“Mohon maaf karena ada beberapa kendala, kita belum dapat melakukan visit ke ITDC Mandalika”, ucap Ketua DPP Himpi Lombok.
Sekejap aku dan Cal langsung bertatapan dan saling mengerti apa yang kita maksud, “Gimanaaa iniii? Masih ada ga tiketnyaa? WTS kah WTS?” bergumam dalam hati kami. Setelah sambutan selesai, kami langsung hunting WTS-an tiket MotoGP di twitter, tetapi sulit menemukan yang pas. Antara serem karena tidak mau COD, atau malahan cuma tersedia satu tiket saja. Namun, aku agak sedikit heran karena harga jual tiket terlalu beragam, mulai dari murah banget hingga diatas harga normal juga ada.
Akhirnya, kami memutuskan untuk membeli tiket di website resmi MotoGP Mandalika, walaupun tiket sudah banyak yang habis karena sudah H-1 pertandingan. Aku dan Cal tanpa berpikir panjang langsung ingin membeli tiketnya. Lalu, Con dan satu teman kami bernama Sevina FoMo untuk ikut nonton. Kami pun membeli tiket di Zona C dengan niat agar dapet banyak cornering. Karena keterbatasan waktu, maka kita hanya membeli tiket pada hari kedua pertandingan MotoGP. Sebenarnya, mau banget nonton finnal race-nya di day 3, tetapi waktu dan flight yang tidak memungkinkan, yasudah lah yaa day 2 juga dapat Tissot Sprint.
Pantai Kuta Mandalika: Keindahan yang Berselisih dengan Tantangan Wisata
Setelah melewati berbagai kegiatan, di hari pertama pertandingan MotoGp, kami dan rekan-rekan bisnis trip mengunjungi Pantai Kuta Mandalika. Karena regulasi yang ketat dan penutupan jalan ke arah sirkuit saat pelaksanaan MotoGP, kami baru bisa menuju pantai saat sore hari. Disana sangat ramai rombongan bis yang datang untuk menonton MotoGP. Sesampai disana, aku menyewa sepeda listrik untuk berkeliling Mandalika yang dibandrol dengan harga 50rb/jam. Sebenarnya masih worth it sih, tetapi ternyata temanku bisa dapat harga kebih murah, hanya 25rb/jam! Yahh, buru-buru sih jadi kena trap deh...
Bukit Merese: Hidden Gem Nonton MotoGP Mandalika
Gabut karena telah memutari kawasan Pantai Mandalika lebih dari 5 kali. Akupun kepo untuk mendaki bukit yang dapat melihat view sirkuit dari atas, yaitu Merese! Karena sudah seperti anak ilang, aku mencari tour guide tripku dan memintanya untuk mengantarku ke bukit tersebut. Akhirnya kami pun berangkat ke Bukit Merese dengan sepeda listrik! Perjalanannya sebenarnya tidak jauh, tetapi memang belum ada petunjuk arah kesana dan jalannya juga masih melewati jalan tanah dan batuan. Akhirnya, kami masuk ke dalam kawasan wisata yang dikelola oleh masyarakat lokal dengan biaya retribusi 10rb rupiah/orang. Sesampai di parkiran Merese, kami trekking kurang lebih 10 menit untuk sampai puncaknya.