Selain berbagai pandangan negatif, ternyata banyak juga bermunculan pandangan positif terutama untuk wilayah tangsel yang calonnya fenomenal tetap menang meski suami tersandung korupsi dan dibui.
Menurut menulis simple saja, sebaik apapun calon yang berasal dari dinasti politik, meskipun dia bidadari dari langit dengan banyak kesaktian, tetap saja, dinasti politik tidak boleh terjadi!
Mereka (keluarga besar) harus memilih siapa yang dijagokan dan itu harus dibatasi 1-2 orang sehingga tidak terbentuk dinasti sampai mengakar kemana-mana seperti itu.
Bisa kita bayangkan bila keluarga mereka semakin besar, ponakan, sepupu dst terus merambah jawa barat, jakarta, senayan, pemerintahan dst? Dan kita masih mengatakan tidak apa2?
Lalu semua ini salah siapa?
Salah DPR, MK dll pihak terkait pembuat kebijakan dan hukum!
Bukan salah keluarga Atut, dimana peraturan memungkinkan, tentu semua orang berusaha menguasai sebesar-besarnya yang bisa dikuasai, karena itulah sifat manusia.
Sama seperti korupsi, meski koruptor bersalah, menurut penulis, pembuat kebijakan/celah lah yang memungkinkan seseorang korupsi, yang mempunyai andil lebih besar daripada koruptor itu sendiri.
Dan bila kita melihat kredibilitas pembuat kebijakan (wakil rakyat) saat ini, tentu kita maklum kenapa politik dinasti, kroni, kolusi dan korupsi memang "sengaja dimungkinkan" dengan berbagai embel-embel Hak Asasi Manusia?
Apanya yang HAM? Bila si A ingin telanjang di bundaran HI, bolehkah? Kenapa tidak boleh? Bukankah dia memiliki hak asasi untuk memilih pakai baju/telanjang dimanapun dia suka? Hahaha...
Ada kepatutan, ada etika dalam kehidupan ini! Yang bila dilanggar maka akan ada banyak akibat buruknya....