Dari resistansi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan, hal yang tampak menarik dari strategi penarasian dengan menggunakan sudut pandang orang pertama dengan tokoh "saya" yaitu Maha dan orang ketiga adalah hadirnya subjek laki-laki di mata tokoh "saya" (perempuan). Pemberian nama tokoh laki-laki dengan nama binatang menjadi sebuah usaha untuk menyamakan sifat laki-laki dengan nama-nama. Laki-laki lintah identik dengan hewan lintah yang mengisap darah dan tidak akan berhenti mengisap jika belum benar-benar kenyang.
Kekurangan dari cerpen "LINTAH" karya Djenar Mahesa Ayu ini hanyalah terletak di bagian pertengahan cerita. Akan sangat membingungkan apabila tidak membaca dengan tidak sungguh-sungguh, akan sulit dipahami alurnya bagaimana jika kita tidak membacanya dari awal dan penuh penghayatan. Pengarang lebih mengeksploitasi kekerasan dan unsur seksualitas secara berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H