"Awalnya, hidangan ini dibuat dengan daging bebek, bukan ayam. Karena di daerah itu, bebek lebih banyak dipakai untuk berbagai masakan tradisional. Tapi seiring waktu, ayam mulai lebih sering digunakan karena lebih mudah didapat dan banyak yang suka rasanya."
"Wow, Ister baru tahu itu," gumam Alister. "Tetapi rasanya beda sama masakan cabe merah lainnya yang lebih sering digunakan dalam masakan minang lainnya."
Tante Alena melanjutkan, "Benar! Selain itu, bumbu-bumbu seperti cabe hijau, bawang merah, dan bumbu rempah lainnya adalah kunci dari rasa khas ini. Daun-daunan seperti daun kunyit dan daun jeruk membuat aromanya lebih segar."
Setelah mendengar cerita menarik itu, mereka semua mulai bersiap di dapur. Lie dan Alister tak sabar untuk ikut membantu memasak.
"Baik, ayo kita mulai!" kata Bunda Alister, penuh semangat. "Pertama, kita cuci ayam dulu, beri bumbu ungkep, dan rebus sebentar sebelum digoreng setengah matang."
"Ister mau bantu cuci ayamnya!" seru Alister sambil menggulung lengan bajunya.
"Dan Lie mau menggoreng bawang merah!" tambah Lie dengan antusias.
Setelah ayam diungkep dan digoreng, suasana dapur menjadi lebih sibuk. Lie dengan cermat menggoreng bawang merah hingga harum, sementara Alister menyiapkan daun-daunan-daun salam, daun kunyit, daun jeruk, dan batang serai,mencucinya hingga bersih.
"Bau bawangnya enak banget, Lie!" kata Alister sambil mengendus aroma sedap dari wajan.
"Ister juga hebat menyiapkan daun-daunan ini," jawab Lie sambil tersenyum hangat.
Tante Alena kemudian mulai memberi instruksi selanjutnya. "Oke, sekarang kita giling cabe hijau dan bawang merah. Sebelum itu, ulek bawang putih, kunyit, jahe, dan lengkuas sampai halus."