Jika TVRI tak melakukan pembenahan secara internal, melakukan reformasi pada tubuh TVRI, manajemen, Sumber Daya Manusia, program maka saya yakin TVRI Â tak akan sanggup mengikuti ritme perjalanan zaman ini.Â
Pemerintah sebagai owner TVRI sudah saatnya  menekan  TVRI agar melakukan pembenahan secara menyeluruh bukan sekedar mengganti direksi, mengganti dewan pengawas atau membeli program.
Tentang Program
Mantan Direktur Utama Helmy Yahya berdalih, saat eranya membeli tayangan Liga Inggris adalah dalih untuk menarik kembali penonton Indonesia. Liga Inggris akan dijadikan sebagai "killer content" atau menyebutnya Monster Content  agar penonton mampir di stasiun TVRI.Â
Jika TVRI menjadikan Liga Inggris sebagai "killer content" sekali lagi saya menyebut sebagai hal yang keliru dengan menghabiskan anggaran ratusan milyar rupiah. Â
Sebab saya yakin, terdapat tenaga profesional atau production House di Indonesia yang sanggup menciptakan program "killer content" seperti yang Helmy Yahya maksud.Â
Sebab sejumlah televisi swasta di Indonesia sukses melahirkan program "killer content" tanpa melibatkan pihak asing. Mata Najwa, Bukan Hitam Putih, Extravaganza, Indonesia Lawyers Club, Seputar Indonesia, Liputan6 SCTV, Â Patroli, Dandim Academi Indonesia, Liga Dangdut, Kontes Dangdut serta sederet program lainnya yang sukses menarik para pemirsa ke stasiun televisi tersebut.
Tak terlambat bagi TVRI dan pemerintah untuk memulai konsep perubahan yang baru, warna baru bagi stasiun milik pemerintah. Â Kita tunggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H