Mohon tunggu...
Annisa Muhasyafira
Annisa Muhasyafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa universitas negeri padang jurusan Bahasa dan Sastra Inggris

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknik dan Strategi Penerjemahan Puisi oleh Annisa Muhasyafira

18 Oktober 2024   17:53 Diperbarui: 24 Oktober 2024   20:39 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknik dan Strategi Penerjemahan Puisi oleh Annisa Muhasyafira


Terjemahan Ind - Eng 

Puisi Berjudul "Cahaya di Langit Pagaruyuang" Karya Leni Marlina

(Bait 3) (24 JD I-E TRANS JM 9-10 NK ALL 21 LM)

A. Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan perasaan dan pemikiran penyair dengan menggunakan bahasa yang terikat oleh irama, rima, serta penyusunan kata yang cermat dan indah. Puisi sering kali menggunakan gaya bahasa dan simbol-simbol untuk menyampaikan makna yang mendalam, sehingga pembaca perlu menginterpretasikan makna di balik kata-kata yang digunakan. Puisi juga sering memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan dengan prosa, meskipun masih ada struktur tertentu yang bisa dikenali, seperti bait dan larik.

B. Cara Menerjemahkan Puisi Dari Bahasa Indonesia Ke Bahasa Inggris

Menerjemahkan puisi dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris bukan sekadar menerjemahkan kata-kata secara langsung, tetapi juga mempertimbangkan makna, irama, gaya bahasa, dan nuansa emosi yang ingin disampaikan oleh penyair. Berikut ini beberapa langkah dan prinsip yang perlu diperhatikan dalam menerjemahkan puisi:

Cara Menerjemahkan Puisi:

  1. Memahami Makna Puisi Asli:
    • Baca puisi dalam Bahasa Indonesia secara menyeluruh untuk memahami makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.
    • Pahami konteks budaya dan latar belakang puisi tersebut, karena puisi sering kali mengandung unsur budaya yang tidak mudah diterjemahkan secara harfiah.
  2. Mempertahankan Makna dan Suasana:
    • Pastikan terjemahan mempertahankan makna asli puisi, meskipun harus ada sedikit adaptasi. Misalnya, idiom atau metafora yang sangat khas dalam bahasa Indonesia bisa diubah ke bentuk metafora yang memiliki efek emosional serupa dalam Bahasa Inggris.
    • Fokus juga pada suasana yang diciptakan oleh puisi tersebut. Misalnya, apakah puisinya romantis, melankolis, atau penuh semangat?
  3. Menjaga Gaya Bahasa dan Gaya Sastra:
    • Puisi sering menggunakan aliterasi, asonansi, rima, dan irama. Saat menerjemahkan, upayakan untuk tetap mempertahankan unsur-unsur ini bila memungkinkan.
    • Perhatikan struktur larik dan bait, serta gaya bahasa seperti personifikasi, metafora, simile, atau simbolisme.
  4. Kreativitas dalam Pemilihan Kata:
    • Dalam menerjemahkan puisi, kreatifitas sangat penting. Pilih kata yang tidak hanya tepat secara makna, tetapi juga mendukung keindahan dan emosi yang ingin disampaikan oleh puisi.
    • Jangan terlalu kaku pada struktur gramatikal, karena terkadang penyimpangan diperlukan agar terjemahan terasa lebih natural dan tetap puitis.
  5. Membandingkan Hasil Terjemahan:
    • Setelah menerjemahkan, bandingkan hasil terjemahan dengan puisi asli. Pastikan bahwa esensi, gaya, dan emosi tetap tersampaikan.
    • Kadang, perlu dilakukan beberapa revisi untuk mencapai hasil yang paling baik.

C. Bait 4 Puisi "Cahaya Di Langit Pagaruyuang" Karya Leni Marlina

Upita Agustine,
nama penamu yang tak hanya menggores,
tapi menusuk langit dengan warna-warna baru.
Di panggung yang tak kasat mata,
Engkau melangkah dan beraksi bersama bayang-bayang samudra,
melayarkan gelombang cerita di atas ombak yang sunyi,
mewarnai senja Sumatra
dengan lembayung kata-kata yang tak bakal redup.

Dari bianglala ke laut biru,
di antara dua kutub itu, engkau lukis impian,
di atas kanvas yang utuh,
di mana harapan tumbuh liar,
menciptakan dunia baru,
di mana impian menemukan rumahnya.

Di tengah pusaran waktu yang terus menggulung,
engkau menjadi pelita yang tak padam,
menyulut semangat di hati kami,
menghidupkan semangat yang terselip di benih pemikiran,
mengajarkan kami bahwa mimpi tidak berhenti pada imajinasi,
tetapi menjelma menjadi cahaya yang menuntun langkah dan aksi.

D. Bait 4 Puisi "Lights in the Sky Of Pagaruyuang" Karya Leni Marlina

Upita Agustine,
your pen name does not merely sketch
but pierces the heavens with vibrant hues.
On an invisible stage,
you glide and dance with the shadows of the sea,
sailing waves of stories across tranquil shores,
dyeing the Sumatra twilight
with shades of words that shall never fade.

From rainbows to azure seas,
between these two realms, you paint dreams
upon an untouched canvas,
where hope blossoms wild,
creating a new world
where dreams find their sanctuary.

In the swirling vortex of time that spins ever onward,
you become an eternal flame,
kindling the spirit within our hearts,
reviving passions hidden in the seeds of thought,
teaching us that dreams does not linger in mere imagination,
but transform into light that guides our paths and actions.


E. Teknik Penerjemahan Puisi oleh Annisa Muhasyafira

Menerjemahkan teks dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris memerlukan berbagai teknik untuk memastikan bahwa makna, struktur, dan nuansa asli tetap terjaga dalam bahasa target. Berikut adalah beberapa teknik yang umum digunakan dalam proses penerjemahan:

Teknik-Teknik Penerjemahan:

  1. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
    • Teknik ini melibatkan penerjemahan kata demi kata dari bahasa sumber ke bahasa target tanpa mengubah urutan kalimat.
    • Cocok untuk teks dengan struktur gramatikal yang mirip, tetapi sering kali tidak cocok untuk karya sastra karena bisa menghasilkan kalimat yang kaku.
    • Contoh: “Saya pergi ke pasar.” diterjemahkan menjadi “I go to the market.”
  2. Adaptasi (Adaptation)
    • Teknik ini digunakan untuk menyesuaikan konteks budaya dari bahasa sumber ke bahasa target.
    • Sangat cocok digunakan jika ada ungkapan, idiom, atau elemen budaya yang sulit dimengerti di bahasa target.
    • Contoh: “Kambing hitam” dalam Bahasa Indonesia mungkin diterjemahkan menjadi “scapegoat” dalam Bahasa Inggris.
  3. Transposisi (Transposition)
    • Teknik ini melibatkan perubahan struktur gramatikal dari bahasa sumber ke bahasa target agar lebih alami.
    • Biasanya dilakukan saat kata-kata tertentu dalam bahasa Indonesia tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa Inggris.
    • Contoh: “Buku ini mudah dibaca” diterjemahkan menjadi “This book is easy to read” (struktur kalimat berubah agar lebih sesuai dalam Bahasa Inggris).
  4. Modulasi (Modulation)
    • Teknik ini mengubah sudut pandang atau cara pandang tanpa mengubah makna.
    • Biasanya digunakan jika penerjemahan harfiah tidak terdengar alami dalam bahasa target.
    • Contoh: “Dia tidak setuju dengan usulan itu” bisa diterjemahkan menjadi “He disagrees with the proposal”, bukan “He does not agree with the proposal”.
  5. Reduksi dan Ekspansi (Reduction and Expansion)
    • Teknik ini digunakan untuk memperpendek atau memperpanjang terjemahan agar lebih sesuai dengan cara berpikir pembaca bahasa target.
    • Reduksi digunakan untuk membuang kata-kata yang tidak diperlukan, sementara ekspansi digunakan untuk menambahkan penjelasan yang diperlukan dalam bahasa target.
    • Contoh: “Nasi goreng” mungkin diterjemahkan menjadi “fried rice” atau “Indonesian-style fried rice” jika pembaca tidak akrab dengan istilah tersebut.
  6. Calque (Loan Translation)
    • Teknik ini menerjemahkan ungkapan atau frasa secara langsung, tetapi hasil terjemahannya masih bisa dimengerti di bahasa target.
    • Misalnya, “toothpaste” diterjemahkan menjadi “pasta gigi” dalam Bahasa Indonesia, tetapi dalam konteks penerjemahan kembali, bisa diterjemahkan kembali secara langsung sebagai “pasta for teeth” jika konteksnya dipertahankan.
  7. Parafrase (Paraphrase)
    • Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan ide atau makna secara bebas, sering kali dengan mengubah struktur kalimat untuk membuatnya lebih mudah dipahami oleh pembaca.
    • Parafrase sangat berguna dalam menerjemahkan teks yang kaya akan metafora atau ungkapan yang sulit dipahami jika diterjemahkan secara langsung.
    • Contoh: “Hatinya selembut kapas” bisa diterjemahkan menjadi “She has a heart as gentle as a feather”.
  8. Penerjemahan Kontekstual (Contextual Translation)
    • Teknik ini berfokus pada memahami konteks keseluruhan teks sebelum menerjemahkan kalimat atau frasa tertentu.
    • Hal ini penting untuk teks yang kaya akan makna tersirat atau memiliki banyak kata dengan arti ganda (ambigu).
    • Misalnya, kata “merah” dalam puisi mungkin tidak hanya berarti warna, tetapi juga melambangkan kemarahan atau semangat.


F. Strategi Penerjemahan Puisi oleh Annisa Muhasyafira

1. Strategi Pengalihan Makna (Semantic Translation)

  • Strategi ini fokus pada pemeliharaan makna dari teks sumber, dengan perhatian besar pada nuansa dan konteks yang ada dalam bahasa sumber.
  • Teks hasil terjemahan diupayakan tetap setia pada makna asli meskipun strukturnya mungkin sedikit berubah agar terdengar lebih alami dalam bahasa target.
  • Strategi ini cocok untuk teks yang memerlukan kesetiaan terhadap konsep atau istilah, seperti teks ilmiah atau karya sastra.
  • Contoh: “Anak itu pintar sekali” bisa diterjemahkan menjadi “That child is very intelligent”, dengan fokus pada makna “pintar” yang mungkin lebih tepat dengan “intelligent” dalam konteks tersebut.

2. Strategi Komunikatif (Communicative Translation)

  • Fokus dari strategi ini adalah menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami oleh pembaca bahasa target.
  • Kadang-kadang, ungkapan atau kalimat dari bahasa sumber diadaptasi agar lebih familiar atau lebih sesuai dengan budaya pembaca dalam bahasa target.
  • Strategi ini sangat cocok untuk teks-teks yang berorientasi pada audiens, seperti materi pemasaran, pidato, atau artikel populer.
  • Contoh: “Jangan sungkan-sungkan” bisa diterjemahkan menjadi “Don’t hesitate” agar lebih mudah dipahami oleh penutur Bahasa Inggris.

3. Strategi Penyesuaian Budaya (Cultural Adaptation)

  • Dalam strategi ini, penerjemah mengadaptasi elemen-elemen budaya dari bahasa sumber ke dalam bentuk yang lebih familiar bagi pembaca bahasa target.
  • Strategi ini sangat penting ketika menerjemahkan teks yang sarat dengan referensi budaya lokal, idiom, atau peribahasa.
  • Contoh: “Makan ketupat saat Lebaran” mungkin diterjemahkan menjadi “Eating traditional rice cakes during Eid” agar pembaca berbahasa Inggris mengerti konteks budaya perayaan tersebut.

4. Strategi Transposisi (Transposition)

  • Strategi ini melibatkan perubahan kelas kata atau struktur kalimat dari bahasa sumber ke bahasa target untuk menciptakan hasil terjemahan yang lebih alami.
  • Penerjemah dapat mengubah urutan subjek, predikat, atau objek dalam kalimat agar sesuai dengan tata bahasa target.
  • Contoh: “Buku itu telah saya baca” dapat diterjemahkan menjadi “I have read that book”, dengan perubahan posisi objek dan subjek agar lebih sesuai dengan kebiasaan bahasa Inggris.

5. Strategi Parafrase (Paraphrasing)

  • Dalam strategi ini, penerjemah mengungkapkan ulang ide atau makna dengan kalimat yang lebih bebas, tetapi tetap berusaha mempertahankan esensi dari bahasa sumber.
  • Parafrase sering digunakan ketika ada istilah atau ekspresi yang sulit diterjemahkan secara langsung.
  • Contoh: “Bunga tidur” yang merupakan istilah untuk “mimpi” dalam Bahasa Indonesia, bisa diterjemahkan menjadi “dreams”, tetapi mungkin perlu penjelasan tambahan jika konteksnya berbeda.

G. Evaluasi

Dalam menerjemahkan teks dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, beberapa tantangan utama sering muncul, seperti perbedaan struktur gramatikal, perbedaan budaya, serta nuansa bahasa yang unik dari masing-masing bahasa. Meskipun berbagai strategi seperti penerjemahan semantik, adaptasi budaya, dan parafrase dapat membantu mencapai hasil terjemahan yang baik, penerjemah tetap harus berhati-hati agar makna tidak hilang atau berubah. Penggunaan teknik yang salah, seperti terjemahan harfiah pada idiom atau ungkapan budaya, bisa menghasilkan teks yang kaku dan sulit dipahami oleh pembaca bahasa target.


H.  Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan:

Menerjemahkan teks dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris memerlukan pemahaman yang mendalam tentang kedua bahasa, serta sensitivitas terhadap budaya dan konteks yang melekat pada teks asli. Strategi seperti penyesuaian budaya dan parafrase memungkinkan penerjemah untuk menciptakan hasil terjemahan yang tidak hanya akurat secara makna, tetapi juga natural dan relevan bagi pembaca bahasa target. Selain itu, penting bagi penerjemah untuk memilih strategi yang sesuai dengan jenis teks dan audiens yang dituju.

Saran:

  1. Meningkatkan Pemahaman Budaya: Penerjemah harus terus memperdalam pemahaman mereka terhadap budaya baik dari bahasa sumber maupun bahasa target. Ini akan membantu mereka mengatasi perbedaan-perbedaan budaya yang muncul dalam proses penerjemahan.

  2. Menggunakan Kombinasi Strategi: Alih-alih hanya menggunakan satu strategi, penerjemah sebaiknya menggunakan kombinasi strategi sesuai dengan kebutuhan teks. Misalnya, menggunakan transposisi untuk menyesuaikan struktur kalimat dan adaptasi budaya untuk menyesuaikan referensi lokal.

  3. Membaca Kembali dan Merevisi: Setelah proses penerjemahan, penting untuk membaca kembali hasil terjemahan untuk memastikan bahwa pesan asli tidak hilang dan bahwa terjemahan terdengar alami bagi pembaca bahasa target. Revisi juga penting untuk memperbaiki aspek-aspek seperti tata bahasa, kohesi, dan kelancaran kalimat.

  4. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan: Mengikuti pelatihan dan memperbarui pengetahuan tentang teori dan praktik penerjemahan dapat membantu penerjemah menghadapi tantangan yang terus berkembang dalam industri penerjemahan.

I. Referensi (Buku atau E-book)

1. 1 Buku tentang penerjemahan dan 1 buku tentang puisi

Newmark, Peter. (1988). A Textbook of Translation. New York: Prentice Hall.

Pradopo, Rachmat Djoko. (1995). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

2. Website 

Puisi Leni Marlina: Cahaya di Langit Pagaruyuang (Untuk Putri Penerus Kerajaan Pagaruyuang Bundo Raudha Thaib) - Forum Sumbar

3.  Artikel Ilmiah

Venuti, Lawrence. (1995). The Translator's Invisibility: A History of Translation. London: Routledge.

Heaney, Seamus. (1980). "The Sense of Place." The New Yorker, 55(26), 34-43.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun