"Aku mendapat kabar ibumu sakit keras di kampung halaman? Kemudian ayahmu hanyalah buruh tani. Akan sangat sulit bagimu seorang mahasiswa tingkat akhir hidup di kota yang keras ini". Seketika Andhika mengusap wajah, Â ia berkeringat dingin dan semakin gugup. Kemudian dengan tangan gemetar Andhika meraba amplop tersebut, cukup tebal.
"Ambil itu, dan hentikan demonya." Padangan Andhika buram dan pikirannya kosong. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"sisanya akan ku kirim ke nomor rekeningmu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!