Mohon tunggu...
Annisa RichiePutri
Annisa RichiePutri Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi kelas IX

Mengambar anime dan mendengarkan music

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berkunjung ke Rumah Tante Alena

16 Oktober 2024   11:15 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:36 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berkunjung ke Rumah Tante Alena

Pagi itu, Kylie atau yang biasa dipanggil Lie, sangat bersemangat. Hari ini ia dan keluarganya akan berkunjung ke runmah Tante Alena untuk memasak bersama. Lie sangat suka memasak, terutama karena sepupunya, Alister, atau Ister, juga akan ikut bergabung. Rencana mereka adalah membuat hidangan istimewa: Ayam Lado Hijau Koto Gadang.

Dalam perjalanan, Ayah Lie, Aidan, mengemudi sambil sesekali berbincang dengan Alana, ibu Lie.

"Lie, kamu siap membantu masak nanti?" tanya Ayahnya sambil tersenyum melalui kaca spion.

Lie mengangguk dengan antusias. "Tentu! Lie sudah nggak sabar. Apalagi kalau Ister juga ikut masak."

Selama perjalanan mereka habiskan dengan perbincangan yang hangat dan tak terasa mereka ternyata sudah sampai dirumah Tante Alena.

Setibanya di rumah Tante Alena, mereka disambut dengan hangat oleh Tante Alena dan suaminya, Om Alex. "Selamat datang! Kalian pasti capek jauh perjalannya,kita duduk sebentar sambil berbincang ya" ujar Tante Alena sambil bercipika-cipiki bersama Bunda Lie.

"Tapi sebelum kita masak, aku mau cerita sedikit soal ayam lado hijau ini," kata Tante Alena ketika mereka semua berkumpul di ruang tamu dan Tante Alena memulai dengan membahas Sejarah Ayam Lado Hijau Koto Gadang. la duduk di sofa dengan semangat, sementara Lie dan Alister memperhatikan dengan antusias.

"Ayam Lado Hijau ini sebenarnya berasal dari kampung kita, di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat.

Tapi tahukah kalian, dulu ayam bukan bahan utama dalam hidangan ini?" kata Tante Alena, memancing rasa ingin tahu.

"Serius, Tante? Jadi pakai apa dulu?" tanya Lie dengan rasa sangat penasaran.

"Awalnya, hidangan ini dibuat dengan daging bebek, bukan ayam. Karena di daerah itu, bebek lebih banyak dipakai untuk berbagai masakan tradisional. Tapi seiring waktu, ayam mulai lebih sering digunakan karena lebih mudah didapat dan banyak yang suka rasanya."

"Wow, Ister baru tahu itu," gumam Alister. "Tetapi rasanya beda sama masakan cabe merah lainnya yang lebih sering digunakan dalam masakan minang lainnya."

Tante Alena melanjutkan, "Benar! Selain itu, bumbu-bumbu seperti cabe hijau, bawang merah, dan bumbu rempah lainnya adalah kunci dari rasa khas ini. Daun-daunan seperti daun kunyit dan daun jeruk membuat aromanya lebih segar."

Setelah mendengar cerita menarik itu, mereka semua mulai bersiap di dapur. Lie dan Alister tak sabar untuk ikut membantu memasak.

"Baik, ayo kita mulai!" kata Bunda Alister, penuh semangat. "Pertama, kita cuci ayam dulu, beri bumbu ungkep, dan rebus sebentar sebelum digoreng setengah matang."

"Ister mau bantu cuci ayamnya!" seru Alister sambil menggulung lengan bajunya.

"Dan Lie mau menggoreng bawang merah!" tambah Lie dengan antusias.

Setelah ayam diungkep dan digoreng, suasana dapur menjadi lebih sibuk. Lie dengan cermat menggoreng bawang merah hingga harum, sementara Alister menyiapkan daun-daunan-daun salam, daun kunyit, daun jeruk, dan batang serai,mencucinya hingga bersih.

"Bau bawangnya enak banget, Lie!" kata Alister sambil mengendus aroma sedap dari wajan.

"Ister juga hebat menyiapkan daun-daunan ini," jawab Lie sambil tersenyum hangat.

Tante Alena kemudian mulai memberi instruksi selanjutnya. "Oke, sekarang kita giling cabe hijau dan bawang merah. Sebelum itu, ulek bawang putih, kunyit, jahe, dan lengkuas sampai halus."

"Lie mau coba ngulek!" kata Alister.

Lie tertawa. "yaudah Lie aja yang ngulek Ister tolong liatin" Alister tertawa dan membiarkan Kylie mengulek.

Setelah bumbu siap, Bunda Alister menumisnya bersama daun-daunan. "Aduk terus ya, sampai bumbunya wangi dan matang," katanya.

Lie dan Alister saling bergantian mengaduk, memastikan setiap bahan tercampur sempurna. Ketika bumbu sudah matang, cabe hijau yang telah digiling pun dimasukkan. Suasana dapur semakin harum.

"Tinggal tambahkan santan dan sedikit garam serta micin agar rasanya enak nanti, baru nanti kita masukkan ayamnya," ujar Tante Alena sambil tersenyum melihat semangat anak dan keponakannya.

Mereka pun menambahkan santan dan memasukkan ayam ke dalam wajan. "Kita tambahkan air hingga ayam terendam, lalu biarkan sampai airnya menyusut," kata Bunda Alana, sambil membantu mengaduk.

Proses memasak menjadi momen yang menyenangkan. Lie dan Alister terus bertanya soal bumbu dan cara memasak, sementara kedua bunda dengan sabar memberikan penjelasan.

Setelah air menyusut dan minyak alami dari santan mulai keluar, Lie mencicipi sedikit kuahnya.

"Wah, ini enak sekali, Bunda! Rasanya gurih dan pedasnya pas."

Alister pun mencicipi sedikit dan tersenyum lebar. "Benar, ini pasti jadi favorit Ayah dan Om Alex!"

Setelah ayam lado hijau selesai dimasak, mereka pun menghidangkannya Bersama beberapa masakan tambahan untuk makanan penutup lalu mereka semua berkumpul di meja makan.

Hidangan utama, ayam lado hijau Koto Gadang, tersaji di tengah meja dengan aroma yang menggoda.

Om Alex dan Ayah Lie, Aidan, sudah duduk menunggu dengan senyum lebar. "Wah, baunya luar

biasa. Pasti enak sekali ini," kata Om Alex sudah bersiap di atas meja makan.

Setelah semua hidangan sudah tersaji, mereka mulai makan bersama. Setiap suapan penuh dengan

rasa yang kaya, perpaduan antara pedasnya cabe hijau dan gurihnya santan.

"Ayam lado hijaunya sukses besar," kata Ayah Lie sambil mengacungkan jempol.

Setelah makan siang yang memuaskan, mereka berbincang sebentar di ruang tamu dengan perbincangan yang hangat Lie dan Ister, mereka berdua menghabiskan waktu di taman sebelah rumah Ister, dibawah pohon besar. Mereka menghabiskan waktu dengan bercanda dan bermain

Bersama hingga tak terasa waktu sudah sore akhirnya Bunda Lie memanggil dan menyuruhnya agar memasuki mobil, saatnya mereka pulang kerumah.

"Kami pulang lagi ya! Acara nya sangat menyenangkan kapan kapan kami kemari lagi!" ucap Bunda

Lie sambil memasuki mobil dan melambaikan tangan kearah keluarga Ister.

Sebelum pergi, Lie memeluk Alister. "Kapan-kapan Lie akan kemari lagi, ya!" katanya dengan semangat dan memeluk Lie sangat erat. Setelah memeluk Ister cukup lama Lie pun masuk kedalam mobilnya sambil melambai kearah Alister.

"Tentu, kapan saja!" balas Alister sambil melambai.

Hari itu penuh dengan keceriaan, bukan hanya karena makanan lezat yang mereka buat bersama, tetapi juga karena cerita sejarah dan kebersamaan yang tak ternilai. Ayam Lado Hijau Koto Gadang kini menjadi lebih istimewa di hati mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun