Mohon tunggu...
Annisa Hariyani
Annisa Hariyani Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

yooowatzup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Idealisme Terbuang Karena Uang

18 Maret 2020   13:19 Diperbarui: 18 Maret 2020   13:32 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ini, gua udah nyewa gedung buat rapat kita yang bahas tentang demo berikutnya, jadi gimana langkah selanjutnya?"

***

Di pagi hari, Andhika berada di sebuah warung di ujung jalan yang cukup ramai.

"Mi telur setengah matang satu, sama es teh manis ya bu" pesan Andhika tanpa mengalihkan matanya ke Bu Rasim penjaga warung tersebut. andhika fokus pada televisi yang menampilkan wajahnya yang bermandikan keringat di-zoom, sama sekali tidak terlihat bahwa dia adalah mahasiswa tingkat akhir yang biaya kost-kostan saja masih dibantu orang tua. Tiba-tiba seorang bujang rantauan Kalimantan Barat berkata "Berlagak sekali gayamu, Boi pakaii baju layaknya orang penting, teriak sana-sini yang bahkan aku tak mengerti artinya" sahut Bang Lay.

Andhika dengan senyum ciri khasnya menerima semangkuk mie rebus dari Bu Rasim, "Saya hanya membela dan mempertahankan yang menurut saya benar, negara ini tidak akan pernah maju jika penghambatnya terus sama, yaitu pejabat tinggi yang korupsi" Beberapa orang yang berada di warung sederhana itu mengangguk, tetapi ada yang menggeleng tak mengerti, namun lebih banyak lagi yang tidak peduli dengan terus melahap menu masing-masing. Baru beberapa suap Andhika memakan sarapannya dan meminum es teh manis, ada sosok berjas rapih datang.

"Dengan saudara Andhika Mahatma?" tanya sosok itu. Andhika mengangkat tangannya sedikit ragu.

"Bisa kita bicara diluar?"

***

"secangkir teh manis saja lebih dari cukup, saya sudah sarapan tadi" jawab Andhika canggung ketika ditanya ingin memesan apa.

Sosok tersebut akhirnya memperkenalkan diri, "ayolah kapan lagi kau seorang mahasiswa bisa makan di tempat mewah seperti ini. Oh ya perkenalkan namaku Edwart Solihin. Kau bisa menyebutku Pendukung Menteri BS". Dengan cepat Andhika menjawab "Pendukung?" dengan ekspresi marah yang ia tunjukkan.

Alih-alih takut, Edwart tertawa kecil dan menjelaskan tujuannya "Ohh anak muda tenanglah, tidak selamanya yang terlihat buruk itu benar-benar buruk." "Apa maumu?" jawab Andhika. "aku ingin membuat kesepakatan" ujar Edwart cepat. Tanpa berkata-kata Edwart mengeluarkan amplop dari tas kerjanya. Andhika menelan ludah, sepertinya ia mulai mengerti alur tujuan Edwart.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun