Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

8 Kiat Sederhana Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama

22 Mei 2022   11:26 Diperbarui: 22 Mei 2022   18:35 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjaga dan merawat bumi. Sumber: Shutterstock/Sayan Puangkham via Kompas.com

Delapan kiat sederhana merawat bumi ini terinspirasi dari tulisan Pedro Jiménez, seorang imam dan ahli biologi dari Navarre (Spanyol) yang sejak kecil dipanggil menjadi pencinta lingkungan hidup dan kini menjadi konsultan spiritual bagi Laudato Si’ Movement (1). Sebagian sudah saya lakukan, sebagian lagi merupakan tekad baru.

Laudato Si’ berasal dari bahasa Italia Tengah. Artinya: “Puji Bagi-Mu”.

Laudato Si’ merupakan ensiklik kedua dari Paus Fransiskus dengan subjudul On the care for our common home (dalam kepedulian untuk rumah kita bersama). Menurut KBBI, ensiklik adalah surat edaran atau pesan tertulis dari Paus kepada semua uskup yang sifatnya umum, berisi masalah penting dalam bidang keagamaan atau bidang sosial. 

Dalam ensiklik ini Paus mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil “aksi global yang terpadu dan segera” (2).

Hari ini, 22 Mei 2022 adalah hari pertama Pekan Laudato Si’ dengan tema “listening and journeying together (mendengarkan dan berjalan bersama)”. Kardinal Michael Czerny, SJ, yang mensponsori Pekan Laudato Si’, memberi pesan sebagai berikut:

Ketika pembelian bahan bakar fosil mendanai perang dan menghancurkan ciptaan Tuhan, Bapa Suci meminta kita untuk tidak putus asa. Kita harus bersatu, bukan untuk meratapi kehancuran ini tetapi untuk mengambil tindakan segera bersama-sama. Mari kita sebagai satu keluarga Katolik global, berkomitmen pada perdamaian dan kepedulian terhadap ciptaan Tuhan di Pekan Laudato Si’ 2022 (3).

Memaknai Pekan Laudato Si’ yang dimulai pada Hari Keanekaragaman Hayati Internasional ini, saya ingin berbagi komitmen untuk lebih sungguh-sungguh melaksanakan 8 kiat sederhana merawat bumi. Langkah ini kiranya juga sejalan dengan tema Hari Keanekaragaman Hayati Internasional ini, yakni “Building a shared future for all life (membangun masa depan bersama untuk semua kehidupan)”.

Baca juga: 2 Penyebab dan 4 Akibat Degradasi Tanah

Pertama, membeli makanan segar di pasar tradisional

Hidup di kota besar, saya dimanjakan oleh berbagai pusat perbelanjaan yang nyaman. Jika ingin belanja namun malas bepergian, belanja apa pun dapat dilakukan dengan ujung jari.

Sebagai langkah pertobatan, saya mulai membiasakan diri belanja di pasar tradisional yang jaraknya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Selain mengurangi pemakaian bahan bakar dan polusi, saya juga dapat mendukung usaha para pedagang kecil dan menjalani gaya hidup sehat.

Kiat sederhana merawat bumi, rumah kita bersama | sumber foto: laudatosiweek.org
Kiat sederhana merawat bumi, rumah kita bersama | sumber foto: laudatosiweek.org

Kedua, membeli pakaian hanya yang sungguh diperlukan

Sejak kecil, saya terbiasa membeli pakaian seperlunya saja. Saya juga tidak malu memakai pakaian bekas tante, bahkan kakak ipar.

Pakaian bekas saya yang masih layak pakai, saya kumpulkan dan serahkan ke Seksi Sosial di gereja. Pakaian bekas yang sudah tidak layak pakai, turun pangkat menjadi kain pel di rumah.

Baca juga: Tahukah Anda, Dunia Kini di Ambang Kepunahan Tanah?

Ketiga, menghemat kertas

Mencetak hanya dokumen yang sungguh diperlukan | sumber foto: freepik
Mencetak hanya dokumen yang sungguh diperlukan | sumber foto: freepik

Di kantor, kami mencetak hanya dokumen yang sungguh diperlukan. Kertas bekas yang satu sisinya masih bersih, kami simpan untuk digunakan kembali.

Melansir akuinginhijau.org, setiap jam, dunia kehilangan 1.732,5 hektar hutan karena ditebang untuk menjadi bahan baku kertas (4). Dengan menghemat kertas, kami telah berkontribusi pada upaya pelestarian hutan.

Keempat, hemat listrik di kantor dan di rumah

Di kantor, kami biasa memadamkan lampu selama jam istirahat. Ruang kerja saya memiliki tiga jendela besar sehingga mendapat cukup cahaya matahari. Lampu hanya saya nyalakan saat langit gelap karena cuaca mendung.

Saya selalu mengingatkan diri dan tim di kantor untuk mematikan keran air saat tidak dipakai dan mencabut seteker peralatan listrik sebelum pulang kerja.

Hal yang sama kami terapkan di rumah. Seteker peralatan listrik yang tidak dipakai, selalu dicabut sebelum kami tidur.

Ventilasi cahaya dan udara di rumah cukup baik sehingga kami hampir tidak pernah menyalakan lampu di siang hari. Beberapa tahun terakhir, kami mengganti lampu-lampu di rumah menjadi LED. 

Kelima, mengurangi sampah plastik

Untuk mengantisipasi kegiatan belanja yang tidak direncanakan, saya selalu menyimpan beberapa tas belanja di laci mobil dan di dalam tas. Jika tiba-tiba saya perlu belanja saat pulang dari kantor, tas belanja sudah tersedia.

Untuk mengurangi sampah botol plastik minuman, kami selalu membawa botol minum sendiri saat bepergian. Pada awalnya memang tidak mudah dan sering lupa, namun dengan seiring berjalannya waktu, hal itu menjadi sesuatu yang biasa.

Keenam, mendoakan mereka yang terkena dampak darurat iklim dan krisis keanekaragaman hayati

Sebagai umat beriman, kami diajak bersatu dalam harapan dan kerja sama untuk hari esok yang lebih baik. Kami diajak bersama-sama berdoa untuk semua makhluk Allah yang menderita akibat krisis iklim, yang sesungguhnya tidak perlu terjadi jika kita semua peduli untuk merawat ciptaan Allah.

Ketujuh, berjalan kaki

Untuk pergi ke tempat-tempat yang jaraknya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, saya berusaha tidak menggunakan mobil.

Di kantor, saya lebih sering menggunakan tangga daripada lift. Selain menjaga lingkungan hidup, berjalan kaki juga bermanfaat untuk kesehatan.

Kedelapan, tidak membuang-buang makanan

Menyediakan makanan sesuai kebutuhan | sumber foto: freepik
Menyediakan makanan sesuai kebutuhan | sumber foto: freepik

Paus Fransiskus pernah berkata bahwa setiap kali makanan dibuang, itu seolah-olah dicuri dari meja orang miskin, dari orang lapar! Beliau meminta semua orang untuk memikirkan dan secara serius menangani masalah pemborosan makanan, serta menemukan cara dan pendekatan yang menampakkan solidaritas dengan mereka yang kurang mampu.

Terkadang, saat membeli makanan untuk keluarga, saya cenderung takut kurang dan malah membeli lebih dari kebutuhan sehingga tersisa. Meskipun sisa makanan tersebut tidak kami buang melainkan kami olah menjadi hidangan baru, saya merasa perlu belajar lebih bijak menakar dan membeli sesuai kebutuhan saja.

Wasana kata

Dengan 8 kiat sederhana di atas, saya berharap dapat berkontribusi dalam upaya merawat bumi, rumah kita bersama.

Akhir kata, selamat memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional untuk kita semua dan selamat memasuki Pekan Laudato Si’ untuk sesama umat Katolik.

Jakarta, 22 Mei 2022

Siska Dewi

Referensi: 1, 2, 3, 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun