Mohon tunggu...
Annida Putri Gayo
Annida Putri Gayo Mohon Tunggu... -

Bermimpi menjadi seorang "Penulis" :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Asa di ujung Puntung Rokok

29 Oktober 2011   12:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:19 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“untuk saya itu engga penting, karena saya tau bahwa ada yang lebih membutuhkan daripada saya teh.”

“emang kalau kamu sekolah, kamu kelas berapa ?”

“jangankan umur atau kelas, nama saya aja saya engga tau.”

“loh kok gitu ? orang tua kamu kemana emang ?”

“engga tau gimana kejadiannya, tiba-tiba saya ada dibawah pohon. Apa mungkin saya dibuang oleh orang tua saya. Pada intinya tiba-tiba saya menyadari bahwa saya hanya seorang diri.”

Aku menunduk mendengar perkataan dia yang terakhir. “tiba-tiba saya menyadari bahwa saya hanya seorang diri”. Kalimat itu membuat hati saya berdegup kencang. Aku segera merogoh tasku untuk mengambil sapu tangan sebelum air mata ini bener-bener meleleh. Tapi terlambat, aku tak bisa membendung airmataku. Dan aku biarkan mengalir di depan pengamen itu. Mengalir tanpa aku hapus dan aku masih menunduk.

“kenapa teteh menangis ?” tanya dia sambil menyodorkan tissue untukku. Aku melirik tangannya yang memegang tissue untukku. Aku mengambilnya dan mulai mengapus airmataku dengan tisuue itu.

“kamu hebat.” Ucapku lirih

“tuhan yang telah mengatur jalan hidup saya.”

“saya tau, tuhan memberi saya jalan untuk menjadi seorang diri, kemudian tuhan kasih saya jalan untuk bertemu anak itu dan tuhan membisikan saya untuk membantu agar hidup saya tidak pernah sia-sia dan bermanfaat untuk orang lain.” Lanjut dia. Tenggorokan aku mulai tersendat. Tiba-tiba aku bener-bener seperti orang bodoh dihadapan pengamen itu. Mataku mulai berair lagi. Aku ingat, waktu aku menangis karena merasa kesepian. Aku engga pernah bersyukur.

“untuk apa teh menangis ? menangis pun tidak akan pernah bisa merubah keadaan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun