaan Amerika Serikat ini menyebut bahwa di tengah pandemi dan ancaman krisis global maka kehadiran Indonesia di pentas dunia sangat dinantikan oleh penduduk dunia dan bangsa bangsa lain.

Indonesia menurut pria berlatar belakang jurnalis tersebut bahkan percaya bahwa Indonesia sudah pantas untuk menjadi pemimpin global sebab Indonesia selalu berpikir tentang kolaborasi dunia secara global yang tidak menitikberatkan pada kepentingan negara nya sendiri. Kira-kira begitu intisari dari apa yang saya petik saat menyaksikan tayangan tersebut melalui CNN.

Seandainya KTT G20 berlangsung di tengah kondisi telah normal tanpa dunia pernah mendapat serangan Covid-19, maka mungkin saja KTT G20 tidak memiliki kekuatan moral seperti apa yang kita simak selama KTT G20 di Bali.

Dari KTT G20 setidaknya Indonesia menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Indonesia masih sanggup menggelar hajatan internasional yang tentu mengeluarkan biaya tak terhingga dari sejak pertamakali ditunjuknya Indonesia sebagai Presidensi G20 hingga persiapan yang tak mengenal lelah nan suntuk. 

Padahal bangsa ini juga tengah tertatih melewati badai Covid-19 dan ancaman krisis global. Tetapi sebagai tuan rumah G20 Indonesia menyampaikan pesan kepada dunia bahwa negara ini menjadi tuan rumah demi keberlangsungan kehidupan bangsa secara global, memikirkan seluruh penduduk dunia melalui isu yang sedang dibahas dalam KTT G20. 

Bukankah dari seluruh anggota G20 sebanyak 85 persen mendominasi outpot ekonomi dunia serta 75 persen perdagangan dunia. Bukan saja perihal ekonomi, tetapi meluas mencakup perubahan iklim, energi berkelanjutan, penampungan pajak internasional dan pajak multinasional. 

Presiden Jokowi bersama Presiden dan Kepala Negara G20 membahas isu terkini KTT G20. Foto: Twitter @Setkab 
Presiden Jokowi bersama Presiden dan Kepala Negara G20 membahas isu terkini KTT G20. Foto: Twitter @Setkab 

Khusus KTT G20 Bali, Presiden Jokowi ingin para kepala negara konsentrasi pada inisiatif kesehatan global, pemulihan ekonomi pasca pandemi dan mendorong pemanfaatan energi berkelanjutan. 

"Saya menantikan KTT pemimpin G20 dan akan menyoroti komitmen AS untuk bekerja dengan mitra dalam membangun ekonomi dunia yang berkelanjutan dan inklusif," harap Joe Biden, Presiden USA.

Betapa pentingnya KTT G20 Bali di banding KTT G20 lainnya yang sudah berlangsung sejak tahun 2008 di Amerika Serikat sebab saat ini dunia tengah menghadapi ancaman resesi global akibat perang dan pandemi Covid-19. 

Oleh karena itulah dapat dipahami bahwa di Indonesia pemimpin dunia tengah berpikir dan mendiskusikan masa depan dua pertiga penduduk dunia.

Pada kesempatan pidato membuka KTT G20, Negara Indonesia sebut Jokowi telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani perbedaan yang sangat dalam, yang sangat lebar. 

"Namun, keberhasilan hanya akan dapat tercapai jika kita semua, tanpa terkecuali, berkomitmen, bekerja keras, menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret, sesuatu yang bermanfaat bagi dunia" kata Jokowi.

Hal itu tak sulit terutama menyisihkan perbedaan perbedaan. Sebab Jokowi yakin, Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, serta lebih dari 700 bahasa daerah, demokrasi berjalan  dari tataran tingkat desa, pemilihan kepala desa, sampai tataran negara, pemilihan presiden, gubernur, bupati, dan wali kota di mana Indonesia sanggup keluar dari perbedaan perbedaan itu.

Artinya negeri ini telah berpengalaman keluar dari krisis perbedaan pandangan dan konflik sekalipun "Pentingnya dialog untuk mempertemukan perbedaan, dan semangat yang sama harus ditunjukkan G20". 

Sementara pada tataran nasional, Indonesia telah mempraktekan gaya demokrasi yang baru, merangkul lawan yang berbeda pada pesta demokrasi kemudian mengajaknya satu gerbong dalam membangun bangsa Indonesia ke depan. 

Saya tak bisa membayangkan, andai dua kekuatan ini tak bergabung pasca Pilpres 2019? Kala pandemi Covid-19 melanda serta ancaman krisis global?

Benar kata Presiden Atlantic Council Frederick Kempe, "Saatnya Indonesia memimpin masyarakat global". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun