Anak-anak muda harus meninggalkan desa dan kotanya untuk dapat melihat dunia luar, berpikiran terbuka dan terbentuk mental baja sebagai perantau.
Disaat Tiongkok mengirim tenaga kerjanya keseluruh dunia untuk bekerja apa saja tanpa gengsi, kita malah terbalik, TKI malah dipulangkan dengan alasan gengsi kok jadi PRT. Lebih baik jadi tuan rumah, duduk-duduk diam di rumah tanpa penghasilan?
Indonesia memiliki banyak potensi profesi spesifik untuk TKI, contoh sederhana, profesi perawat anak dan lansia sangat dibutuhkan di seluruh dunia, dan masih banyak lagi profesi spesifik lainnya seperti koki, teknis, dll.
Intinya bila kita mau berpikiran terbuka, maka lowongan pekerjaan di dunia itu masih ada banyak, kita harus aktif mencari, bukan hanya menunggu investasi dan lapangan pekerjaan dibuka di dalam negeri.
Tidak perlu malu dengan profesi PRT, lebih baik mana, sekarang menjadi PRT tapi anak-anaknya nanti bisa kuliah dan bisa jadi direktur, atau sekarang jadi pengangguran, anak-anak akhirnya tidak sekolah dan mengikuti profesi ortunya, pengangguran juga?
Mental major lainnya yang menyebabkan kesenjangan adalah Mental korupsi, bukan mengabdi bagi negeri sendiri.
Korupsi adalah mengambil duit rakyat untuk diri sendiri dan kelompoknya, Dimana untuk korupsi, selalu ada 2 pihak yang terlibat, yaitu pejabat + pengusaha. Tidak mungkin dilakukan hanya oleh 1 pihak.
Pengusaha memiliki ras dan agamanya sendiri, yaitu mencari keuntungan dalam setiap kesempatan. Apapun ras dan agamanya, yang namanya pengusaha itu "sebagian besar" sama saja dibelahan dunia manapun juga, selalu mencari cara agar bisnisnya lancar dengan cara apapun juga, termasuk suap dll, apalagi kalau yang sudah kelas kakap.
Kebetulan yang menjadi pengusaha di Indonesia, sebagian besar adalah kaum “Minoritas”.
Hal ini terjadi baik karena :
- turun temurun rasnya memang berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha,
- karena kebijakan zaman Belanda
- dan yang paling lucu, ternyata kebijakan Belanda/kolonial ini diteruskan oleh elite politik kita yang 100% kekuasaan dipegang oleh kaum "Mayoritas!"