Ilmu parenting yang dapat diambil dari novel ini yaitu, mengajarkan hal-hal yang menurut masyarakat tidak perlu diajarkan pada anak-anak, seperti kebebasan berpendapat, menjelaskan kalimat asing dengan cara yang baik, dan mengajarkan nilai-nilai moral pada anak-anak. Contohnya percakapan antara Atticus dan Jack---adik Atticus---.
Paman Jack bergumam, "...dia bertanya wanita jalang itu apa ...."
"Apa kau memberitahunya?"
"Tidak, aku bercerita tentang Lord Melbourne."
"Jack! Kalau seorang anak bertanya sesuatu, jawablah, demi Tuhan. Jangan berlebihan. Anak-anak adalah anak-anak, tetapi mereka tahu kalau kau menghindar, mereka tahu lebih cepat daripada orang dewasa, dan menghindar hanya akan membingungkan mereka....""...Tidak, kau mendapatkan pengetahuan yang benar sore ini, tetapi dengan alasan yang salah. Bahasa yang buruk adalah tahap yang dilalui semua anak, dan akan berakhir dengan sendirinya, ketika mereka mengerti bahwa mereka tak akan mendapat perhatian dengan cara itu...." Renung ayahku---Atticus---.
Selain memenangi Pulitzer Prize, menjadi bahan bacaan disekolah Amerika, dan diadaptasi ke dalam film pemenang Academy Awards. To Kill a Mockingbird mengajarkan kita untuk tidak asal berprasangka, bagaimana prasangka tidak hanya merugikan juga berbahaya. Tidak pernah ada kebenaran dalam prasangka. Jikapun ada, kebenaran dalam prasangka sangatlah rapuh. Seperti yang Atticus katakan kepada Scout,Â
"Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya ... hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya."
Dari novel ini, kita dapat melihat ketimpangan sosial yang terjadi akibat rasisme di Amerika. Ketika Atticus harus membela seorang kulit hitam atau Negro dalam sidang, dan keputusannya untuk menerima penunjukan dari hakim ini mengundang kontroversi oleh warga kulit putih di Maycomb---wilayah Keluarga Finch tinggal---.Â
Menurut sebagian besar warga, seharusnya Atticus membela yang satu ras dengannya, dalam situasi masyarakat yang tidak dapat menerima kemenangan dari pihak kulit hitam walaupun mereka salah. Namun, Atticus digambarkan sebagai sosok yang teguh pendirian, idealis, dan setia pada prinsip.
 Harper Lee menekankan mengenai rasa kemanusiaan yang kadang luput dari manusia itu sendiri. Namun, dia juga tidak menyalahkan manusia tersebut, sebab selalu ada latar belakang dari pemikiran mereka. Entah dibentuk dari tradisi turun-temurun, rendahnya tingkat pendidikan, ataupun dangkalnya pemikiran.