Saya melihat Presiden Jokowi sangat percaya diri, ia didampingi oleh dua menteri perempuan Indonesia. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.Â
Sekitar 15 menit, Jokowi menyampaikan pidatonya dan beberapakali ia menyebut tamunya sebagai Yang Mulia. Ya wajar sih, sebab di hadapan Jokowi sederet pemimpin kelas dunia menatap serius wajah Jokowi.Â
Presiden USA Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Presiden China Xi Jinping, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeul, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, Presiden Argentina Albert Fernandez, Perdana Menteri Australia Anthony Albanase, Perdana Menteri India Narenda Modi, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramophosa.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursola von der. Termasuk beberapa tamu negara dan kepala lembaga dunia seperti Presiden The Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa, Ketua World Economic Forum Prof Klaus Martin Schwab.
Presiden Islamic Development Bank (IsDB) Dr Muhammad Sulaiman Al Jasser, Direktur Jenderal International Labour Organization (ILO) Gilbert F Houngbo, Menteri Luar Negeri Mexico Marcelo Ebrard Casaubon, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dan Utusan Khusus Perdana Menteri sekaligus Komisaris Tinggi Fiji untuk Selandia Baru Ratu Inoke Kubuabola. Mereka tentu menyimak setiap kata dan kalimat yang terlontar dari Jokowi.
Memerhatikan wajah Presiden RI ke 7 ini kita tak melihat adanya guratan rasa kecanggungan sebagai pemimpin bangsa diantara deretan pemimpin negara maju termasuk di hadapan lima kepala negara pemilik hak veto di PBB yakni USA, Jerman, Prancis, Inggris dan China.Â
Seandainya Presiden Rusia Vladilir Putin hadir, maka sempurnalah Jokowi sebagai kepala negara yang pertamakali di Indonesia berbicara di hadapan pemimpin yang mengatur dunia. Sebab perjalanan bangsa-bangsa di dunia masih dikendalikan oleh kelima pemimpin dunia itu.
Sebelum menonton tayangan langsung pembukaan KTT G20, saya sempat menyaksikan seri wawancara tentang Indonesia sebagai tuan rumah G20 melalui layar CNN yang menghadirkan Presiden Atlantic Council Frederick Kempe.Â
Pria imigran Jerman berkebangsaan Amerika Serikat ini menyebut bahwa di tengah pandemi dan ancaman krisis global maka kehadiran Indonesia di pentas dunia sangat dinantikan oleh penduduk dunia dan bangsa bangsa lain.
Indonesia menurut pria berlatar belakang jurnalis tersebut bahkan percaya bahwa Indonesia sudah pantas untuk menjadi pemimpin global sebab Indonesia selalu berpikir tentang kolaborasi dunia secara global yang tidak menitikberatkan pada kepentingan negara nya sendiri. Kira-kira begitu intisari dari apa yang saya petik saat menyaksikan tayangan tersebut melalui CNN.
Seandainya KTT G20 berlangsung di tengah kondisi telah normal tanpa dunia pernah mendapat serangan Covid-19, maka mungkin saja KTT G20 tidak memiliki kekuatan moral seperti apa yang kita simak selama KTT G20 di Bali.