Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Rumah Belajar RBK", Oase bagi Remaja Penyandang Disabilitas Intelektual

21 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 22 Maret 2022   10:31 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiki, penyandang disabilitas intelektual yang terlahir normal | dokumentasi Made Wetane

Pada tahun 2014, Kiki lulus dari SLB. Melihat kemampuan anaknya yang terbatas, Made memahami bahwa sangat kecil kemungkinan dia akan diterima bekerja.

Made memberanikan diri mendirikan "Rumah Belajar RBK", singkatan dari Rumah Belajar Remaja Berkebutuhan Khusus. Ini adalah komunitas yang bertujuan memberdayakan remaja dengan disabilitas intelektual agar dapat tetap berkegiatan setelah menyelesaikan sekolah di SLB.

Awalnya, ada 5 anak yang terlibat bersama orangtua mereka. Made mensyaratkan orangtua ikut terlibat karena komunitas ini bukan sekolah, pun bukan tempat penitipan anak.

Para orangtua setuju bahkan berinisiatif bergotong royong memberikan iuran bulanan untuk membayar keamanan, kebersihan, dan lain-lain. Made tidak menentukan besaran iuran. Hal itu tergantung kesanggupan dan kerelaan para orangtua.

Mula-mula, para remaja diajari membersihkan rumah. Mereka belajar menyapu, mengepel, mengelap kaca, menyiram tanaman, membuat teh, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Hal itu dilatih setiap hari. Sesuatu yang mungkin belum pernah dilakukan para remaja tersebut di rumah mereka.

Seiring berjalannya waktu, Made mengajari mereka matematika dan bahasa Indonesia pada pagi hari. Mereka juga diajari mengenal uang, hari, bulan, tahun, jam, dan sebagainya.

Setelah istirahat, mereka diajari keterampilan dan tata boga secara bergantian. Proyek pertama adalah membuat gelang Rosario.

Ada teman Made yang mengetahui tentang komunitas ini dan memberi order. Ternyata hasilnya memuaskan. Order pun berlanjut beberapa kali.

Seiring berkembangnya kemampuan para remaja, mereka mencoba membuat kue kering. Made lalu menawarkan kepada teman-temannya.

"Tuhan tidak tidur," kata Made. "Ada teman saya yang order cukup banyak. Awalnya karena kasihan. Kue-kue tersebut dia bagikan kepada banyak orang. Ternyata mereka bilang rasanya enak, jadilah order berdatangan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun