Teknik-Teknik Penerjemahan:
- Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
- Teknik ini melibatkan penerjemahan kata demi kata dari bahasa sumber ke bahasa target tanpa mengubah urutan kalimat.
- Cocok untuk teks dengan struktur gramatikal yang mirip, tetapi sering kali tidak cocok untuk karya sastra karena bisa menghasilkan kalimat yang kaku.
- Contoh: “Saya pergi ke pasar.” diterjemahkan menjadi “I go to the market.”
- Adaptasi (Adaptation)
- Teknik ini digunakan untuk menyesuaikan konteks budaya dari bahasa sumber ke bahasa target.
- Sangat cocok digunakan jika ada ungkapan, idiom, atau elemen budaya yang sulit dimengerti di bahasa target.
- Contoh: “Kambing hitam” dalam Bahasa Indonesia mungkin diterjemahkan menjadi “scapegoat” dalam Bahasa Inggris.
- Transposisi (Transposition)
- Teknik ini melibatkan perubahan struktur gramatikal dari bahasa sumber ke bahasa target agar lebih alami.
- Biasanya dilakukan saat kata-kata tertentu dalam bahasa Indonesia tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa Inggris.
- Contoh: “Buku ini mudah dibaca” diterjemahkan menjadi “This book is easy to read” (struktur kalimat berubah agar lebih sesuai dalam Bahasa Inggris).
- Modulasi (Modulation)
- Teknik ini mengubah sudut pandang atau cara pandang tanpa mengubah makna.
- Biasanya digunakan jika penerjemahan harfiah tidak terdengar alami dalam bahasa target.
- Contoh: “Dia tidak setuju dengan usulan itu” bisa diterjemahkan menjadi “He disagrees with the proposal”, bukan “He does not agree with the proposal”.
- Reduksi dan Ekspansi (Reduction and Expansion)
- Teknik ini digunakan untuk memperpendek atau memperpanjang terjemahan agar lebih sesuai dengan cara berpikir pembaca bahasa target.
- Reduksi digunakan untuk membuang kata-kata yang tidak diperlukan, sementara ekspansi digunakan untuk menambahkan penjelasan yang diperlukan dalam bahasa target.
- Contoh: “Nasi goreng” mungkin diterjemahkan menjadi “fried rice” atau “Indonesian-style fried rice” jika pembaca tidak akrab dengan istilah tersebut.
- Calque (Loan Translation)
- Teknik ini menerjemahkan ungkapan atau frasa secara langsung, tetapi hasil terjemahannya masih bisa dimengerti di bahasa target.
- Misalnya, “toothpaste” diterjemahkan menjadi “pasta gigi” dalam Bahasa Indonesia, tetapi dalam konteks penerjemahan kembali, bisa diterjemahkan kembali secara langsung sebagai “pasta for teeth” jika konteksnya dipertahankan.
- Parafrase (Paraphrase)
- Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan ide atau makna secara bebas, sering kali dengan mengubah struktur kalimat untuk membuatnya lebih mudah dipahami oleh pembaca.
- Parafrase sangat berguna dalam menerjemahkan teks yang kaya akan metafora atau ungkapan yang sulit dipahami jika diterjemahkan secara langsung.
- Contoh: “Hatinya selembut kapas” bisa diterjemahkan menjadi “She has a heart as gentle as a feather”.
- Penerjemahan Kontekstual (Contextual Translation)
- Teknik ini berfokus pada memahami konteks keseluruhan teks sebelum menerjemahkan kalimat atau frasa tertentu.
- Hal ini penting untuk teks yang kaya akan makna tersirat atau memiliki banyak kata dengan arti ganda (ambigu).
- Misalnya, kata “merah” dalam puisi mungkin tidak hanya berarti warna, tetapi juga melambangkan kemarahan atau semangat.
F. Strategi Penerjemahan Puisi oleh Annisa Muhasyafira
1. Strategi Pengalihan Makna (Semantic Translation)
- Strategi ini fokus pada pemeliharaan makna dari teks sumber, dengan perhatian besar pada nuansa dan konteks yang ada dalam bahasa sumber.
- Teks hasil terjemahan diupayakan tetap setia pada makna asli meskipun strukturnya mungkin sedikit berubah agar terdengar lebih alami dalam bahasa target.
- Strategi ini cocok untuk teks yang memerlukan kesetiaan terhadap konsep atau istilah, seperti teks ilmiah atau karya sastra.
- Contoh: “Anak itu pintar sekali” bisa diterjemahkan menjadi “That child is very intelligent”, dengan fokus pada makna “pintar” yang mungkin lebih tepat dengan “intelligent” dalam konteks tersebut.
2. Strategi Komunikatif (Communicative Translation)
- Fokus dari strategi ini adalah menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami oleh pembaca bahasa target.
- Kadang-kadang, ungkapan atau kalimat dari bahasa sumber diadaptasi agar lebih familiar atau lebih sesuai dengan budaya pembaca dalam bahasa target.
- Strategi ini sangat cocok untuk teks-teks yang berorientasi pada audiens, seperti materi pemasaran, pidato, atau artikel populer.
- Contoh: “Jangan sungkan-sungkan” bisa diterjemahkan menjadi “Don’t hesitate” agar lebih mudah dipahami oleh penutur Bahasa Inggris.
3. Strategi Penyesuaian Budaya (Cultural Adaptation)
- Dalam strategi ini, penerjemah mengadaptasi elemen-elemen budaya dari bahasa sumber ke dalam bentuk yang lebih familiar bagi pembaca bahasa target.
- Strategi ini sangat penting ketika menerjemahkan teks yang sarat dengan referensi budaya lokal, idiom, atau peribahasa.
- Contoh: “Makan ketupat saat Lebaran” mungkin diterjemahkan menjadi “Eating traditional rice cakes during Eid” agar pembaca berbahasa Inggris mengerti konteks budaya perayaan tersebut.
4. Strategi Transposisi (Transposition)
- Strategi ini melibatkan perubahan kelas kata atau struktur kalimat dari bahasa sumber ke bahasa target untuk menciptakan hasil terjemahan yang lebih alami.
- Penerjemah dapat mengubah urutan subjek, predikat, atau objek dalam kalimat agar sesuai dengan tata bahasa target.
- Contoh: “Buku itu telah saya baca” dapat diterjemahkan menjadi “I have read that book”, dengan perubahan posisi objek dan subjek agar lebih sesuai dengan kebiasaan bahasa Inggris.
5. Strategi Parafrase (Paraphrasing)
- Dalam strategi ini, penerjemah mengungkapkan ulang ide atau makna dengan kalimat yang lebih bebas, tetapi tetap berusaha mempertahankan esensi dari bahasa sumber.
- Parafrase sering digunakan ketika ada istilah atau ekspresi yang sulit diterjemahkan secara langsung.
- Contoh: “Bunga tidur” yang merupakan istilah untuk “mimpi” dalam Bahasa Indonesia, bisa diterjemahkan menjadi “dreams”, tetapi mungkin perlu penjelasan tambahan jika konteksnya berbeda.
G. Evaluasi
Dalam menerjemahkan teks dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, beberapa tantangan utama sering muncul, seperti perbedaan struktur gramatikal, perbedaan budaya, serta nuansa bahasa yang unik dari masing-masing bahasa. Meskipun berbagai strategi seperti penerjemahan semantik, adaptasi budaya, dan parafrase dapat membantu mencapai hasil terjemahan yang baik, penerjemah tetap harus berhati-hati agar makna tidak hilang atau berubah. Penggunaan teknik yang salah, seperti terjemahan harfiah pada idiom atau ungkapan budaya, bisa menghasilkan teks yang kaku dan sulit dipahami oleh pembaca bahasa target.