Saat saya berada disini, awal Juni 2022, bagian teras masjid, tempat berwudhu, toilet dan lahan parkir disekitarnya belum selesai 100%. Â Begitupun rangkaian anak tangga yang menghubungkan lantai dasar masjid dengan bagian bawahnya.
 Kondisi tangga yang lumayan curam dan melingkar ini sepertinya kurang akomodatif untuk mereka yang uzur atau mengalami masalah pada sendi-sendi kaki.  Bahkan saya sendiripun harus melangkah pelan-pelan karena kecuraman dan tidak adanya penerangan untuk membantu kita mengukur langkah.
Sebelum masuk ke area shalat, ada sederetan kotak-kotak dengan kunci untuk kita gunakan. Â Saya menaruh dan menitipkan sepatu saya disini. Â Dari titik dimana lemari berkunci ini berada, kita dapat menebarkan pandangan serta melihat Anjungan Pantai Losari dari kejauhan. Â
Saya juga melihat ada beberapa kapal Phinisi yang berlabuh di seberang. Â Pemandangan yang tidak akan saya dapatkan kecuali saat berada di Masjid 99 Kubah.
MASJID AMIRUL MUKMININ
Masjid yang terletak di timur laut pantai Losari ini, didirikan menjorok ke laut dengan tonggak-tonggak beton dan 164 tiang pancang yang berada di bawahnya. Â Karena itu masjid ini disebut sebagai masjid terapung. Â Tadinya saya pikir bangunan masjidnya benar-benar terapung di atas air laut. Â
Terbuat dari kayu atau bambu dan terus bergerak mengapung kesana kemari mengikuti gerak air laut. Â Ternyata yang dilukiskan sebagai "terapung" disini adalah berada di atas air laut, meskipun tidak dalam kondisi "menyentuh air laut".
Dibangun menyerupai rumah panggung khas adat suku Bugis dan Makassar, masjid yang menjadi bagian dari Anjungan Pantai Losari ini mulai dikerjakan pada 2009 dan diresmikan oleh H. Jusuf Kalla, sang putera daerah, pada 12 Desember 2012.
Keberadaan 2 pilar tinggi dengan 2 kubah yang dipoles oleh keramik mozaik serta tangga meliuk yang berada di salah satu sisi bangunan, semakin memberikan kesan megah dan monumental. Di dalam masjidnya sendiri terpasang 5 pilar yang tinggi dan kokoh. Â