Mohon tunggu...
Anne Levwingston
Anne Levwingston Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2023 Universitas Pendidikan Indonesia

Hobi saya adalah Membaca dan Menulis sebuah karangan yang bisa dikenang semua orang selamanya, saya sangat berminat pada dunia kependidikan, bahasa, sastra, sejarah, film, dan berbagai hal yang menurut saya akan menjadi konspirasi karena saya sangat menyukai hal yang misteri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan dalam Kegelapan

2 September 2024   09:35 Diperbarui: 2 September 2024   09:38 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa yang dekat dengan pantai, Desa Makmur namanya, sesuai dengan namanya kehidupan warga disana sangat makmur, tetapi ada beberapa  rumah yang dimana isinya tidak sesuai dengan nama desa dan salah satunya adalah rumah milik keluarga Pak Bahari, anggota keluarga mereka berjumlah sembilan orang yang terdiri atas Pak Bahari, Bu Indah, Halin, Upan, Gema, Basgara, Isky, Damari, dan Surya. Di Desa Makmur ini kebanyakan kepala keluarganya menganut paham "banyak anak banyak rejeki" dan Pak Bahari salah satunya. Akan tetapi, tidak seperti keluarga lain, Pak Bahari yang terkenal sebagai pemabuk dan tukang judi itu tidak mau menafkahi istri dan ketujuh anaknya, oleh karena itulah Bu Indah berjualan kue kering ke pasar untuk bertahan hidup dengan hasil yang tak seberapa dan berhenti sampai Halin, anak sulung mereka berumur 15 tahun dan Halin benar-benar menanggung beban yang berat dimana ia harus bersekolah menengah atas sembari berjualan.

Halin harus menghilangkan rasa gengsinya demi membantu ibu dan keenam adiknya bertahan hidup, serta agar adik-adiknya bisa terus bersekolah. Setiap harinya, Halin bangun sekitar pukul empat pagi untuk membuat kue kering yang telah ibunya ajarkan, lalu, pergi ke sekolah sembari membawa dua toples kue kering untuk dititipkan di kantin dan ia juga harus melawan para pembully di kelasnya yang kadang membullynya secara fisik karena menurut para pembullynya, Halin adalah anak yang paling terlihat kucel, menyedihkan, serta paling miskin dan bahkan tidak hanya murid, beberapa gurunya pun kadang menyindirnya ketika Halin menunggak SPP.

Pulang sekolah, Halin mengambil uang hasil penjualan kue kering yang tidak seberapa dan cukup untuk makan dan menabung di hari itu. Namun, uang tersebut kadang diambil oleh ayahnya yang sedang mabuk untuk dipakai beli alkohol dan melakukan perjudian. Sesuai firasat Halin, saat ia memarkirkan sepedanya di halaman depan rumah, ia mendengar suara ayahnya yang mulai mengamuk.

"Pasti ayah lagi mabuk, untung aku udah nyisain buat ibu dan lainnya," gumam Halin pelan dan melangkahkan kakinya ke rumah.

"Assalamualaikum, Halin sudah pulang," kata Halin sembari menutup pintu rapat.

Pak Bahari dengan mata merahnya dan yang sedang memarahi Bu Indah itu langsung menatap Halin, "nah lu pulang juga, mana uang hasil penjualan hari ini, hah?!"

Halin dengan gemetar mengambil uang yang telah dipisahkan tersebut dari sakunya dan langsung direbut oleh Pak Bahari.

"Cuman segini? Lu pasti masih ada duit kan? Jangan Bohong Halin!" Pak Bahari merogoh-rogoh saku celana Halin dan langsung mengambil semua uang hasil penjualan kue keringnya.

Pak Bahari tersenyum senang dan menepuk bahu Halin, "nah gini dong jadi anak, berguna, ga kayak adek-adek lu itu bisanya cuman jadi beban gue aja."

Pak Bahari melangkah pergi, tetapi Halin menahannya. 

"Pak tolong sekali ini aja, itu uangnya buat ibu dan adek-adek Halin makan pak, sama buat ditabung juga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun