kepada burung elangnya.
Aisholpan banyak belajar dasar-dasar tentang menjadi pemburu elang dari burung ayahnya. Ia bermimpi suatu saat nanti, Ia juga punya burung elangnya sendiri. Ayahnya melihat keseriusannya berlatih, akhirnya membolehkannya untuk memiliki burung elangnya sendiri dan melatihnya.
Pada hari yang ditentukan, Ai mendapatkan kesempatan yang amat langka untuk mendapatkan bayi elang berumur 3 bulan di gunung terdekat. Sebagai informasi saja, anak burung elang cukup kuat bertahan di sarang tanpa induknya, selama beberapa hari setiap tahunnya. Anak elang ini juga belum cukup umur untuk terbang. Singkat cerita, Ai menunjukkan keberaniannya saat berhadapan dengan anak elang tersebut di sarang burung elang (ini jujur cukup membuat saya deg-deg-an sebagai penonton) dan akhirnya berhasil mendapatkan anak burung elang tersebut, meski sempat ia terpeleset sedikit.
Burung elang tersebut ia rawat dengan kasih sayang, dan ia berniat untuk membesarkannya dan akan ikut festival elang. Nah, bagaimana kelanjutan film The Eagle Huntress ini? Akankah Aisholpan berhasil menjadi pemburu elang pertama di Mongolia? Akankah para tetua di lingkugannya mau mengakui Aisholpan sebagai pemburu elang?
Silahkan teman-teman temukan jawabannya di film The Eagle Huntress ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H