Mohon tunggu...
Annisa Salsa Belvi Virgiana
Annisa Salsa Belvi Virgiana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

S1 Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

BENTUK PELAKSANAAN LAYANAN RESPONSIF DALAM MANAJEMENT BK UNTUK PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI GANGGUAN BELAJAR

18 Desember 2022   00:40 Diperbarui: 18 Desember 2022   04:07 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Dinda Destian Dwi Saputri1, Annisa Salsa Belvi Virgiana2

dinda.21005@mhs.unesa.ac.id1, anisa.21017@mhs.unesa.ac.id2

1S1 Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Surabaya, 60213, Indonesia

Ibu Dra. Titin Indah Pratiwi M.Pd

ABSTRAK

Layanan bimbingan dan konseling sekolah bertujuan untuk menolong anak didik mengoptimalkan kehidupan individu, kehidupan kemasyarakatan (sosial), kegiatan menuntut ilmu, serta perancangan dan peningkatan karir mereka. Dengan pengelolaan layanan Bimbingan dan Konseling yang baik, diharapkan tercapai ketepatan dan keberhasilan dalam pelaksanaan tindakan Bimbingan dan Konseling pada bagan pendidikan. Untuk mendukung terlaksananya pembinaan kepribadian yang sebanding dengan visi dan misi sekolah, perlu dilakukan kegiatan manajerial. Pengelolaan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter di dunia pendidikan. Dengan begitu peran Bimbingan dan Konseling dalam memaksimalkan perolehan wujud pendidikan mampu terlaksana dengan baik. Bimbingan Konseling dengan manajemen sangat erat kaitannya, karena pelaksanaan kegiatan konseling dan konseling di sekolah tentunya memerlukan kepemimpinan dalam arti pengorganisasian yang baik dan pelaksanaan praktis. Selain itu, terdapat beberapa jenis layanan dalam proses orientasi dan konsultasi, seperti:
(1) Layanan Dasar, (2) Layanan Responsif, (3) Personalisasi, dan (4) Layanan Dukungan Sistem. Ketika menghadapi kesulitan belajar siswa, layanan responsif cocok untuk menangani masalah individu untuk menemukan dan memecahkan masalah yang dialami melalui nasihat langsung, sehingga mentee atau siswa dapat berkembang secara optimal.

A. LATAR BELAKANG

      Dalam perjalanan perkembangannya, seorang individu pasti pernah mengalami berbagai hal sebagai contoh masalah yang dapat menimbulkan hasil yang dapat digambarkan sebagai kegagalan dan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan atau memecahkan suatu masalah. Jadi sebagai contoh, sebagai seorang siswa yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan pendidikannya, maka pasti lebih banyak pertanyaan atau masalah yang mereka hadapi dalam perkembangan individu. Dalam hal ini, tidak semua siswa menghadapi masa-masa sulit atau masalah yang terus mengganggu kehidupannya dengan baik. Terkadang sebagian siswa merasa tidak mampu menyelesaikan permasalahannya dan enggan mencari solusi dari permasalahan tersebut, sehingga siswa menjadi individu yang malas sehingga dapat mengalami pengembangan diri yang dapat disebut suboptimal. Urusan yang berangkaian sembari rangkaian pribadi siswa, kontras insan tertuang pada poin-poin berikut : kecakapan, keahlian, hasil belajar, kesanggupan, perilaku, tradisi, wawasan, personalitas, harapan atau cita -- cita, keinginan dan ketertarikan, keperluan cinta pada personalitas, rasa hormat yang sama, mengenal, mencapai dan memperoleh status, orang lain yang diperlukan, rasa memiliki kelompok, menganggap aman, mengetahui dan melindungi diri sendiri demi mencapai kemandirian, kemampuan beradaptasi dan perilaku dan kesulitan belajar.

     Permasalahan siswa misalnya sering mengalami kesulitan atau gangguan dalam belajar. Adanya gangguan belajar sampai dengan gangguan pemahaman materi selama proses belajar mengajar di kelas menyebabkan siswa malas serta tidak mau mendengarkan atau memahami pelajaran yang diberikan. Hal ini sangat disayangkan dan tidak optimal bagi perkembangan siswa. Maka dalam hal ini sangat penting untuk mendapatkan motivasi yang dapat membangkitkan minat siswa dan mencari jalan keluar dari ketidakmampuan belajar siswa. Bimbingan dan Konseling memanifestasikan kapasitas penting dari strata pendidikan, karena peran Bimbingan dan Konseling dalam kegiatan pendidikan sangat erat kaitannya dengan tumbuh kembang optimal peserta didik. Dari sini terlihat bahwa strategi Bimbingan dan Konseling berjalan optimal dan menyeluruh, ketika sekolah, pengawas BK/guru dan orang tua bersama-sama menciptakan lingkungan yang memberikan kegembiraan siswa dalam belajar dan kemajuan belajar. Dalam keadaan yang seperti ini bisa dikatakan bahwa Bimbingan dan Konseling berisi tentang penyelenggaraan pelayanan terdiri dari 4 komponen dasar, dimana keempat unsur dasar tersebut adalah : (1) Layanan Dasar, (2) Layanan Responsif, (3) Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual, dan (4) Dukungan Sistem. Salah satu siasat Bimbingan dan Konseling yang dapat menjawab permasalahan individu adalah layanan responsif, dimana layanan responsif ialah unsur pertolongan dari program Bimbingan dan Konseling bersifat Komprehensif. Pelayanan responsif di sini adalah suatu bentuk pemberian pelayanan dukungan kepada konsultan yang sedang berjuang atau berada dalam situasi yang memprioritaskan bantuan atau dukungan langsung, sebab apabila bantuan tak diberikan mereka akan kesulitan menyelesaikan tugas - tugas perkembangannya.

B. MATERI DAN METODE

      Sumber data penelitian yang digunakan penulis adalah metode tertulis serta literatur yang bersumber dari jurnal online, serta buku online (e-book) dan buku fisik, yang berisi materi tentang bentuk pelayanan responsif, manajemen BK, dan penyebab dan masalah belajar, gangguan yang dialami siswa di sekolah. 

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

     1. Layanan Responsif

     Bimbingan dan Konseling yaitu penggalan penting pokok pengelolaan pengetahuan, dengan Bimbingan dan Konseling itu sendiri memberikan atau merujuk bantuan kepada siswa/klien untuk meningkatkan dan melengkapi kebutuhan yang teridentifikasi di tingkat sekolah serta pengembangan kualitas pembelajaran. Bimbingan dan Konseling ini intens dalam mencari serta mengusahakan secara maksimal dan optimal untuk mengembangkan potensi siswa yang ada dan dapat dikembangkan melalui pemberian dan dorongan Bimbingan dan Konseling bagi pelajar. Bimbingan dan Konseling juga memfasilitasi kebutuhan peserta didiknya yang saat ini dianggap penting, sehingga siswa dapat memecahkan masalah mendesak dan menerima pertolongan pertama, yang langsung diserahkan ke tangan pengawas dan pengawas/pengajar. Tujuan Layanan Responsif itu sendiri juga dapat diartikan atau konkrit sebagai intervensi dalam masalah/kekhawatiran yang muncul atau sedang dialami di kalangan siswa, mulai dari masalah sosial, pembelajaran atau karir bagi individu siswa hingga masalah pengembangan pribadi. Guru harus memberikan pelayanan yang maksimal untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam perkembangan siswa. Penyediaan layanan berbasis kebutuhan didasarkan pada kebutuhan siswa. Kebutuhan tersebut antara lain memberikan informasi, memecahkan masalah, memberikan solusi, memahami, mengajar, dan lain-lain. Bentuk pelaksanaan layanan responsif di sekolah-sekolah Indonesia dalam Bimbingan dan Konseling sendiri tidak selalu berdampak pada guru BK dan siswa. Namun membutuhkan koordinasi dan dukungan dari berbagai warga sekolah, serta dukungan dari kepala sekolah karena ia dapat mengarahkan dan mengontrol bentuk program dan layanan yang ditawarkan kepada siswa dari perencanaan hingga pelaksanaan. Dukungan Wakasek sangat cocok untuk mengusulkan dan mengkoordinir guru BK dalam mensosialisasikan layanan BK. Guru Bimbingan dan Konseling atau sering disebut konselor sekolah berperan dalam pelaksanaan pelayanan tanggap, diantaranya :

- Mengidentifikasi siswa yang mana dan yang membutuhkan bimbingan dengan mengumpulkan informasi yang mungkin lolos dari kotak soal.

- Memberikan kenyamanan BK dengan segera kepada siswa yang membutuhkan pelayanan tanggap.

- Pastikan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang membahas masalah siswa.

       Menurut Sugihartono dan Farozin, pelaksanaan layanan responsif dapat menggunakan berbagai media, seperti kotak soal, dashboard untuk catatan kumulatif, PPT, kaset/video untuk kaset audio. Pelaksanaan layanan responsif biasanya bermasalah, karena banyak siswa yang merasa malu, enggan bahkan tidak percaya diri sampai-sampai takut untuk melaporkan masalahnya kepada guru. Pada saat yang sama, masalah siswa harus dipecahkan dan segera diselesaikan, agar tidak menghambat atau memperlambat perkembangan siswa. Sehingga dengan menggunakan media kotak soal ini dapat lebih melindungi privasi siswa dari siswa lain. Sehingga hanya dosen dan mahasiswa yang mengetahui permasalahan mahasiswa.(Manajemen BK ISBN, n.d.)

      Permendikbud nomor 111 (2014:11), menjelaskan 'fokus layanan responsif' ialah "membantu siswa atau konselor yang memiliki masalah nyata yang mempengaruhi pengembangan diri mereka dan yang mungkin sedang menghadapi beberapa masalah tetapi tidak mengerti bahwa mereka memiliki masalah". Perkara  yang ditemui bisa berkaitan dengan masalah diri sendiri, hubungan kemasyarakatan, sekolah dan profesional. Apabila ahli atau pembina (guru BK) tidak segera diperhatikan, maka bakal timbul gangguan yang lebih akut, yang dapat mengganggu proses pengembangan diri siswa atau pembina, karena kebutuhannya tidak terpenuhi atau tidak seharusnya memenuhi prestasinya.

