Mohon tunggu...
Annisa Salsa Belvi Virgiana
Annisa Salsa Belvi Virgiana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

S1 Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

BENTUK PELAKSANAAN LAYANAN RESPONSIF DALAM MANAJEMENT BK UNTUK PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI GANGGUAN BELAJAR

18 Desember 2022   00:40 Diperbarui: 18 Desember 2022   04:07 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

    Dalam pelaksanaan manajemen konseling itu sendiri, beberapa hal harus diperhatikan dan dipersiapkan untuk mencapai program perencanaan BK yang lebih efektif dan fungsional, yaitu analisis awal kebutuhan siswa, definisi tujuan dan masalah BK. Analisis situasi siswa di sekolah, mulai menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan, menentukan cara pelaksanaan kegiatan, penugasan staf operasional BK, penyiapan lokasi dan biaya operasional, evaluasi dan antisipasi kendala operasional. menilai mereka untuk mengetahui kesenjangan dan inefisiensi apa yang ada dalam penyampaian layanan.(Akbar, 2017)

4. Gangguan Belajar Peserta Didik

         Semua siswa pasti memiliki masalah pada antusiasme harian, baik itu perkara pribadi, sosial, profesional atau terkait studi. Tidak jarang anak muda menghadapi masalah dalam studinya. Siswa dengan ketidakmampuan belajar tentunya akan menemui berbagai kendala dalam menyelesaikan proses pembelajaran, seperti : Gangguan belajar ini juga biasanya ditandai dengan kemunduran prestasi akademik siswa relatif terhadap hasil belajar siswa (Tohirin, 2008). Gangguan belajar ini hampir secara eksklusif disebabkan oleh rendahnya konsentrasi siswa. Hal ini membuat proses belajar menjadi sulit bagi siswa, mereka menjadi malas dan tidak mau belajar. Hammil (1981), ketidakmampuan/kendala belajar mandiri ialah wujud dan jenis kesulitan yang berhubungan dengan masalah yang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan mendengar, berbicara, membaca dan menulis soal matematika. Selain yang disebutkan oleh Levvit (Abdurrahman, 2003), ketidakmampuan/kesulitan belajar adalah kondisi kronis yang dapat dipandang sebagai akibat dari bentuk neurologis selektif yang dapat mengganggu perkembangan, integrasi, dan keterampilan verbal, non-verbal seseorang.

        Di sana, kesulitan belajar terkadang merupakan kelainan bawaan yang dapat diasumsikan terkait dengan aktivitas saraf, seperti aktivitas otak siswa yang terkait dengan pembelajaran. Selain itu, ada konsitituen lain yang mampu membekuk kesulitan belajar siswa tergantung dari impresi wilayah (ada kontras budaya/proses didikan yang tidak sesuai). Aspek genetik dan biokimia siswa, termasuk pengaruh obat-obatan atau bahan kimia lain yang dikonsumsi yang dapat mempengaruhi daya pikir dan konsentrasi siswa. Gangguan fisik/mental, kadang-kadang disebut di sini sebagai ABK, biasanya merupakan ketidakmampuan belajar yang sangat serius dan memerlukan penanganan khusus untuk mengatasinya dan memecahkan masalah belajar. Kesulitan belajar siswa di sekolah berbeda-beda, baik menurut memperoleh pendidikan, asimilasi, atau keduanya.

       Pada prinsipnya, setiap siswa berhak mendeteksi dapatan belajar yang memuaskan. Tetapi, para siswa ini berbeda dalam kemampuan kognitif dan fisik, domain keluarga, kelaziman dan metode pembelajaran. Perbedaan individu menyebabkan perbedaan perilaku belajar setiap siswa. Oleh karena itu, tuntutan dimana pelajar tidak mampu belajar sebagaimana mestinya, baik dalam menerima maupun mengikuti kelas, disebut sebagai ketidaksanggupan belajar. Ketidakmampuan belajar ditandai dengan kekurangan dalam prestasi akademik atau pembelajaran anak didik (Tohirin, 2008, p. 142). Dipersepsikan bahwa kendala belajar adalah suatu keadaan dimana siswa tidak sepenuhnya menguasai mata pelajaran dan mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Untuk mencapai program perencanaan BK yang lebih cepat dan fungsional, perlu mempertimbangkan dan menyiapkan beberapa hal, yaitu analisis awal kebutuhan siswa, definisi tujuan dan masalah BK. Analisis situasi siswa di sekolah, mulai menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, menentukan prosedur pelaksanaan kegiatan, menugaskan BK, menyiapkan ruang kegiatan dan biaya, mengevaluasi serta mengantisipasi kendala aktivitas. menilai mereka untuk mengetahui kesenjangan dan inefisiensi apa yang ada dalam penyampaian layanan. (Subandi et al., 2011)

  • Faktor Penyebab

M. Dalyono (2010):56) mengklasifikasikan factor penyebab gangguan belajar siswa, dinataranya ialah :

- Faktor dalam diri, seperti :

* Faktor fisik (karena sakit, cedera).

* Faktor psikologis (kecerdasan, bakat, minat, motivasi beserta kesehatan mental).

- Faktor dari luar, seperti :

* Family, institusi, serta wilayahnya.

        Dari sini bisa dibilang bahwa aspek resesi siswa dalam menuntut ilmu ialah sudut pandang yang bermula dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan factor dari luar diri pelajar yang menyebabkan belajar siswa menurun. Permasalahan yang berkaitan dengan gangguan dalam belajar bersama siswa merupakan tugas pengawas dan guru pembimbing untuk mencari solusi dan solusi untuk mengatasi gangguan yang dialami siswa. Misalnya, jika Anda menerapkan manajemen diri pada siswa, menerapkan manajemen diri pada siswa tersebut dapat membantu siswa mengarahkan pemikiran dan perilaku mereka dengan benar serta mengelola emosi siswa.(Fabiana Meijon Fadul, 2019)

  • Upaya Konselor Mengatasi Gangguan Belajar Siswa Melalui Manajemen BK

      Permasalahan yang berkaitan dengan ketidakmampuan belajar pada siswa merupakan tugas untuk mencari solusi dan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan yang dialami siswa tersebut. Dengan self-management siswa, penerapan self-management siswa dapat membantu siswa mengelola pikiran, perilaku dan emosi siswa/klien dengan baik sehingga siswa dapat dan dapat mengatasi kesulitan dan gangguan belajar terutama dalam memahami dan mempelajari mata pelajaran. Pengelolaan diri ini berarti melihat dan memahami diri sendiri secara utuh dengan melihat potensi diri siswa, melihat kelebihan siswa dan melihat kelemahan siswa agar dapat mencapai apa yang diinginkannya secara optimal. Selain itu, Desmita (2007) mengemukakan bahwa konseling manajemen diri adalah suatu jenis struktur yang membantu siswa mengorganisasikan diri sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka untuk memahami bagaimana mereka, siapa mereka, yang dapat disebut yayasan. Pendapat dan pengecualian orang lain berdasarkan pengalaman siswa.

     Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa panduan kepemimpinan ini merupakan upaya untuk membantu siswa mengembangkan berbagai kelebihan dan keterampilan, sehingga mereka dapat mengendalikan pikiran, perilaku, dan emosinya, guna mencapai pengembangan diri siswa. lebih mandiri dan optimal serta tetap melihat masa depan yang lebih baik. Dalam rangka mencari solusi atas kesulitan belajar siswa, tugas guru dalam hal ini sangat diperlukan. Dengan cara ini, penyebab kesulitan belajar siswa dianalisis dan diselidiki. Kebutuhan motivasi guru itu sendiri amat menguasai ketertarikan belajar siswa. Guru harus mampu menunjukkan dan menawarkan perannya dalam memotivasi siswa untuk belajar dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya belajar dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Anda juga dapat mengembangkan tujuan berdasarkan pembelajaran dan self-efficacy. Informasi tentang pembelajaran yang efektif dan karena itu motivasi semua siswa. Guru kepemimpinan dan bimbingan dapat mengambil dan memenuhi peran untuk memenuhi tantangan belajar siswa :

* Pengumpulan Data

       Wawancara dan survei dapat digunakan untuk menentukan akar penyebab masalah belajar siswa. Namun terkadang siswa ragu dan takut untuk lebih terbuka kepada guru, dan akhirnya mereka juga dapat menggunakan metode kotak masalah, yang memungkinkan siswa untuk mengekspresikan diri secara bebas tanpa rasa takut dan cemas.(Su'ainah, Aliman, 2019)

* Diagnosis Masalahnya

       Mendiagnosis masalah belajar pada siswa. Dalam mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah, konselor biasanya meminta bantuan pengajar ke rumah siswa dan orang tua untuk melacak kemajuan belajar setiap siswa dari kegiatan belajar mengajar di kelas ke belajar di rumah.(Annisa et al., 2019)

* Prediksi/Prognosis

      Dalam hal ini biasanya mencakup konsep program layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa berkesulitan belajar. Juga masalah kesulitan belajar yang muncul selama proses belajar mengajar harus diselesaikan agar dapat memahami sesuatu. Pelayanan yang dapat mempercepat penyampaian pelayanan adalah pelayanan yang responsif. Dimana tawaran ini diimplementasikan secara langsung dalam hal hambatan belajar dan permasalahan siswa, sehingga baik dalam konseling kelompok maupun dalam bentuk konseling belajar individu diharapkan permasalahan siswa dapat tertangani secara maksimal.(Putri Utami, 2019)

* Treatment

     Dengan diperkenalkannya layanan responsif untuk mengatasi masalah distraksi pelajar, guru BK bekerja sama dengan wali murid beserta tenaga pengajar ke rumah. Lain halnya dengan pelajar yang mengalami kesulitan untuk memahami mata pelajaran secara teoritis dan dari segi isi, guru dapat menjelaskan hal tersebut kepada guru penanggung jawab jurusan.

* Evaluasi

    Pada tahap evaluasi diri, guru pengajar menyepakati apakah memuaskan atau tidak, apakah berhasil efektif atau tidak. Mencoba melakukan sesuatu atau meningkatkan pelayanan dan mengkoordinasikan pekerjaan dengan guru mata pelajaran untuk meningkatkan pelayanan terkait dengan kesulitan belajar siswa.(Azhari, 2017)


5. Kesimpulan

     Layanan Bimbingan Konseling yang tepat melahirkan komponen penting dari penyelenggaraan pendidikan, dimana Bimbingan dan Konseling dapat dikatakan sebagai suatu cara menawarkan atau menyalurkan bantuan kepada siswa/klien untuk meningkatkan dan melengkapi kebutuhan sekolah. Bimbingan dan Konseling ini benar-benar mencari dan mengusahakan secara maksimal dan optimal untuk mengembangkan potensi siswa yang ada dan dapat dikembangkan melalui pemberian dan dorongan kepada anak didik. Bimbingan dan Konseling juga menyediakan kebutuhan pelajar yang saat ini dianggap penting, sehingga siswa dapat memecahkan masalah mendesak dan menerima pertolongan pertama, yang langsung diserahkan ke tangan pengawas dan pengawas/pengajar.

     Strategi pelayanan tanggap dapat dilaksanakan dengan cara bernegosiasi dengan pembimbing, guru wali, serta guru pengajar yang tujuannya memantau serta memperoleh pemberitahuan tentang perkembangan siswa di kelas, pembelajaran, kehadiran siswa beserta pengetahuan, dan masalah pribadi. Sehingga konselor dapat lebih mudah dan cepat mengetahui pemicu rendahnya harga diri siswa, serta mengoptimalkan harga diri siswa secara tepat. Menurut penulis, layanan responsif sudah efektif dalam mengatasi masalah ketidakmampuan belajar siswa. Karena layanan responsif sendiri merupakan layanan yang langsung digunakan untuk memperbaiki masalah. Bahkan ketika melaksanakan layanan responsif, seorang konselor atau guru BK dapat melakukan beberapa langkah bersama siswa untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi konselor : (1) mengumpulkan data/observasi/wawancara, (2) membuat diagnosis, (3) membuat prediksi, (4) melakukan perawatan, (5) melakukan evaluasi pada akhir pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dengan pelayanan tanggap.(Sudirman et al., 2013)


6. UCAPAN TERIMAKASIH

     Kami selaku penulis artikel di atas mengucapkan terima kaberlega hati dan berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah menyokong penulisan artikel ini. Pihak-pihak yang saya maksud adalah :

- Pengajar mata kuliah Manajemen Orientasi dan Konseling: DR Titin Indah Pratiwi, M.Pd.

-Jurnal - Jurnal penelitian yang telah menjelaskan masalah yang mirip dengan pembahasan yang kami angkat di artikel ini.

- Buku pendukung (e-book dan buku fisik) yang berisi materi atau pembahasan yang kita butuhkan dan relevan dengan pembahasan kita.

      Penulis ingin disajikan dalam bentuk artikel. Kami mengerti dan mengerti bahwa penulisan artikel diatas tidaklah sempurna. Jika pembaca artikel kami nanti memiliki saran atau kritik, kami akan sangat menghargainya. Karena saran dan kritik dari anda mungkin dapat membuat saya memperbaiki penulisan artikel saya kelak.(Susanto, 2018).

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N. (2017). Manajemen Media Bimbingan dan Konseling. In Al-Hiwar: Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah (Vol. 1, Issue 1). https://doi.org/10.18592/al-hiwar.v1i1.1185

Annisa, R. R., Pratisti, W. D., & Uyun, Z. (2019). Efektivitas Manajemen Kelas Untuk Menurunkan Gangguan Konsentrasi Belajar Matematika Pada Siswa Sd. Journal of Psychological Science and Profession, 3(2), 123. https://doi.org/10.24198/jpsp.v3i2.22353

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun