Kebijakan dan program untuk menghentikan degradasi lahan terkendala tidak adanya tujuan bersama yang jelas serta target kuantitatif untuk memandu tindakan yang terukur dengan batas waktu yang mengikat.
Pada bulan Oktober 2015, negara-negara anggota UNCCD sepakat membuat terobosan tentang konsep netralitas degradasi lahan (LDN).
LDN bertujuan mengamankan sumber daya alam yang cukup sehat dan produktif dengan menghindari degradasi sedapat mungkin dan memulihkan lahan yang telah terdegradasi.
Praktik pengelolaan dan perencanaan penggunaan lahan yang lebih baik akan meningkatkan keberlanjutan ekonomi, sosial dan ekologi untuk generasi sekarang dan yang akan datang.
COP15 mempertemukan para pemimpin pemerintah, swasta, masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan utama lainnya dari seluruh dunia untuk mendorong kemajuan dalam pengelolaan berkelanjutan di masa depan dari salah satu komoditas kita yang paling berharga, yaitu tanah.
Tema “tanah, kehidupan, warisan: dari kelangkaan menuju kemakmuran” yang diusung COP15 adalah seruan agar bertindak untuk memastikan tanah, jalur kehidupan di planet bumi, terus memberi manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang (7).
Ibrahim Thiaw mendorong para peserta untuk bersatu padu memastikan semua kegiatan dan aspirasi diresapi dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan semua orang. Beliau memuji 129 negara yang telah berkomitmen untuk menetapkan target LDN.
Gerakan Selamatkan Tanah (Save Soil Movement) menawarkan solusi terhadap degradasi lahan pertanian global
Sadhguru, pencetus Gerakan Selamatkan Tanah (Save Soil Movement), merupakan salah seorang pembicara dalam COP15. Disebut “gerakan” karena untuk menyelamatkan tanah dalam skala besar, diperlukan gerakan rakyat yang mengakar.
Menurut Sadhguru, masalah ekologi memang kompleks. Namun, jika kita dapat menawarkan tindakan perbaikan menjadi satu fokus pikiran tunggal yang diartikulasikan secara ringkas dan sederhana, bukan mustahil gerakan rakyat yang sukses dapat tercipta.
“Sejarah upaya ekologis kita menunjukkan sangat sedikit keberhasilan nyata. Sebagian besar karena kita gagal mengubah argumen ilmiah yang kompleks menjadi tindakan sederhana yang mudah dipahami. Protokol Montreal tahun 1987 sering dipuji sebagai satu-satunya perjanjian internasional yang paling sukses hingga saat ini - dan itu terjadi karena ada fokus tunggal untuk melakukan hanya satu hal - menghentikan penipisan lapisan ozon,” demikian beliau memberi contoh (8).