Mohon tunggu...
ANNISA SHABIRAH
ANNISA SHABIRAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI

43223110043 Kampus Universitas Mercu Buana Meruya | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Prodi S1 Akuntansi | Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB | Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

TB 2 - Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   20:37 Diperbarui: 22 November 2024   12:06 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Mandiri - AnnisaShabirah
Gambar Mandiri - AnnisaShabirah

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (lahir pada tanggal 3 Maret 1811 – meninggal pada tahun 1881) adalah Adipati keempat Mangkunegaran yang memerintah dari tahun 1853 sampai 1881.

Mangkunegara IV lahir pada 3 Maret 1811 dengan nama Raden Mas Sudira. Mangkunegara IV adalah anak ketujuh dari Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I dan Bandara Raden Ajeng Sekeli yang merupakan anak dari Mangkunegara II. 

Mangkunegara IV dikenal sebagai pemimpin yang berkepribadian kuat, cakap dalam memerintah, dan memiliki jiwa seni. Selama 28 tahun kepemimpinannya, ia telah mendorong kemajuan di bidang-bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, dan budaya di wilayahnya.

Di bidang pemerintahan, Mangkunegara IV mendirikan lembaga selain Kasentanaan dan Legiun yang dikenal sebagai Kawedanan yang dipimpin oleh seorang wedana.[2] Selain itu, wilayah kekuasaan Mangkunegaran juga meluas hingga ke Sragen.

Mangkunegara IV juga memprakarsai berdirinya Stasiun Solo Balapan sebagai bagian pembangunan jalur rel kereta api Solo – Semarang, kanalisasi kota, serta penataan ruang kota.

Pada masa pemerintahannya, pihak istana Mangkunegaran menulis kurang lebih 42 buku, di antaranya Serat Wedhatama, dan beberapa komposisi gamelan. Salah satu karya komposisinya yang terkenal adalah Ketawang Puspawarna, yang turut dikirim ke luar angkasa melalui Piringan Emas Voyager di dalam pesawat antariksa nirawak Voyager I tahun 1977. Atas jasa kepujanggaannya, khususnya dalam penulisan Serat Wedhatama, MN IV mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Pemerintah RI melalui Keppres RI nr. 33/TK/Tahun 2010 secara anumerta yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada perwakilan kerabatnya pada tanggal 3 November 2010. MN IV juga sempat menerjemahkan salah satu karya sastra Sunda Klasik berupa Wawacan yang berjudul Wawacan Panji Wulung karya Raden Haji Muhamad Musa yang ditulis tahun 1862 dari bahasa Sunda ke bahasa Jawa yang kemudian diterbitkan oleh Landsdrukkerij dalam bentuk buku pada tahun 1931.

Mangkunegara IV juga menciptkan Serat Darmalaksita atau Darmawasista yang berisi tentang ajaran bahwa derajat wanita setara dengan derajat pria, khususnya dalam meraih pendidikan, karir dan meraih cita-cita sesuai dengan impiannya.

Mangkunegara IV wafat tahun 1881 dan dikebumikan di Astana Girilayu. Dapat dikatakan bahwa pada masa pemerintahannya, Mangkunagaran berada pada puncak kebesarannya. 

PPT PROF. APOLLO - TB 2
PPT PROF. APOLLO - TB 2

PPT PROF. APOLLO - TB 2
PPT PROF. APOLLO - TB 2

Kategori Kepemimpinan "Raos Gesang" Mangkunegaran IV

"Raos Gesang" mengacu pada pemahaman mendalam tentang rasa hidup. Nilai-nilai ini menekankan pada pemahaman emosi, tindakan penuh kesadaran, dan integritas. Berikut prinsip-prinsip utamanya:

  1. Bisa Rumangsa, Ojo Rumangsa Bisa
    Filosofi ini menekankan pentingnya empati dan kesadaran diri. Seseorang harus dapat memahami orang lain dan tidak merasa dirinya lebih hebat atau selalu benar.
  2. Angrasa Wani
    Berarti memiliki keberanian untuk bertindak, mengambil risiko, berinovasi, dan tidak takut mencoba hal-hal baru, meskipun mungkin akan melakukan kesalahan.
  3. Angrasa Kleru
    Artinya, seorang pemimpin sejati harus memiliki keberanian untuk mengakui kesalahan dan kebodohan. Ini menunjukkan integritas dan kejujuran.
  4. Bener Tur Pener
    Mengacu pada melakukan hal yang benar dengan cara yang benar. Ini berbeda dengan "Pener" pada konteks RW (Rukun Warga), yang lebih sempit dalam penerapannya.

Kategori Kepemimpinan Mangkunegaran IV 

Prinsip-prinsip kepemimpinan ini mengedepankan karakter sederhana, kuat, dan mampu beradaptasi. Beberapa nilai utama adalah:

  1. Aja Kagetan
    Jangan mudah terkejut atau kehilangan kendali menghadapi realitas yang sulit.
  2. Aja Dumeh
    Jangan sombong atau merasa lebih dari orang lain karena kekuasaan atau status.
  3. Prasaja
    Sederhana dan bersahaja dalam menjalankan tugas dan kehidupan sehari-hari.
  4. Manjing Ajur-Ajer
    Kemampuan untuk berbaur dengan semua kalangan, merangkul masyarakat, dan melayani dengan sepenuh hati.

 Kategori Kepemimpinan Asta Brata (Serat Ramayana, R.Ng. Yasadipura)

Asta Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diambil dari Serat Ramayana, yang mengaitkan karakter pemimpin dengan elemen-elemen alam:

  1. Ambeging Lintang/Bintang
    Pemimpin sebagai contoh atau penunjuk arah bagi masyarakat.
  2. Ambeging Surya
    Seperti matahari, pemimpin harus memberikan keadilan, terang, dan kekuatan kepada rakyat.
  3. Ambeging Rembulan
    Seperti rembulan, memberikan penerangan dan rasa damai di kegelapan.
  4. Ambeging Angin
    Seperti angin, memberikan solusi yang sejuk dan menyegarkan serta menjadi nafas kehidupan.
  5. Ambeging Mendhung
    Seperti awan, bersikap bijaksana, berwibawa, dan mampu memberikan berkah, seperti hujan.
  6. Ambeging Geni
    Seperti api, menegakkan hukum dan keadilan dengan tegas.
  7. Ambeging Banyu|
    Seperti air, fleksibel, mampu menampung segala bentuk masalah dan memberikan kesejukan.
  8. Ambeging Bumi
    Seperti bumi, memberikan kesejahteraan, kekuatan, dan ketahanan.

 Kategori Kepemimpinan Berdasarkan Nistha, Madya, Utama 

Prinsip ini membagi kualitas kepemimpinan ke dalam tiga tingkatan:

  1. Nistha, Pemimpin dengan kualitas buruk, tidak mampu menjalankan tugas dengan benar.
  2. Madya, Pemimpin yang memahami tugas dan tanggung jawab secara jelas dan mampu melaksanakannya.
  3. Utama, Pemimpin yang melampaui standar biasa, memiliki kualitas tertinggi, dan memberikan kontribusi terbaik.

Kategori Kepemimpinan (Serat Pramayoga, Ranggawarsita)

Serat Pramayoga mengajarkan konsep kepemimpinan dengan 5 prinsip Hang dan 3 prinsip Ha:

Prinsip "Hang" (5 Hang)

  1. Hang-Uripi: Mewujudkan kehidupan yang baik dan bermartabat.
  2. Hang-Rungkepi: Memiliki keberanian untuk berkorban demi kebaikan bersama.
  3. Hang-Ruwat: Menyelesaikan masalah dengan bijaksana.
  4. Hang-Ayomi: Memberikan perlindungan dan rasa aman kepada rakyat.
  5. Hang-Uribi: Menyalakan semangat dan memotivasi orang lain.

Prinsip "Ha" (3 Ha)

  1. Ha-Mayu: Menciptakan harmoni, keindahan, dan kerukunan dalam masyarakat.
  2. Ha-Mengkoni: Membentuk persatuan yang kokoh di antara masyarakat.
  3. Ha-Nata: Mampu mengatur dan menata kehidupan sosial dengan baik.

Ajaran Mangkunegaran IV menekankan pentingnya integritas, keberanian, ketulusan, dan kedekatan dengan masyarakat. Nilai-nilai ini relevan dalam membentuk pemimpin yang dapat mencegah korupsi, menegakkan hukum dengan adil, dan melayani dengan sepenuh hati. Implementasi nilai-nilai ini di era modern dapat memperkuat fondasi kepemimpinan yang bertanggung jawab dan penuh empati terhadap rakyat.

PPT PROF. APOLLO - TB 2
PPT PROF. APOLLO - TB 2

PPT PROF. APOLLO TB - 2
PPT PROF. APOLLO TB - 2

Kepemimpinan dan spiritualitas dari Serat Wedhatama oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (1853-1881)

Prinsip Kepemimpinan Menurut Serat Wedhatama 

  • Eling lan Waspada
    Seorang pemimpin harus senantiasa mengingat Tuhan, berhati-hati dalam bertindak terhadap sesama, serta peka terhadap kondisi lingkungan. Hal ini menekankan hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan horizontal (dengan manusia dan alam).

  • Atetambo yen wus bucik
    Artinya, jangan sampai memperbaiki sesuatu setelah terluka. Pemimpin harus bertindak preventif, bukan reaktif.

  • Awya mematu nalutuh
    Menghindari sifat angkara murka dan perbuatan nista yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

  • Gonyak-ganyuk ngelingsemi
    Menghindari perilaku yang memalukan, seperti kurang sopan santun dan berbicara sembarangan.

  • Nggugu karepe priyangga
    Jangan bersikap egois dan bertindak hanya berdasarkan keinginan sendiri. Pemimpin harus bisa diatur oleh tata nilai dan aturan.

  • Traping angganira
    Mampu menempatkan diri sesuai dengan norma dan tugas negara (uger-uger keprabon).

  • Bangkit ajur ajer
    Bergaul dengan siapa saja tanpa memandang status sosial, menjalin harmoni dalam hubungan.

  • Mung ngenaki tyasing liyan
    Berusaha menyenangkan hati orang lain meskipun mereka berbeda pandangan.

  • Den iso mbasuki ujaring janmi
    Bersikap rendah hati, meskipun dengan cara halus atau pura-pura bodoh untuk menghindari konflik.

  • Ngandhar-andhar angendhukur
    Berbicara dengan logis, berdasarkan data, rendah hati, serta menghindari kata-kata yang membingungkan.

  • Anggung gumrunggung
    Menghindari kesombongan karena hal ini dianggap perilaku bodoh.

  • Lumuh asor kudu unggul
    Pemimpin harus tetap unggul dengan sikap rendah hati, tidak merendahkan orang lain melalui tutur kata.

Prinsip Hidup:

- Pemimpin wajib memberikan kekuatan, keteguhan, serta melawan sifat angkara murka.

- Hidup harus dijalani secara serius sesuai dengan tata aturan yang berlaku.

Pentingnya Spiritualitas dalam Kehidupan

Peran Spiritualitas:

  1. Memanfaatkan Waktu Luang untuk Kebaikan
    Pemimpin sebaiknya menggunakan waktu luang untuk membangun jiwa, seperti berpuasa, mendalami ilmu agama, tirakat, dan olah batin.

  2. Mengurangi Pergaulan Tidak Penting
    Menjaga kesucian hati dengan menghindari interaksi yang tidak membawa manfaat.

  3. Belajar dan Berdoa dengan Sungguh-Sungguh
    Belajar hal-hal yang mendalam sambil berdoa secara tulus untuk mendapatkan petunjuk dan kekuatan spiritual.

Contoh Kepemimpinan:

Pemimpin Nusantara, seperti Ngeksiganda (Mataram), yang menjalankan kehidupan penuh tekun, menjaga hawa nafsu (melalui puasa, tirakat, olah batin), serta konsisten berkarya demi menciptakan ketentraman rakyat.

Martabat Manusia:

  • Wiryo (Keluhuran)
    Martabat seseorang dilihat dari keluhuran budi dan perbuatannya yang membawa manfaat bagi sesama.

  • Arto (Kekayaan)
    Kekayaan yang dimaksud bukan hanya harta, tetapi juga kemampuan untuk berbagi dan membantu orang lain.

  • Winasis (Ilmu Pengetahuan)
    Ilmu adalah alat untuk memperbaiki diri dan lingkungan, menjadi jalan menuju kebijaksanaan.

Keseluruhan ajaran dari Serat Wedhatama menekankan pentingnya keseimbangan antara spiritualitas, hubungan sosial, dan ketaatan terhadap tata aturan untuk menjadi pemimpin yang ideal serta manusia yang bermartabat. 

Lakon Wayang dalam Serat Tripama/Tripomo

Serat Tripama adalah salah satu karya sastra Jawa yang menggambarkan tiga ksatria keteladanan utama yang memiliki sifat-sifat luhur. Ketiga tokoh ini menjadi contoh ideal dari pengorbanan, kesetiaan, dan tanggung jawab dalam kehidupan dan kepemimpinan.

1. Bambang Sumantri / Patih Suwanda

Memiliki guna (kemampuan) dan kaya (kekuatan). Ia dikenal sebagai sosok yang tegas, memiliki keinginan kuat (purun), dan siap mengorbankan dirinya demi menjalankan tanggung jawab.

Bambang Sumantri memiliki adik bernama Sukrasana, yang berwujud raksasa. Walau Sukrasana berbentuk buruk rupa, ia sangat setia dan berhati mulia. Kisah ini menggambarkan pengorbanan Sumantri yang berkomitmen terhadap tugasnya, meskipun harus berhadapan dengan konflik batin terkait hubungannya dengan adiknya.

2. Kumbakarna

Dikenal sebagai ksatria yang memiliki cinta mendalam terhadap tanah air. Meskipun adiknya, Rahwana, adalah seorang raja jahat, Kumbakarna tetap setia pada negeri Alengka. Ia memilih untuk membela negaranya, walau bertentangan dengan nilai moral saudaranya.

Kumbakarna menunjukkan pengorbanan besar dengan melawan pihak Pandawa demi mempertahankan tanah airnya. Sosok ini mengajarkan kesetiaan dan cinta tanah air yang tidak tergoyahkan oleh situasi pribadi.

3. Adipati Karna

Sosok ksatria yang menjunjung tinggi kesetiaan, keteguhan, dan integritas. Adipati Karna dikenal sebagai anak buangan Kunti (ibu Pandawa) yang memilih berpihak pada Kurawa, meskipun ia tahu Kurawa adalah pihak yang salah.

Karna selalu memegang janji yang pernah ia ucapkan dan setia kepada pihak yang memberikan perlindungan padanya, yaitu Duryodana. Dalam perang Baratayuda, ia akhirnya tewas di tangan Arjuna (adik kandungnya sendiri), sebagai bentuk pengorbanannya terhadap tanggung jawab dan sumpahnya.

Makna dan Nilai dari Tiga Ksatria

Ketiga ksatria ini mencerminkan tiga prinsip utama yang dapat diambil sebagai pelajaran untuk kehidupan:

  1. Pengorbanan dan Kemauan Keras (Bambang Sumantri)
    Keteguhan hati untuk menyelesaikan tugas meskipun menghadapi tantangan berat.

  2. Cinta Tanah Air (Kumbakarna)
    Loyalitas pada negara di atas kepentingan pribadi atau keluarga.

  3. Kesetiaan dan Keteguhan Prinsip (Adipati Karna)
    Menepati janji dan bertanggung jawab terhadap pilihan hidup, meskipun harus mengorbankan diri.

Serat Tripama memberikan pelajaran moral yang mendalam tentang kepemimpinan, tanggung jawab, dan pengorbanan. Ketiga tokoh ini menjadi teladan bagi siapa pun, terutama pemimpin, untuk selalu mengutamakan tugas dan nilai luhur meskipun harus menghadapi konsekuensi besar.

Kebatinan Mangkunegaran IV dalam Upaya Pencegahan Korupsi

Kebatinan Mangkunegaran IV, yang merupakan filsafat dan pandangan hidup yang dipegang oleh KGPAA Mangkunegara IV (1811-1881), memiliki nilai-nilai yang relevan dalam mencegah korupsi. Prinsip kebatinan ini didasarkan pada penghayatan spiritual, pengendalian diri, serta pengabdian yang tulus kepada negara dan masyarakat. Gagasan-gagasan Mangkunegaran IV diresapi oleh nilai-nilai luhur Jawa yang menekankan keseimbangan batin, kesadaran sosial, dan moralitas tinggi.

1. Konsep Kebatinan Mangkunegaran IV

Kebatinan dalam konteks Mangkunegaran IV berakar pada ajaran spiritual dan etika moral. Ajaran ini menekankan integritas pribadi, pengendalian hawa nafsu, dan kesadaran diri yang tinggi sebagai pondasi perilaku seorang pemimpin dan pegawai negara. Dalam kebatinan, individu diajarkan untuk tidak tergoda oleh materi dan kekuasaan yang bisa menyebabkan pelanggaran etika, seperti korupsi.

Nilai-Nilai Utama Kebatinan Mangkunegaran IV:

  • Prinsip “Tri Dharma”: Ini meliputi tiga aspek penting, yaitu dedikasi terhadap Tuhan, pengabdian kepada masyarakat, dan menjaga kesucian diri. Setiap pejabat atau pemimpin diharapkan menjalankan tugas mereka dengan kesadaran bahwa tanggung jawab yang diemban adalah amanah.
  • Pengendalian Diri (Laku Prihatin): Mangkunegaran IV mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan tidak berlebihan. Pejabat harus mampu mengendalikan godaan duniawi dan tidak menggunakan jabatan mereka untuk keuntungan pribadi.
  • Keseimbangan Batin dan Pikiran: Dalam kebatinan, menjaga keharmonisan antara batin dan pikiran sangat penting. Ketika keseimbangan ini tercapai, seseorang akan bertindak dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Implementasi Kebatinan Mangkunegaran IV dalam Pencegahan Korupsi

Nilai-nilai kebatinan yang diajarkan oleh Mangkunegaran IV dapat digunakan sebagai landasan dalam membangun budaya anti-korupsi. Beberapa pendekatan yang relevan antara lain:

Pendidikan Moral dan Spiritual

  • Mengintegrasikan ajaran kebatinan ke dalam pendidikan untuk pegawai negeri atau pejabat publik dapat meningkatkan kesadaran spiritual mereka. Ini diharapkan mampu mencegah perilaku koruptif dengan membentuk pribadi yang memiliki integritas tinggi.
  • Pendidikan ini tidak hanya formal tetapi juga melalui pendekatan budaya yang menanamkan nilai kesederhanaan dan pengabdian.

Kepemimpinan yang Berintegritas

  • Pemimpin yang terinspirasi oleh kebatinan Mangkunegaran IV akan memprioritaskan pelayanan kepada masyarakat daripada kepentingan pribadi. Mereka akan menjadi teladan dalam menegakkan kejujuran dan tanggung jawab.
  • Kepemimpinan ini akan memperlihatkan pentingnya “tepa selira” atau empati, di mana pemimpin harus memahami dampak buruk dari korupsi terhadap masyarakat.

Pengendalian Diri dalam Pengelolaan Keuangan

  • Filosofi pengendalian diri mendorong pejabat untuk tidak hidup dalam kemewahan yang berlebihan. Dengan demikian, mereka lebih fokus pada tugas-tugas mereka dan tidak tergoda untuk menyalahgunakan wewenang.
  • Mangkunegaran IV menekankan kesadaran bahwa korupsi tidak hanya mencederai moralitas pribadi tetapi juga merusak tatanan sosial dan kepercayaan publik.

Relevansi dalam Konteks Modern

Meski nilai-nilai ini berakar pada tradisi Jawa, kebatinan Mangkunegaran IV memiliki pesan universal yang relevan untuk diterapkan dalam upaya pencegahan korupsi saat ini. Korupsi adalah masalah serius yang merusak struktur sosial dan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dengan mengadopsi kebijaksanaan dan etika dari ajaran Mangkunegaran IV, pencegahan korupsi dapat lebih efektif, karena melibatkan perubahan perilaku yang mendasar dari individu.

Membangun Budaya Anti-KorupsiDalam era modern, ajaran kebatinan ini dapat diimplementasikan melalui:

  • Pelatihan etika bagi pejabat pemerintah dan perusahaan.
  • Program introspeksi dan kesadaran diri untuk menciptakan individu yang sadar akan tanggung jawab sosial.
  • Kampanye publik yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya integritas dan kehidupan yang bersih dari tindakan koruptif.

Kebatinan Mangkunegaran IV menawarkan pandangan yang komprehensif dalam upaya mencegah korupsi. Melalui prinsip-prinsip moral, pengendalian diri, dan pengabdian, ajaran ini menegaskan bahwa korupsi dapat diberantas jika setiap individu berkomitmen pada nilai-nilai luhur yang menjaga keharmonisan batin dan menghormati hak masyarakat. Menghidupkan kembali kebijaksanaan lokal ini dapat menjadi strategi yang bermanfaat untuk memperkuat integritas dan kejujuran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Gambar Mandiri - Annisa Shabirah
Gambar Mandiri - Annisa Shabirah

WHAT

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV terlahir dengan nama Raden Mas Sudira, lahir pada tanggal 1 Sapar tahun Jimakir 1736 windu Sancaya atau Masehi tanggal 3 Maret 1811, Minggu Legi jam 11 malam di dalam Hadiwijayan.Beliau putra Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I yang nomor 7 (atau nomor 3 yang laki-laki). Dari garis keturunan ayah beliau cucu Bandara Raden Mas Tumenggung Harya Kusumadiningrat, cicit (buyut) dari Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Hadiwijaya yang gugur di Kali Abu daerah Salaman Kedu (gugur tatkala melawan Kompeni/VOC). Ibu beliau adalah puteri Mangkunegara II, jadi beliau ini cucu Mangkunegara II dan ia diangkat sebagai anak sendiri oleh Mangkunegara III yang kemudian dinikahkan dengan anaknya sehingga beliau menjadi menantu Mangkunegara III.

Mangkunegara IV telah mencapai kematangan dalam berbagai bidang sejak sebelum menjadi raja Mangkunegaran, oleh sebab setelah ia menduduki jabatan tersebut, ia segera mengambil inisiatif dalam bidang politik, pemerintahan, ekonomi, sosial, seni budaya dan lain-lain, sehingga ia memiliki otonomi penuh mengenai urusan ke dalam seperti halnya Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Dan ia berhak mengatur pemerintahan sendiri, mengatur rakyatnya menjamin ketenteraman dan kesejahteraan mereka sebagai penguasa penuh di daerahnya. Bahkan ia merasa sebagainya raja ketiga di
samping Sunan Surakarta dan Sultan Yogyakarta sehingga pada masa pemerintahannya daerahnya bertambah luas hingga daerah Sukawati (Sragen) berkat bantuannya kepada pemerintah Inggris dalam menundukkan pemberontakan Sultan Yogyakarta.

Prestasi KGPAA Mangkunegara IV

Dalam masa pemerintahan Mangkunegara IV diterangkan bahwa beliau mengalami kemajuan dalam segala bidang sehingga Mangkunegara IV merupakan negarawan yang cukup terpandang. Kebesaran Mangkunegara IV terutama sebagai seorang sastrawan dan kebudayaan Jawa, dapat dilihat dalam karya-karya sastra yang dihasilkannya. Kemajuan-kemajuan pada masa pemerintahan Mangkunegaran yaitu diantaranya:

  • Bidang Pemerintahan

Dalam menghadapi era baru, KGPAA Mangkunegara IV melakukan perombakan sistem birokrasi pemerintahannya. Kalau di era Mangkunegara III struktur birokrasi pemerintahan masih bersifat kewilayahan dan sentralistik. maka pada era Mangkunegara IV, maka ia menetapkan struktur organisasi birokrasi yang memadukan pikiran Timur dan Barat. Artinya, dengan masih memperhatikan sifat birokrasi tradisional, ia merestrukturisasi dengan mengubah menjadi struktur baru yang berorientasi kepada rincian tugas. Melalui restrukturisasi diperkenalkannya konsep tugas, tanggung jawab suatu institusi, berdasarkan wewenang, dan rincian tugas yang jelas.

Diantaranya yaitu:
1) Kemantren Kepolisian, tugasnya menerima dan memriksa perkara dan menjaga undang-undang Mangkunegaran.
2) Kemantren Margatama, tugasnya memperbaiki jalan-jalan, jembatan, tanggul atau bendungan, dan sebagainya. Tugasnya juga meneliti hal- hal tersebut di atas apabila ada kerusakan.
3) Kemantren Kejaksaan, tugasnya menyelesaikan perkara dan memelihara bunyi undang-undang.

  • Bidang Ekonomi

Pada masa Mangkunegara IV inilah muncul perusahaan-perusahaan mangkunegaran. Diciptakanlah berbagai usaha komersil yang menjadi sumber pendapatan Kadipaten seisinya, disamping memberikan lapangan kerja sebanyak mungkin dan seluas-luasnya bagi rakyat daerah Mangkunegaran. Usaha-usaha tersebut antara lain; mendirikan pabrik- pabrik gula di Colomadu, Tasikmadu, Gembongan, pabrik sisal di desa.

Mentotulakan, pabrik bungkil di desa Polokarto, pabrik bata dan genteng di desa Kemiri, perkebunan-perkebunan karet, teh, kopi, kina di lereng gunung Lawu sebelah barat, kehutanan di daerah Wonogiri, serta mendirikan perumahan-perumahan untuk disewakan baik di dalam kota Surakarta sendiri, maupun di kota antara lain di Semarang.

Dasar pemikiran Mangkunegara IV itu dilandasi kesadaran yang dalam, bahwa dengan pembangunan ekonomi diharapkan akan mampu menjadi tiang topang keuangan Mangkunegaran, yang selama ini dibawah para pendahulunya terlilit hutang dengan Pemerintah Kolonial Belanda. Ia juga berharap bahwa dengan pembangunan ekonomi rakyat akan semakin sejahtera, khususnya rakyat Mangkunegaran. Suatu langkah yang inovatif dan maju, karena pada waktu itu belum pernah dilakukan oleh para pendahulunya dan oleh para raja Jawa waktu itu.

  • Bidang Hukum

Dibidang hukum, orang Jawa seringkali diperlakukan tidak adil, misalnya  hukum pajak, hukuman pelanggaran, semuanya ditetapkan berdasarkan  keinginan pemerintah Kolonial Belanda.  Atas dasar hal itu kemudian Mangkunegara IV mencetuskan
sebuah gagasan baru dalam bidang hukum, agar orang Jawa memperoleh  haknya sesuai dengan jati dirinya. Dengan perjuangan tidak mengenal  menyerah demi membela rakyat kecil di kerajaanya, akhirnya ia berhasil  meyakinkan Residen Surakarta tentang perlunya hukum bagi adat Jawa.  Dengan surat Residen Surakarta kepada gubernur Jenderal No. 3515,  tanggal 25 April 1873, usul Residen agar di Kasunanan dan Mangkunegaran dibentuk Pradoto Kabupaten dikabulkan oleh Gubernur Jenderal. Dengan dibentuknya Pradoto Kabupaten, hal itu berarti pelaksanaan keamanan diserahkan kepada Kepala Kabupaten yaitu Bupati untuk wilayah Kasunanan dan Bupati Anom untu wilayah Mangkunegaran.

Karya-karya Mangkunegara IV

Serat Warayagnya

Serat Warayagnya dikarang pada tahun 1856. Serat Warayagnya berisi nasihat dan pelajaran kepada putra-putranya, dan juga kepada kaum muda Mangkunegaran, agar berhati-hati dalam memilih jodohnya.

Serat Wirawiyata

Karya sastra ini dbuat tahuun 1860, dibuat setelah ia diresmikan sebagai mangkunegara IV. Serat Wirawiyata berisi ajaran kepada prajuritnya. Mangkunegara IV ingin memiliki korps Legiun Mangkunegaran yang ada di bawah pimpinannya berbeda dari sebelumnya. Ajaran itu diberikan antara lain agar korps Legiun Mangkunegaran itu menjadi waspada, jujur, setia kepada raja,
beribadah dan sembahyang, dan melakukan perbuatan baik.

Serat Salokatama

Ajaran Serat Salokatma ditujukan kepada para pemuda Mangkunegaran, khususnya yang sombong. Menurut Mangkunegara IV, pemuda yang sombong itu tidak akan dihormati dan tidak akan dipercaya orang. Untuk itu, ia mrngajarkan kepada mereka yang merasa berdosa harus memberanikan diri meminta maaf. Demikian pula bagi pemuda yang gagal, jangan lekas putus asa, akan tetapi harus terus menebus kegagalannya.

Pemahaman Dasar tentang Korupsi

Korupsi dapat didefinisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Korupsi mencakup berbagai bentuk, seperti:

  • Penyuapan (bribery),
  • Penggelapan dana (embezzlement),
  • Nepotisme,
  • Manipulasi anggaran atau kontrak, dan lainnya.

Korupsi berdampak buruk pada ekonomi, sosial, dan moral masyarakat, termasuk menghambat pembangunan, merusak kepercayaan publik, dan menciptakan ketimpangan sosial.

Gambar Mandiri - Annisa Shabirah
Gambar Mandiri - Annisa Shabirah

WHY

Mengapa Kebatinan Mangkunegaran IV Penting untuk Pencegahan Korupsi?

Korupsi adalah tindakan yang mencerminkan hilangnya moralitas dan kontrol diri, sering kali dilakukan karena dorongan hawa nafsu untuk kekayaan, kekuasaan, atau kepuasan pribadi. Ajaran Mangkunegaran IV, sebagaimana termaktub dalam Serat Wedhatama dan Serat Pramajoga, mengajarkan pengendalian diri melalui prinsip-prinsip seperti:

a. Raos Gesang (Menguasai Rasa Hidup)

Nilai-nilai seperti “Bisa rumangsa, ojo rumangsa bisa” menekankan pentingnya introspeksi dan kerendahan hati. Seseorang yang memahami prinsip ini tidak akan tergoda oleh perilaku koruptif, karena mereka sadar akan batas-batas moral dan menghormati hak orang lain.

b. Angrasa Wani (Berani Bertindak Benar)

Berani salah dan berani mengakui kesalahan adalah inti dari nilai ini. Dalam konteks pencegahan korupsi, keberanian untuk menolak suap atau mengungkap praktik curang menjadi langkah nyata yang mencerminkan integritas moral.

c. Manjing Ajur-Ajer (Melebur dan Melayani dengan Tulus)

Nilai ini menanamkan jiwa pelayanan kepada masyarakat tanpa pamrih. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, sehingga meminimalkan godaan untuk menyalahgunakan kekuasaan.

Mengapa Kebatinan Mangkunegaran IV Relevan untuk Transformasi Memimpin Diri Sendiri?

Self-leadership atau memimpin diri sendiri adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan, mengendalikan, dan memotivasi dirinya sendiri menuju perilaku yang baik dan bermakna. Ajaran Mangkunegaran IV memberikan kerangka kerja spiritual dan moral untuk mencapainya, antara lain:

a. Pengendalian Diri (Disiplin Jiwa dan Raga)

Ajaran “Aja gumunan, aja kagetan, aja dumeh” mengajarkan pengendalian emosi, tidak mudah tergoda oleh kekayaan atau kekuasaan, serta tidak sombong ketika diberi wewenang. Pengendalian ini sangat penting dalam membangun integritas pribadi.

b. Kesederhanaan dan Kejujuran

Konsep “Prasaja” atau hidup sederhana mengajarkan bahwa seseorang tidak perlu hidup berlebihan atau tamak. Hidup sederhana membantu individu fokus pada nilai-nilai luhur dan menjauhkan mereka dari hasrat koruptif.

c. Keberanian Mengambil Tanggung Jawab

Nilai “Angrasa Kleru” (kesatria mengakui kesalahan) mendorong individu untuk bertanggung jawab atas tindakannya, termasuk mengakui jika dirinya salah. Hal ini penting dalam memimpin diri sendiri agar tetap berada pada jalan yang benar.

d. Keharmonisan dan Kerukunan

Nilai “Ha-mayu” (harmoni dan kerukunan) menekankan pentingnya menciptakan hubungan yang damai dan saling mendukung dalam masyarakat. Dalam transformasi diri, harmoni ini membantu individu menjaga hubungan baik dengan orang lain dan menghindari konflik yang dapat memicu perilaku tidak etis.

Mengapa Nilai-Nilai Mangkunegaran IV Bisa Mencegah Korupsi Secara Efektif?

Korupsi tidak hanya masalah teknis, tetapi juga masalah moral. Dengan pendekatan kebatinan Mangkunegaran IV, ada upaya untuk mengatasi akar permasalahan korupsi yang bersumber dari dalam diri manusia. Berikut alasannya:

a. Menanamkan Etika yang Kokoh

Nilai-nilai seperti Bener tur Pener (benar dan tepat) membangun prinsip moral yang kuat, sehingga individu selalu memilih tindakan yang benar meskipun menghadapi tekanan atau godaan.

b. Mengutamakan Kepentingan Kolektif

Ajaran “Ambeging Banyu” (menampung apapun seperti air) mengajarkan sikap inklusif dan kepemimpinan yang memikirkan kepentingan bersama. Hal ini bertolak belakang dengan mentalitas korupsi yang egois dan mengabaikan hak orang lain.

c. Fokus pada Keberlanjutan dan Kesejahteraan

Nilai “Ambeging Bumi” (sejahtera dan kuat seperti tanah) mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan tidak merugikan masyarakat atau lingkungan, sehingga menghindari tindakan korupsi yang sering merusak kesejahteraan publik.

d. Meningkatkan Rasa Bertanggung Jawab

Prinsip “Hang-rungkepi” (berani berkorban) dan “Hang-ruwat” (menyelesaikan masalah) mendorong individu untuk bertindak demi kebaikan orang banyak. Pemimpin yang bertanggung jawab akan melawan korupsi, bukan justru terlibat di dalamnya.

Kesimpulan

Kebatinan Mangkunegaran IV memberikan kerangka filosofis dan moral yang relevan untuk mencegah korupsi dan membangun kemampuan memimpin diri sendiri. Dengan menginternalisasi nilai-nilai seperti pengendalian diri, kejujuran, keberanian, dan pelayanan, seseorang dapat menghindari perilaku koruptif serta menjadi teladan bagi orang lain.

Relevansi ajaran ini tidak hanya terbatas pada masa lalu, tetapi juga sangat aplikatif dalam era modern. Melalui kebatinan Mangkunegaran IV, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih bermoral, adil, dan bebas dari korupsi, dimulai dari transformasi individu untuk memimpin dirinya sendiri.

Gambar Mandiri - Annisa Shabirah
Gambar Mandiri - Annisa Shabirah

HOW

Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

Korupsi adalah salah satu masalah besar yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Penyebab utama dari korupsi sering kali berakar pada lemahnya kontrol diri dan kurangnya integritas pribadi. Oleh karena itu, upaya pencegahan korupsi tidak hanya melibatkan kebijakan eksternal seperti penegakan hukum, tetapi juga transformasi dari dalam diri individu. Transformasi ini dikenal sebagai kemampuan memimpin diri sendiri atau self-leadership, yang menjadi dasar perilaku etis dalam kehidupan pribadi dan profesional.  

Pencegahan korupsi membutuhkan pendekatan holistik, yang melibatkan regulasi, pendidikan, dan penguatan integritas individu. Berikut langkah-langkah pentingnya:

a. Regulasi dan Penegakan Hukum

  • Membuat undang-undang yang jelas dan tegas untuk menghukum pelaku korupsi.
  • Meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan negara.
  • Transparansi dalam administrasi publik untuk meminimalkan celah terjadinya korupsi.

b. Pendidikan Anti-Korupsi

  • Memasukkan nilai-nilai anti-korupsi dalam sistem pendidikan sejak dini.
  • Mengedukasi masyarakat tentang bahaya dan dampak korupsi.
  • Membangun kesadaran publik untuk tidak mendukung tindakan korupsi, seperti tidak memberi atau menerima suap.

c. Transformasi Budaya Organisasi

  • Menerapkan budaya kerja berbasis akuntabilitas dan transparansi.
  • Melakukan audit reguler untuk memastikan penggunaan dana yang tepat.
  • Memberikan apresiasi terhadap perilaku integritas dalam organisasi.

d. Kepemimpinan yang Berintegritas

Pemimpin memainkan peran sentral dalam mencegah korupsi. Pemimpin yang berintegritas akan menjadi teladan bagi bawahannya. Nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, dan pengabdian harus melekat pada karakter seorang pemimpin.

Bagaimana Kebatinan Mangkunegaran IV Mencegah Korupsi?

Korupsi bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga permasalahan moral dan spiritual. Dengan menerapkan nilai-nilai kebatinan Mangkunegaran IV, korupsi dapat dicegah melalui langkah-langkah berikut:

a. Menanamkan Kesadaran Moral Sejak Dini

Prinsip “Bisa rumangsa, ojo rumangsa bisa” (merasakan empati terhadap orang lain, tidak merasa diri paling benar) menjadi dasar dalam membangun kepekaan moral. Pendidikan moral berbasis nilai ini dapat diterapkan di sekolah, keluarga, dan tempat kerja untuk melatih seseorang memahami dampak korupsi terhadap masyarakat.

b. Menginternalisasi Keberanian Moral dalam Bertindak

Konsep “Angrasa Wani” (berani berbuat benar meskipun berisiko) memberikan kerangka keberanian moral. Dalam pencegahan korupsi, individu diajak untuk:

  • Berani menolak suap.
  • Berani melaporkan tindakan korupsi, meskipun menghadapi tekanan sosial.
  • Berani mengakui kesalahan jika terlibat dalam tindakan curang.

c. Membangun Sistem Kepemimpinan yang Terbuka dan Melayani

Nilai “Manjing Ajur-Ajer” (melebur dan melayani) dapat diwujudkan melalui kepemimpinan yang inklusif dan transparan. Praktik ini mencakup:

  • Membuka ruang diskusi yang jujur untuk mengidentifikasi potensi penyalahgunaan kekuasaan.
  • Memberikan laporan keuangan atau kegiatan yang dapat diakses publik untuk mencegah manipulasi data.

d. Mempraktikkan Prinsip “Bener Tur Pener” (Benar dan Tepat)

Nilai ini menuntut seseorang untuk tidak hanya bertindak benar menurut hukum, tetapi juga tepat secara moral. Dalam praktiknya, ini berarti:

  • Tidak memanfaatkan celah hukum untuk keuntungan pribadi.
  • Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan kelompok tertentu.

Bagaimana Kebatinan Mangkunegaran IV Membantu Transformasi Memimpin Diri Sendiri?

Transformasi diri menjadi elemen kunci dalam membangun individu yang kuat, integritas tinggi, dan tidak mudah tergoda oleh perilaku koruptif. Kebatinan Mangkunegaran IV memberikan pedoman praktis untuk mencapainya melalui langkah berikut:

a. Mengelola Emosi dan Diri Sendiri

Prinsip “Aja gumunan, aja kagetan, aja dumeh” memberikan pelajaran untuk:

  • Tidak mudah terkejut oleh perubahan atau kejadian buruk.
  • Tidak terpesona dengan kekayaan atau jabatan yang bersifat sementara.
  • Tidak menjadi sombong atau mentang-mentang saat memiliki kekuasaan.

Transformasi ini dimulai dari latihan kesadaran diri (self-awareness) yang melibatkan refleksi mendalam terhadap perilaku sehari-hari.

b. Hidup Sederhana dan Sesuai Kebutuhan

Konsep “Prasaja” (kesederhanaan) dapat diterapkan dengan:

  • Membatasi gaya hidup agar tidak konsumtif, sehingga menghindari tekanan untuk mencari uang dengan cara curang.
  • Fokus pada kebutuhan dasar yang selaras dengan tanggung jawab moral.

c. Membangun Koneksi Sosial yang Harmonis

Nilai “Ha-mayu” (harmoni dan kerukunan) dapat diterapkan melalui:

  • Menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, keluarga, dan komunitas.
  • Mengatasi konflik dengan pendekatan yang penuh empati dan solusi yang menguntungkan bersama.

d. Melatih Kedisiplinan dan Keberanian

Nilai “Hang-rungkepi” (berani berkorban) dan “Hang-ruwat” (menyelesaikan masalah) mendorong individu untuk melatih diri dengan:

  • Disiplin dalam menjalankan tugas tanpa menunda pekerjaan.
  • Bertindak sebagai problem solver yang tangguh dan tidak lari dari tanggung jawab.

Transformasi Memimpin Diri Sendiri sebagai Landasan Pencegahan Korupsi

Self-leadership atau memimpin diri sendiri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan, mengatur, dan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan yang positif. Dalam konteks pencegahan korupsi, memimpin diri sendiri berarti memiliki kendali atas perilaku, keputusan, dan integritas pribadi.

Komponen Utama Memimpin Diri Sendiri

Kesadaran Diri (Self-awareness)

  • Mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
  • Menyadari dampak keputusan pribadi terhadap orang lain.
  • Memahami godaan korupsi dan memiliki strategi untuk menghindarinya.

Disiplin Diri (Self-discipline)

  • Kemampuan mengendalikan hawa nafsu, seperti keinginan untuk kekayaan atau kekuasaan yang tidak sah.
  • Menerapkan prinsip hidup sederhana (prasaja) dan tidak berlebihan.

Nilai dan Integritas (Self-values and Integrity)

  • Berpegang pada prinsip kejujuran, tanggung jawab, dan rasa keadilan.
  • Menolak tindakan yang melanggar hukum meskipun ada tekanan eksternal.

Motivasi Diri (Self-motivation)

  • Memiliki tujuan hidup yang jelas dan mulia, seperti memberikan manfaat kepada masyarakat.
  • Fokus pada kontribusi positif daripada keuntungan pribadi.

Menghubungkan Memimpin Diri Sendiri dengan Pencegahan Korupsi

Pemimpin yang mampu memimpin dirinya sendiri cenderung memiliki pengaruh yang besar dalam menanamkan budaya anti-korupsi. Beberapa poin kunci:

  1. Menjadi Teladan yang Baik
    Pemimpin yang jujur dan disiplin akan menciptakan lingkungan yang menolak praktik korupsi. Keteladanan ini akan menginspirasi orang lain untuk bersikap sama.

  2. Membuat Keputusan Berbasis Nilai
    Keputusan yang diambil oleh individu yang memiliki self-leadership selalu mempertimbangkan nilai-nilai etika, dampak jangka panjang, dan kepentingan bersama.

  3. Membangun Kepercayaan Publik
    Pemimpin yang mempraktikkan transparansi dalam tindakannya akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Ini akan memperkuat upaya kolektif dalam memberantas korupsi.

  4. Menumbuhkan Budaya Anti-Korupsi
    Individu yang memiliki integritas akan menanamkan nilai-nilai positif di lingkungan tempat mereka berada, baik di rumah, tempat kerja, maupun masyarakat luas.

 Langkah Nyata dalam Memimpin Diri Sendiri

Untuk memulai transformasi memimpin diri sendiri, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

  1. Refleksi Diri|
    Evaluasi secara berkala atas tindakan dan keputusan yang telah diambil.
  2. Pendidikan Etika
    Pelajari nilai-nilai moral dan etika yang mendasari kehidupan bermasyarakat.
  3. Pengendalian Emosi
    Latih kemampuan untuk tetap tenang dalam situasi yang menekan.
  4. Membangun Kebiasaan Positif
    Biasakan bersikap jujur, bertanggung jawab, dan sederhana.
  5. Kolaborasi dengan Lingkungan
    Cari komunitas atau mentor yang mendukung nilai-nilai positif dan integritas.

Kesimpulannya

Korupsi adalah masalah yang harus diatasi secara kolektif, tetapi upaya ini dimulai dari individu. Transformasi diri melalui self-leadership memberikan fondasi yang kuat untuk menciptakan pribadi yang anti-korupsi. Ketika individu mampu memimpin dirinya sendiri, mereka akan memiliki kekuatan untuk menolak godaan korupsi, menjadi teladan, dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan bersih.

Pencegahan korupsi adalah tugas kita bersama, dimulai dari langkah kecil memimpin diri sendiri menuju perubahan besar dalam sistem dan budaya.

Kebatinan Mangkunegaran IV menawarkan pendekatan holistik dalam pencegahan korupsi dan transformasi kepemimpinan. Dengan menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral dalam diri, seseorang dapat menjadi pemimpin yang berintegritas dan mampu membawa perubahan positif. Kebijaksanaan lokal ini menunjukkan bahwa solusi atas tantangan modern sering kali dapat ditemukan dalam akar budaya dan tradisi kita sendiri. 

Daftar Pustaka

- PPT/Modul Prof. Apollo TB 2

- Makalao, D. A. M., & Soeratin, H. Z. (2023). Peran Kepemimpinan Dalam Mengakselerasi Penanganan Korupsi di Era Digitalisasi 5.0 Dan Sosial Media. Journal of Islamic Education Leadership, 3(1), 28-50. 

- Prayogi, A., & Jauhari, M. (2021). Revitalisasi Lima Nilai Budaya Kerja Berbasisteladan Hidup Rasulullah Sebagai Upaya Mencegah Dan Menghilangkan Perilaku Korup (Telaah Konseptual di Lingkungan Kementerian Agama). Al Hikmah: Jurnal Dakwah, 15(2), 181-206. 

- Azzer,Ahmad Muhaimin.2011.Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, Cet. Ke-1.Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

- Arfa, A. M. (2023). Memerangi Korupsi Melalui Pendidikan Anti-Korupsi: Membentuk Integritas, Kesadaran, Dan Kemampuan Kritis Dalam Masyarakat. Jendela Pengetahuan, 16(2), 128-142. 

- SAPUTRA-NIM, M. N. E. (2008). MANUSIA UTAMA MENURUT MANGKUNEGARA IV (Kajian Atas Teks Serat Wedhatama Dan Serat-Serat Piwulang) (Doctoral dissertation, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). 

- Astuti, R. (2018). Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Serat Wedhatama Karya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung). 

- Syarief, R. A. O., & Prastiyo, D. (2018). Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia: Antara Faktor Penyebab dan Penegakan Hukum. Jurnal Hukum Respublica, 18(1), 1-13. 

- Tulungen, E. E., Saerang, D. P., & Maramis, J. B. (2022). Transformasi digital: Peran kepemimpinan digital. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 10(2). 

- Effendi, T. (2013). Transformasi Diri. Elex Media Komputindo. 

-  Al Marie, B. K. (2018). Kajian Serat Wedatama: Kajian Sastra Jawa Klasik. Sempulur Publisher. 

-  Harefa, A., & Daliwu, S. (2021). Teori Pendidikan Pancasila dan Antikorupsi. Penerbit Lutfi Gilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun