Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ahmada, Bersabarlah!

27 Juli 2023   13:03 Diperbarui: 27 Juli 2023   13:14 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Warung bu Suci memang buka setiap hari, kecuali hari minggu. Pada hari minggu, pelanggannya yang kebanyakan pegawai perkantoran dekat warung memang  banyak yang libur. Sehingga kalaupun buka pasti sepi pembeli.

,"Bu,  ibunya temanku menitipkan jajanan puding di kantin sekolah. Setiap pulang sekolah ia membawa banyak uang dari dagangannya. Apa ibu bisa  membuat jajanan yang bisa aku titipkan disekolah," pinta Ahmada kepada ibunya yang sedang melipat baju putih lusuh.

Sejenak Nunik terdiam memandangi wajah anaknya yang tampak kurus itu. ," Apa saja jajanan yang sudah ada disekolahmu," Tanya Nunik  penuh antusias.

,"Banyak bu, ada telur puyuh, es lilin, bakpao, nasi bakar, nasi kuning, nasi goreng, sate usus. Pokoknya enak-enak," Jawab Ahmada dengan penuh semangat.

,"Kalau Kerupuk, kacang asin atau  cemilan kering sudah ada," tanya ibunya lagi sambil melanjutkan melipat tumpukan baju.

,"Karena pagi ibu sudah harus berangkat ke warung, kita cari cemilan yang bisa kita buat sore hari, sehingga pagi hari kamu tinggal membawanya ke kantin sekolah. Nanti sore kita ke pengurus kantin untuk menanyakan apa bisa kita menitipkan jajanan kesana,"  ajak Nunik kepada anaknya yang sedang makan krupuk puli buatannya.

,"Bagaimana kalau menjual krupuk puli ini saja. Malam hari Ibu tinggal goreng, terus dibungkus dan paginya aku yang bawa ke sekolah," pinta Ahmada sambil merengek memaksa ibunya untuk menyetujui usulnya.

Dan benar saja, Nunik  menyetujui usul Ahmada. Nunik paham betul, Anaknya itu  memang tidak begitu pandai dalam bidang akademik. Tapi Ahmada bukan anak pemalu. Dia mempunyai banyak cara untuk mendapatkan uang dari orang lain.

Kadang ia disuruh tetangganya belanja, idek-idek (memijit dengan kaki) mbah Waryo tetangganya yang sudah tua, atau bahkan membeli rumput untuk ternak sapi pak Nawi jika siempunya sedang sibuk bekerja disawah. Dengan begitu, setidaknya ia menerima upah yang bisa ia gunakan untuk uang jajannya saat sekolah atau berangkat mengaji sore hari.

Ahmada yang tidak pernah menolak permintaan tolong tetangga-tetangganya membuat ia dikasihi banyak orang. Tak jarang ia menerima baju, makanan dan uang secara Cuma-Cuma dari tetangganya yang iba. Tapi meski begitu, ia dan ibunya tidak pernah meminta-minta.

Orang yang suka meminta-minta itu sangat rendah dihadapan orang lain, maka hindarilah menjadi peminta-minta.  Berusahalah dengan sekuat tenagamu untuk bekerja, dan memintalah atau bersandar kepada Allah saja. Nabi pernah menyampaikan, bahwa orang yang mencari nafkahnya dari mengumpulkan kayu bakar lebih baik dari pada meminta-minta. Setidaknya itulah pelajaran yang pernah Ahmada baca dari materi Qur'an Hadis disekolahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun