Wush…Wush... Angin berteriak sangat kencang. Pohon-pohon tampak menari-nari mengikuti nyanyian angin. Hampir saja angin merobohkan pohon disamping rumah Momo yang begitu mungil.
“Dasar angin tak tau diri, pergi kau dari sini”. Teriak Momo.
Angin pun tak menuruti perintah Momo, dan semakin kencanglah angin menabrak tubuh momo yang kekar, hampirlah momo jatuh. Momo tampak ketakutan melihat angin yang begitu kencang dan berlarilah dia memasuki rumah.
“Anakku, ayo cepat kita pergi. Hutan ini sudah tak aman lagi”. Perintah Ayah Momo.
Ayah dan anak itu pun bergegas meninggalkan rumah. Atap rumah berjatuhan dan Ayah Momo mengaung kesakitan.
“Ayah… “. Teriak momo.
“Cepatlah pergi anakku”. Kata ayah Momo kesakitan
“Tapi ayah?”. Kata momo bingung.
“Sudahlah, ayo cepat lari. Nasib hutan ini ada ditanganmu”. Pinta Ayah Momo.
Momo pun berlari sekencang-kencangnya bersama penghuni hutan yang lain. Dia pun terjatuh pada sebuah lubang. Berkali-kali dia mencoba berdiri tapi usahanya selalu sia-sia.
“Tolong… Tolong aku..”. teriak Momo