Menurut Nuraini, N. dkk (2023) Menyatakan bahwa Ibadah  puasa  memiliki  banyak  manfaat,  diantaranya  bagi  kesehatan  fisik  dan psikis, manfaat  untuk  kesehatan  fisik  yaitu:  mencegah  penyakit  jantung, penambahan sel darah putih, menghindari penyakit kanker,   menghindari  penyakit diabetes, mengurangi kecanduan merokok, sedangkan  manfaat  bagi  kesehatan  psikis  antara  lain: meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, memupuk   kepedulian sosial, meredam marah, meningkatkan kecerdasan.
Puasa merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang hamper terperosok ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari lumuran dosa-dosa jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa mengangkat seseorang yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia itu sendiri. Selain hukumnya wajib, puasa juga dapat menjadi sarana latihan agar mampu mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta sabar terhadap dorongan-dorongan atau impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri. "Ini (merupakan) salah satu hikmah puasa di bidang kesehatan jiwa," kata Dadang Hawari.
Menurut Dadang Hawari 1995 (dalam Rahmi, A. (2015) Menyatakan bahwa dalam setiap diri manusia terdapat naluri berupa dorongan agresivitas yang bentuknya bermacam-macam, seperti agresif dalam arti emosional, contohnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak senonoh dan menyakitkan hati (verbal abuse). Salah satu ciri jiwa yang sehat adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri. Pengendalian diri atau self control amat penting bagi kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stress kehidupan meningkat karenanya. Saat berpuasa, kita berlatih kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut, sehingga kita menjadi lebih sabar dan tahan terhadap berbagai tekanan.
Ditinjau secara ilmiah, puasa dapat memberikan kesehatan jasmani maupun rohani.  Hal ini dapat dilihat  dari  beberapaa  hasil penelitian  yang  dilakukan  para pakar.  Penelitian  Nicolayev,  seorang  guru besar  yang  bekerja  pada  lembaga psikiatri  Moscow (the  Moskow  Psychiatric  Institute), mencoba  menyembuhkan gangguan  kejiwaan  dengan  berpuasa.  Dalam  usahanya  itu,  ia menterapi  pasien sakit  jiwa  dengan  menggunakan  puasa  selama  tiga  puluh  hari.  Nicolayev mengadakan penelitian eksperimen  dengan  membagi  subjek  menjadi  dua kelompok sama besar, baik usia maupun berat ringannya penyakit yang di derita. Kelompok  pertama  diberi  pengobatan  dengan  ramuan  obat-obatan.  Sedangkan kelompok kedua diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Dua kelompok tadi dipantau  perkembangan  fisik  dan  mentalnya  dengan  tes-tes  psikologis.Â
Dari  ekperimen tersebut diperoleh hasil yang sangat bagus, yaitu banyak pasien yang tidak  bisa  disembuhkan  dengan  terapi mendidik, ternyata  bisa  disembuhkan dengan  puasa.  Selain  itu  kemungkinan  pasien  tidak  kambuh  lagi  selama  6  tahun kemudian ternyata tinggi,. Lebih dari separuh pasien tetap sehat. Sedangkan  penelitian yang di lakukan Alan Cott Square,  New  York juga menemukan hasil sejalan dengan penelitian Nicolayev. Pasien sakit jiwa ternyata bisa sembuh dengan terapi puasa.
Ditinjau dari segi penyembuhan kecemasan, dilaporkan oleh Alan Cott, bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa rendah diri, juga dapat disembuhkan dengan puasa. Percobaan psikologi membuktikan bahwa puasa  mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Hal ini dikaitkan dengan prestasi belajarnya. Ternyata  orang-orang  yang  rajin berpuasa  dalam  tugas-tugas kolektif memperoleh skor jauh lebih tinggi dengan orang yang tidak berpuasa (Halid, W. (2023).
KESIMPULANÂ
Puasa memiliki hikmah yang mendalam dan juga manfaat yang luas. Mencakup aspek fisik, mental, dan spiritual. Secara fisik, puasa dapat membantu dalam menjaga kesehatan tubuh melalui pengendalian gula darah, peningkatan kesehatan jantung, regenerasi sistem imun, dan pencegahan penyakit. Secara mental, puasa dapat mendukung ketenangan jiwa, pengendalian emosi, dan peningkatan kemampuan adaptasi terhadap tekanan hidup. Dan secara spiritual, puasa dapat melatih ketakwaan, introspeksi diri, serta penyucian jiwa, sehingga membantu individu menjadi lebih baik secara holistik. Dengan demikian, puasa tidak hanya berfungsi sebagai ibadah, tetapi juga sebagai terapi kesehatan jasmani dan rohani.
Â
REFERENSI
Al Hafiz, D., Abid, M. ', Zakiyan, F., & Pratama, M. H. (2023). Dampak Puasa untuk Kesehatan Mental dan Fisik. Journal Islamic Education, 1(3), 811. https://maryamsejahtera.com/index.php/Education/index