      Strategi layanan tanggap dapat dilaksanakan dengan cara bernegosiasi dengan guru pembimbing, guru kelas, dan guru mata pelajaran yang tujuannya untuk memantau dan memantau perkembangan siswa di kelas, prestasi belajar, kehadiran dan pengetahuan keterampilan pribadi siswa, serta menerima masalah untuk membantu siswa. Sehingga konselor dapat mengetahui penyebab rendahnya harga diri siswa dengan lebih mudah dan cepat, serta meningkatkan harga diri siswa secara tepat.(Hermawan et al., 2019)

    2. Bimbingan dan Konseling

      Menurut (Chiskolm, McDaniel, 1959), itu adalah upaya untuk membantu setiap individu mengidentifikasi berbagai informasi tentang dirinya. Konseling juga disebut sebagai pertolongan atau dukungan yang dibagikan pada persona maupun kelompok dengan tujuan menyingkirkan atau menanggulangi kendala dalam hidup sampai individu dapat mendapatkan kesentosaan dalam hidupnya (Walgito, 2004). Secara etimologis, kata "konsultasi" bermula dari kata Latin "consilium" yang bermakna "dengan atau bersama-sama", yang kemudian dihubungkan menjadi "mengerti dan menyetujui". "Menasihati," di sisi lain, berarti "menyampaikan atau menyampaikan" dalam bahasa Anglo-Saxon. Menurut Syamsu Yusuf (2008:9) berkata "konseling merupakan salah satu bentuk gotong royong. Silih menolong di sini mengacu pada usaha menyokong insan lainnya supaya mereka dapat berkembang ke arah yang mereka pilih, menyelesaikan masalah mereka dan bertahan dari krisis kehidupan mereka". Bimbingan dan Konseling bermakna serupa sokongan dengan dialokasikan oleh caregiver menuju orang yang diasuhnya agar orang yang diasuhnya dapat memecahkan masalah dan mengembangkan potensi dirinya.

     Menurut Prayitno (2004) mengatakan "Bimbingan dan Konseling adalah layanan dukungan bagi pelajar secara individu maupun kelompok". Dimana memiliki tujuan untuk memandirikan diri siswa dan dapat berkembang secara optimal melalui berbagai layanan serta inisiatif dukungan dalam konseling perorangan, kemasyarakatan, menuntut ilmu, serta karir. "Bimbingan dan Konseling tiada lain kegiatan penataran dalam situasi pengajaran profesional, melainkan layanan pengalaman yang berkaitan dengan kemandirian siswa (ABKIN, 2007)". Bimbingan dan Konseling merupakan akomodasi profesional (guru BK). Permendikbud no.111/2014 mengartikan 'Bimbingan dan Konseling menjadi prasarana ahli pada kerangka pendidikan profesi yaitu BK'. Konselor juga disebut sebagai ahli yang memiliki gelar akademik dasar (S1) Bimbingan dan Konseling sekaligus telah menyelesaikan pelatihan profesional dalam bidang Bimbingan dan Konseling.(Hunainah, 2557)

  • Fungsi dari Bimbingan dan Konseling

     Manfaat Bimbingan dan Konseling sendiri ditinjau dari sudut utilitas atau kegunaan, mengkategorikan kegunaan Bimbingan dan Konseling menjadi 5 fungsi utama. kedudukan utama adalah : (1) interpretasi atau pemahaman, (2) penangkalan atau pencegahan, (3) mitigasi atau pengentasan, (4) pembinaan atau pemeliharaan, dan (5) pengembangan.

     Paparan di atas menunjukkan layanan yang diberikan oleh Bimbingan dan Konseling ditujukan guna mempersembahkan layanan berupa layanan, keistimewaan, dan manfaat yang diterima oleh setiap orang yang melakukan kegiatan Bimbingan dan Konseling.(Ilham Bakhtiar, 2018)

  • Prinsip Bimbingan dan Konseling

     Perlu diketahui pilar Bimbingan dan Konseling memanifestasikan perpaduan antara pemikiran dan pengalaman yang telah dibuat dan digunakan sebagai petunjuk dasar pengelolaan layanan tersebut. Prinsip Bimbingan dan Konseling yang sama berlaku bagi konselor yang berposisi di dalam atau di luar sekolah.

         Rakitan ulasan penelitian filosofis serta profesionalisme praktis mengenai hakekat pembangunan dan dorongan manusia dalam kedudukan sosial budaya, pemahaman, misi, operasi dan metode implementasinya disajikan sebagai prinsip dalam orientasi dan konseling penawaran. Menurut (Van Hoose (1969) dalam buku Basics of Guidance and Counseling hal.218) prinsip-prinsip konseling dan konseling dinyatakan dalam bentuk :

- Bimbingan berlandaskan mengikuti kepercayaan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan; tiap insan memiliki bakat serta pendidikan hendaklah mampu untuk menolong anak dalam menggunakan kemampuannya.

- Bertumpu pada konsep bahwa setiap anak yakni istimewa; setiap anak memiliki perbedaan.

- Mempersembahkan pertolongan bagi anak -- anak serta pemuda dalam progres serta perkembangan mereka hingga mencorakkan pribadi yang sehat.

- Menolong mereka yang membutuhkan guna mencapai impian masyarakat dan kehidupan secara umum.

- Layanan spesifik yang dilangsungkan oleh para profesional yang terlatih khusus dan memberikan layanan konseling membutuhkan ketertarikan pribadi yang khusus.

  • Asas Bimbingan dan Konseling

        Selama layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, konselor harus melakukan layanan tersebut sesuai dengan kebijakan atau aturan. Laut (Prayitno, 1987 dalam buku Dasar Bimbingan dan Konseling hal. 114-120) menjelaskan bahwa ada 12 prinsip dalam pelaksanaan konseling dan konseling. Dimana 12 asas tersebut adalah: (1) kerahasiaan, (2) kesukarelaan, (3) keterbukaan, (4) modernitas atau kekinian, (5) kemandirian, (6) kegiatan, (7) dinamis, (8) keterpaduan, (9) normatif, (10) keahlian, (11) penyerahan atau alih tangan, dan (12) tutwuri handayani.(Rodrigo Garcia Motta, Anglica Link, Viviane Aparecida Bussolaro et al., 2021)

3. Manajemen dalam Bimbingan dan Konseling

         Dalam kerangka BK, manajemen ialah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengarahan alur BK dan kemampuan hingga mencapai objek yang suda ditentukan. Menurut Djamarahi (2011), manajemen BK dimulai dengan perencanaan kegiatan BK, pengorganisasian kegiatan dan seluruh elemen yang mendukung BK, pelaksanaan kegiatan BK, dan memotivasi sumber daya agar kegiatan BK mencapai efisiensi dan efektifitas serta mencapai tujuan. Perencanaan dimulai dengan analisis kebutuhan siswa pengorganisasian adalah kegiatan di mana tugas-tugas diberikan kepada orang-orang yang ikut serta dalam acara tersebut. Bekerja dalam penataan serta pembenahan yang tersedia di sekolah memotivasi tenaga pendidik dan pegawai sekolah untuk melaksanakan pekerjaan dengan penuh semangat. Monitoring/Evaluasi Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pelayanan berjalan sesuai rencana atau tidak. Prinsip-prinsip panduan dan penasehat untuk manajemen adalah :

  • Berguna dan tepat yaitu pelaksanaan layanan hasil dari orientasi layanan dan saran pada misi yang dapat dicapai melalui penggunaan akomodasi yang tersedia secara optimal.
  • Penanggungjawab yang realistis, maknanya kepala sekolah harus mengambil keputusan yang bijak dan bekerja sama dengan staf sekolah dengan baik.
  • Kerjasama, mewujudukan kolaborasi yang baik antar anak sekolah.
  • Pengelolaan administrasi, perencanaan pengelolaan sistem, pengorganisasian, pengelolaan, dan evaluasi.

      (Sugiyo, 2012) layanan Bimbingan dan Konseling merupakan layanan konsultasi ahli. (Zamroni & Rahardjo, 2015) Guru dalam konteks keilmuan bukanlah guru sebagaimana mestinya, jadi guru satuan pendidikan adalah peserta didik, guru dan guru satuan pendidikan. Implementasi tawaran Bimbingan dan Konseling di sekolah tidak semata - mata berdampak pada pelajar. Selain itu, orang tua siswa menerima nasihat dari penasihat pendidikan tentang isu-isu terkini yang terkait dengan kekhawatiran siswa. Bentuk layanan Bimbingan dan Konseling tidak hendak terwujud dengan baik jika tidak dipersiapkan, diatur, didiskusikan dan dikelola dengan baik. Oleh karena itu, keberadaan sistem manajemen konsultasi sangat penting agar pelaksanaan penawaran konsultasi dilakukan dengan benar. Sebelum mempelajari kepemimpinan dan manajemen penasehat, lebih baik untuk terlebih dahulu memahami pentingnya. (Setiyawan, 2017)

     Menurut para ahli, menurut Prayudi Admosudirdjo, manajemen mengendalikan dan menggunakan aspek - aspek dan kemampuan yang diperlukan menurut rencana untuk mencapai atau melaksanakan suatu misi kinerja tertentu. Dari sini dapat dipahami bahwa manajemen itu sendiri adalah suatu proses dimana sumber daya yang dianggap penting dikelola secara optimal dan maksimal atau ditangani dan dikelola agar dapat fokus pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pada keadaan seperti inilah kepemimpinan juga diperlukan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling. Petunjuk Kurikulum Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi menunjukkan bahwa tanpa sistem manajemen, koordinasi layanan Bimbingan dan Konseling sekolah tidak dapat dibuat, direncanakan, diatur dan dilaksanakan sampai terlaksana dengan baik. (manajemen) profesional dan kompeten. Oleh karena itu, sangat penting juga bagi konselor untuk mengelola dan merencanakan bimbingan dan konseling sekolah profesional.

    Dalam pelaksanaan manajemen konseling itu sendiri, beberapa hal harus diperhatikan dan dipersiapkan untuk mencapai program perencanaan BK yang lebih efektif dan fungsional, yaitu analisis awal kebutuhan siswa, definisi tujuan dan masalah BK. Analisis situasi siswa di sekolah, mulai menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan, menentukan cara pelaksanaan kegiatan, penugasan staf operasional BK, penyiapan lokasi dan biaya operasional, evaluasi dan antisipasi kendala operasional. menilai mereka untuk mengetahui kesenjangan dan inefisiensi apa yang ada dalam penyampaian layanan.(Akbar, 2017)

4. Gangguan Belajar Peserta Didik

         Semua siswa pasti memiliki masalah pada antusiasme harian, baik itu perkara pribadi, sosial, profesional atau terkait studi. Tidak jarang anak muda menghadapi masalah dalam studinya. Siswa dengan ketidakmampuan belajar tentunya akan menemui berbagai kendala dalam menyelesaikan proses pembelajaran, seperti : Gangguan belajar ini juga biasanya ditandai dengan kemunduran prestasi akademik siswa relatif terhadap hasil belajar siswa (Tohirin, 2008). Gangguan belajar ini hampir secara eksklusif disebabkan oleh rendahnya konsentrasi siswa. Hal ini membuat proses belajar menjadi sulit bagi siswa, mereka menjadi malas dan tidak mau belajar. Hammil (1981), ketidakmampuan/kendala belajar mandiri ialah wujud dan jenis kesulitan yang berhubungan dengan masalah yang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan mendengar, berbicara, membaca dan menulis soal matematika. Selain yang disebutkan oleh Levvit (Abdurrahman, 2003), ketidakmampuan/kesulitan belajar adalah kondisi kronis yang dapat dipandang sebagai akibat dari bentuk neurologis selektif yang dapat mengganggu perkembangan, integrasi, dan keterampilan verbal, non-verbal seseorang.

        Di sana, kesulitan belajar terkadang merupakan kelainan bawaan yang dapat diasumsikan terkait dengan aktivitas saraf, seperti aktivitas otak siswa yang terkait dengan pembelajaran. Selain itu, ada konsitituen lain yang mampu membekuk kesulitan belajar siswa tergantung dari impresi wilayah (ada kontras budaya/proses didikan yang tidak sesuai). Aspek genetik dan biokimia siswa, termasuk pengaruh obat-obatan atau bahan kimia lain yang dikonsumsi yang dapat mempengaruhi daya pikir dan konsentrasi siswa. Gangguan fisik/mental, kadang-kadang disebut di sini sebagai ABK, biasanya merupakan ketidakmampuan belajar yang sangat serius dan memerlukan penanganan khusus untuk mengatasinya dan memecahkan masalah belajar. Kesulitan belajar siswa di sekolah berbeda-beda, baik menurut memperoleh pendidikan, asimilasi, atau keduanya.

       Pada prinsipnya, setiap siswa berhak mendeteksi dapatan belajar yang memuaskan. Tetapi, para siswa ini berbeda dalam kemampuan kognitif dan fisik, domain keluarga, kelaziman dan metode pembelajaran. Perbedaan individu menyebabkan perbedaan perilaku belajar setiap siswa. Oleh karena itu, tuntutan dimana pelajar tidak mampu belajar sebagaimana mestinya, baik dalam menerima maupun mengikuti kelas, disebut sebagai ketidaksanggupan belajar. Ketidakmampuan belajar ditandai dengan kekurangan dalam prestasi akademik atau pembelajaran anak didik (Tohirin, 2008, p. 142). Dipersepsikan bahwa kendala belajar adalah suatu keadaan dimana siswa tidak sepenuhnya menguasai mata pelajaran dan mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Untuk mencapai program perencanaan BK yang lebih cepat dan fungsional, perlu mempertimbangkan dan menyiapkan beberapa hal, yaitu analisis awal kebutuhan siswa, definisi tujuan dan masalah BK. Analisis situasi siswa di sekolah, mulai menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, menentukan prosedur pelaksanaan kegiatan, menugaskan BK, menyiapkan ruang kegiatan dan biaya, mengevaluasi serta mengantisipasi kendala aktivitas. menilai mereka untuk mengetahui kesenjangan dan inefisiensi apa yang ada dalam penyampaian layanan. (Subandi et al., 2011)

  • Faktor Penyebab

M. Dalyono (2010):56) mengklasifikasikan factor penyebab gangguan belajar siswa, dinataranya ialah :

- Faktor dalam diri, seperti :

* Faktor fisik (karena sakit, cedera).

* Faktor psikologis (kecerdasan, bakat, minat, motivasi beserta kesehatan mental).

- Faktor dari luar, seperti :

* Family, institusi, serta wilayahnya.

        Dari sini bisa dibilang bahwa aspek resesi siswa dalam menuntut ilmu ialah sudut pandang yang bermula dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan factor dari luar diri pelajar yang menyebabkan belajar siswa menurun. Permasalahan yang berkaitan dengan gangguan dalam belajar bersama siswa merupakan tugas pengawas dan guru pembimbing untuk mencari solusi dan solusi untuk mengatasi gangguan yang dialami siswa. Misalnya, jika Anda menerapkan manajemen diri pada siswa, menerapkan manajemen diri pada siswa tersebut dapat membantu siswa mengarahkan pemikiran dan perilaku mereka dengan benar serta mengelola emosi siswa.(Fabiana Meijon Fadul, 2019)

  • Upaya Konselor Mengatasi Gangguan Belajar Siswa Melalui Manajemen BK

      Permasalahan yang berkaitan dengan ketidakmampuan belajar pada siswa merupakan tugas untuk mencari solusi dan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan yang dialami siswa tersebut. Dengan self-management siswa, penerapan self-management siswa dapat membantu siswa mengelola pikiran, perilaku dan emosi siswa/klien dengan baik sehingga siswa dapat dan dapat mengatasi kesulitan dan gangguan belajar terutama dalam memahami dan mempelajari mata pelajaran. Pengelolaan diri ini berarti melihat dan memahami diri sendiri secara utuh dengan melihat potensi diri siswa, melihat kelebihan siswa dan melihat kelemahan siswa agar dapat mencapai apa yang diinginkannya secara optimal. Selain itu, Desmita (2007) mengemukakan bahwa konseling manajemen diri adalah suatu jenis struktur yang membantu siswa mengorganisasikan diri sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka untuk memahami bagaimana mereka, siapa mereka, yang dapat disebut yayasan. Pendapat dan pengecualian orang lain berdasarkan pengalaman siswa.

     Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa panduan kepemimpinan ini merupakan upaya untuk membantu siswa mengembangkan berbagai kelebihan dan keterampilan, sehingga mereka dapat mengendalikan pikiran, perilaku, dan emosinya, guna mencapai pengembangan diri siswa. lebih mandiri dan optimal serta tetap melihat masa depan yang lebih baik. Dalam rangka mencari solusi atas kesulitan belajar siswa, tugas guru dalam hal ini sangat diperlukan. Dengan cara ini, penyebab kesulitan belajar siswa dianalisis dan diselidiki. Kebutuhan motivasi guru itu sendiri amat menguasai ketertarikan belajar siswa. Guru harus mampu menunjukkan dan menawarkan perannya dalam memotivasi siswa untuk belajar dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya belajar dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Anda juga dapat mengembangkan tujuan berdasarkan pembelajaran dan self-efficacy. Informasi tentang pembelajaran yang efektif dan karena itu motivasi semua siswa. Guru kepemimpinan dan bimbingan dapat mengambil dan memenuhi peran untuk memenuhi tantangan belajar siswa :

* Pengumpulan Data

       Wawancara dan survei dapat digunakan untuk menentukan akar penyebab masalah belajar siswa. Namun terkadang siswa ragu dan takut untuk lebih terbuka kepada guru, dan akhirnya mereka juga dapat menggunakan metode kotak masalah, yang memungkinkan siswa untuk mengekspresikan diri secara bebas tanpa rasa takut dan cemas.(Su'ainah, Aliman, 2019)

* Diagnosis Masalahnya

       Mendiagnosis masalah belajar pada siswa. Dalam mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah, konselor biasanya meminta bantuan pengajar ke rumah siswa dan orang tua untuk melacak kemajuan belajar setiap siswa dari kegiatan belajar mengajar di kelas ke belajar di rumah.(Annisa et al., 2019)

* Prediksi/Prognosis

      Dalam hal ini biasanya mencakup konsep program layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa berkesulitan belajar. Juga masalah kesulitan belajar yang muncul selama proses belajar mengajar harus diselesaikan agar dapat memahami sesuatu. Pelayanan yang dapat mempercepat penyampaian pelayanan adalah pelayanan yang responsif. Dimana tawaran ini diimplementasikan secara langsung dalam hal hambatan belajar dan permasalahan siswa, sehingga baik dalam konseling kelompok maupun dalam bentuk konseling belajar individu diharapkan permasalahan siswa dapat tertangani secara maksimal.(Putri Utami, 2019)

* Treatment

     Dengan diperkenalkannya layanan responsif untuk mengatasi masalah distraksi pelajar, guru BK bekerja sama dengan wali murid beserta tenaga pengajar ke rumah. Lain halnya dengan pelajar yang mengalami kesulitan untuk memahami mata pelajaran secara teoritis dan dari segi isi, guru dapat menjelaskan hal tersebut kepada guru penanggung jawab jurusan.

* Evaluasi

    Pada tahap evaluasi diri, guru pengajar menyepakati apakah memuaskan atau tidak, apakah berhasil efektif atau tidak. Mencoba melakukan sesuatu atau meningkatkan pelayanan dan mengkoordinasikan pekerjaan dengan guru mata pelajaran untuk meningkatkan pelayanan terkait dengan kesulitan belajar siswa.(Azhari, 2017)


5. Kesimpulan

     Layanan Bimbingan Konseling yang tepat melahirkan komponen penting dari penyelenggaraan pendidikan, dimana Bimbingan dan Konseling dapat dikatakan sebagai suatu cara menawarkan atau menyalurkan bantuan kepada siswa/klien untuk meningkatkan dan melengkapi kebutuhan sekolah. Bimbingan dan Konseling ini benar-benar mencari dan mengusahakan secara maksimal dan optimal untuk mengembangkan potensi siswa yang ada dan dapat dikembangkan melalui pemberian dan dorongan kepada anak didik. Bimbingan dan Konseling juga menyediakan kebutuhan pelajar yang saat ini dianggap penting, sehingga siswa dapat memecahkan masalah mendesak dan menerima pertolongan pertama, yang langsung diserahkan ke tangan pengawas dan pengawas/pengajar.

     Strategi pelayanan tanggap dapat dilaksanakan dengan cara bernegosiasi dengan pembimbing, guru wali, serta guru pengajar yang tujuannya memantau serta memperoleh pemberitahuan tentang perkembangan siswa di kelas, pembelajaran, kehadiran siswa beserta pengetahuan, dan masalah pribadi. Sehingga konselor dapat lebih mudah dan cepat mengetahui pemicu rendahnya harga diri siswa, serta mengoptimalkan harga diri siswa secara tepat. Menurut penulis, layanan responsif sudah efektif dalam mengatasi masalah ketidakmampuan belajar siswa. Karena layanan responsif sendiri merupakan layanan yang langsung digunakan untuk memperbaiki masalah. Bahkan ketika melaksanakan layanan responsif, seorang konselor atau guru BK dapat melakukan beberapa langkah bersama siswa untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi konselor : (1) mengumpulkan data/observasi/wawancara, (2) membuat diagnosis, (3) membuat prediksi, (4) melakukan perawatan, (5) melakukan evaluasi pada akhir pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dengan pelayanan tanggap.(Sudirman et al., 2013)


6. UCAPAN TERIMAKASIH

     Kami selaku penulis artikel di atas mengucapkan terima kaberlega hati dan berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah menyokong penulisan artikel ini. Pihak-pihak yang saya maksud adalah :

- Pengajar mata kuliah Manajemen Orientasi dan Konseling: DR Titin Indah Pratiwi, M.Pd.

-Jurnal - Jurnal penelitian yang telah menjelaskan masalah yang mirip dengan pembahasan yang kami angkat di artikel ini.

- Buku pendukung (e-book dan buku fisik) yang berisi materi atau pembahasan yang kita butuhkan dan relevan dengan pembahasan kita.

      Penulis ingin disajikan dalam bentuk artikel. Kami mengerti dan mengerti bahwa penulisan artikel diatas tidaklah sempurna. Jika pembaca artikel kami nanti memiliki saran atau kritik, kami akan sangat menghargainya. Karena saran dan kritik dari anda mungkin dapat membuat saya memperbaiki penulisan artikel saya kelak.(Susanto, 2018).

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N. (2017). Manajemen Media Bimbingan dan Konseling. In Al-Hiwar: Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah (Vol. 1, Issue 1). https://doi.org/10.18592/al-hiwar.v1i1.1185

Annisa, R. R., Pratisti, W. D., & Uyun, Z. (2019). Efektivitas Manajemen Kelas Untuk Menurunkan Gangguan Konsentrasi Belajar Matematika Pada Siswa Sd. Journal of Psychological Science and Profession, 3(2), 123. https://doi.org/10.24198/jpsp.v3i2.22353

Azhari, B. (2017). Identifikasi Gangguan Belajar Dyscalculia Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Al Khawarizmi: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika, 1(1), 60. https://doi.org/10.22373/jppm.v1i1.1732

Fabiana Meijon Fadul. (2019). Manajemen Bimbingan Dan Konseling.

Hermawan, H., Komalasari, G., & Hanim, W. (2019). Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa: Sebuah Studi Pustaka. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 4(2), 65. https://doi.org/10.26737/jbki.v4i2.924

Hunainah. (2557). Manajemen BK. , 4(1), 88--100.

Ilham Bakhtiar, M. (2018). Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Melalui Bimbingan Manajemen Diri Kelas, Upaya IX Negeri, SMP. Insight: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 7(1), 48--55.

Manajemen BK ISBN. (n.d.).

Putri Utami, A. (2019). Kesulitan Belajar: Gangguan Psikologi Pada Siswa Dalam Menerima Pelajaran. ScienceEdu, II(2), 92--96.

Rodrigo Garcia Motta, Anglica Link, Viviane Aparecida Bussolaro, G. de N. J., Palmeira, G., Riet-Correa, F., Moojen, V., Roehe, P. M., Weiblen, R., Batista, J. S., Bezerra, F. S. B., Lira, R. A., Carvalho, J. R. G., Neto, A. M. R., Petri, A. A., Teixeira, M. M. G., Molossi, F. A., de Cecco, B. S., Henker, L. C., Vargas, T. P., Lorenzett, M. P., Bianchi, M. V., ... Alfieri, A. A. (2021). Manajemen Bimbingan Konseling. In Pesquisa Veterinaria Brasileira (Vol. 26, Issue 2). http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf

Setiyawan, Y. (2017). LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs NEGERI YOGYAKARTA 1. 1--14.

Su'ainah, Aliman, O. J. (2019). Manajemen Layanan Bimbingan Dan Konseling Di SMA.

Subandi, D., Maba Pardodi, A., & Chandra Kartika, E. (2011). Manajemen Mutu Bimbingan dan Konseling. In Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical (Vol. 44, Issue 8).

Sudirman, Daharnis, & Marjohan. (2013). KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Serta Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas (Sma) Negeri, 2(September), 120--124.

Susanto, A. (2018). Bimbingan Dan Konseling. Konsep,Teori,Dan Aplikasinya.

Akbar, N. (2017). Manajemen Media Bimbingan dan Konseling. In Al-Hiwar: Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah (Vol. 1, Issue 1). https://doi.org/10.18592/al-hiwar.v1i1.1185

Annisa, R. R., Pratisti, W. D., & Uyun, Z. (2019). Efektivitas Manajemen Kelas Untuk Menurunkan Gangguan Konsentrasi Belajar Matematika Pada Siswa Sd. Journal of Psychological Science and Profession, 3(2), 123. https://doi.org/10.24198/jpsp.v3i2.22353

Azhari, B. (2017). Identifikasi Gangguan Belajar Dyscalculia Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Al Khawarizmi: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika, 1(1), 60. https://doi.org/10.22373/jppm.v1i1.1732

Fabiana Meijon Fadul. (2019). Manajemen Bimbingan Dan Konseling.

Hermawan, H., Komalasari, G., & Hanim, W. (2019). Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa: Sebuah Studi Pustaka. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 4(2), 65. https://doi.org/10.26737/jbki.v4i2.924

Hunainah. (2557). Manajemen BK. , 4(1), 88--100.

Ilham Bakhtiar, M. (2018). Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Melalui Bimbingan Manajemen Diri Kelas, Upaya IX Negeri, SMP. Insight: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 7(1), 48--55.

Manajemen BK ISBN. (n.d.).

Putri Utami, A. (2019). Kesulitan Belajar: Gangguan Psikologi Pada Siswa Dalam Menerima Pelajaran. ScienceEdu, II(2), 92--96.

Rodrigo Garcia Motta, Anglica Link, Viviane Aparecida Bussolaro, G. de N. J., Palmeira, G., Riet-Correa, F., Moojen, V., Roehe, P. M., Weiblen, R., Batista, J. S., Bezerra, F. S. B., Lira, R. A., Carvalho, J. R. G., Neto, A. M. R., Petri, A. A., Teixeira, M. M. G., Molossi, F. A., de Cecco, B. S., Henker, L. C., Vargas, T. P., Lorenzett, M. P., Bianchi, M. V., ... Alfieri, A. A. (2021). Manajemen Bimbingan Konseling. In Pesquisa Veterinaria Brasileira (Vol. 26, Issue 2). http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf

Setiyawan, Y. (2017). LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs NEGERI YOGYAKARTA 1. 1--14.

Su'ainah, Aliman, O. J. (2019). Manajemen Layanan Bimbingan Dan Konseling Di SMA.

Subandi, D., Maba Pardodi, A., & Chandra Kartika, E. (2011). Manajemen Mutu Bimbingan dan Konseling. In Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical (Vol. 44, Issue 8).

Sudirman, Daharnis, & Marjohan. (2013). KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Serta Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas (Sma) Negeri, 2(September), 120--124.

Susanto, A. (2018). Bimbingan Dan Konseling. Konsep,Teori,Dan Aplikasinya.

Akbar, N. (2017). Manajemen Media Bimbingan dan Konseling. In Al-Hiwar: Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah (Vol. 1, Issue 1). https://doi.org/10.18592/al-hiwar.v1i1.1185

Annisa, R. R., Pratisti, W. D., & Uyun, Z. (2019). Efektivitas Manajemen Kelas Untuk Menurunkan Gangguan Konsentrasi Belajar Matematika Pada Siswa Sd. Journal of Psychological Science and Profession, 3(2), 123. https://doi.org/10.24198/jpsp.v3i2.22353

Azhari, B. (2017). Identifikasi Gangguan Belajar Dyscalculia Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Al Khawarizmi: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika, 1(1), 60. https://doi.org/10.22373/jppm.v1i1.1732

Fabiana Meijon Fadul. (2019). Manajemen Bimbingan Dan Konseling.

Hermawan, H., Komalasari, G., & Hanim, W. (2019). Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa: Sebuah Studi Pustaka. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 4(2), 65. https://doi.org/10.26737/jbki.v4i2.924

Hunainah. (2557). Manajemen BK. , 4(1), 88--100.

Ilham Bakhtiar, M. (2018). Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Melalui Bimbingan Manajemen Diri Kelas, Upaya IX Negeri, SMP. Insight: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 7(1), 48--55.

Manajemen BK ISBN. (n.d.).

Putri Utami, A. (2019). Kesulitan Belajar: Gangguan Psikologi Pada Siswa Dalam Menerima Pelajaran. ScienceEdu, II(2), 92--96.

Rodrigo Garcia Motta, Anglica Link, Viviane Aparecida Bussolaro, G. de N. J., Palmeira, G., Riet-Correa, F., Moojen, V., Roehe, P. M., Weiblen, R., Batista, J. S., Bezerra, F. S. B., Lira, R. A., Carvalho, J. R. G., Neto, A. M. R., Petri, A. A., Teixeira, M. M. G., Molossi, F. A., de Cecco, B. S., Henker, L. C., Vargas, T. P., Lorenzett, M. P., Bianchi, M. V., ... Alfieri, A. A. (2021). Manajemen Bimbingan Konseling. In Pesquisa Veterinaria Brasileira (Vol. 26, Issue 2). http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf

Setiyawan, Y. (2017). LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs NEGERI YOGYAKARTA 1. 1--14.

Su'ainah, Aliman, O. J. (2019). Manajemen Layanan Bimbingan Dan Konseling Di SMA.

Subandi, D., Maba Pardodi, A., & Chandra Kartika, E. (2011). Manajemen Mutu Bimbingan dan Konseling. In Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical (Vol. 44, Issue 8).

Sudirman, Daharnis, & Marjohan. (2013). KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Serta Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas (Sma) Negeri, 2(September), 120--124.

Susanto, A. (2018). Bimbingan Dan Konseling. Konsep,Teori,Dan Aplikasinya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun