Nilai ini menanamkan jiwa pelayanan kepada masyarakat tanpa pamrih. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, sehingga meminimalkan godaan untuk menyalahgunakan kekuasaan.
Mengapa Kebatinan Mangkunegaran IV Relevan untuk Transformasi Memimpin Diri Sendiri?
Self-leadership atau memimpin diri sendiri adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan, mengendalikan, dan memotivasi dirinya sendiri menuju perilaku yang baik dan bermakna. Ajaran Mangkunegaran IV memberikan kerangka kerja spiritual dan moral untuk mencapainya, antara lain:
a. Pengendalian Diri (Disiplin Jiwa dan Raga)
Ajaran “Aja gumunan, aja kagetan, aja dumeh” mengajarkan pengendalian emosi, tidak mudah tergoda oleh kekayaan atau kekuasaan, serta tidak sombong ketika diberi wewenang. Pengendalian ini sangat penting dalam membangun integritas pribadi.
b. Kesederhanaan dan Kejujuran
Konsep “Prasaja” atau hidup sederhana mengajarkan bahwa seseorang tidak perlu hidup berlebihan atau tamak. Hidup sederhana membantu individu fokus pada nilai-nilai luhur dan menjauhkan mereka dari hasrat koruptif.
c. Keberanian Mengambil Tanggung Jawab
Nilai “Angrasa Kleru” (kesatria mengakui kesalahan) mendorong individu untuk bertanggung jawab atas tindakannya, termasuk mengakui jika dirinya salah. Hal ini penting dalam memimpin diri sendiri agar tetap berada pada jalan yang benar.
d. Keharmonisan dan Kerukunan
Nilai “Ha-mayu” (harmoni dan kerukunan) menekankan pentingnya menciptakan hubungan yang damai dan saling mendukung dalam masyarakat. Dalam transformasi diri, harmoni ini membantu individu menjaga hubungan baik dengan orang lain dan menghindari konflik yang dapat memicu perilaku tidak etis.