Tahun ke 3, Made berkenalan dengan "Precious One", sebuah komunitas tunarungu. Komunitas ini sudah mencoba rasa kue buatan "Rumah Belajar RBK" dan tertarik berkolaborasi.
"Setiap hari besar, kami menerima pesanan sampai ratusan toples. Puji Tuhan!" lanjut Made. "Semua keuntungan hasil penjualan kami bagikan kepada anak-anak."
"Mereka ada yang tidak tahu uang, tetapi kami tetap menghargai upaya mereka. Kami mau angkat derajat mereka lebih baik, dan beri mereka kesempatan yang sama dengan anak-anak normal. Kami tidak mau hanya berharap dari orang lain dan ingin memberdayakan anak-anak agar berani mencoba usaha sendiri," pungkasnya.
Pada hari-hari biasa, setiap hari mereka mengerjakan order rutin untuk mengemas sendok dan tisu dalam kantong plastik. Ini adalah order dari sebuah katering. Setiap bulan, mereka harus menyelesaikan 25.000 paket.
Wasana Kata
Di "Rumah Belajar RBK", para remaja berasal dari berbagai latar belakang. Agama mereka pun berbeda-beda. Made mengajari mereka toleransi.
Bukan itu saja. Mereka juga diajari berbagi dari keuntungan yang diperoleh. Mereka pernah berbagi sembako untuk satpam, tukang sampah, tukang sapu, dan lansia di kompleks.
Made sungguh bersyukur bahwa banyak hati yang tergerak dan ikut membantu. Bayangkan Anda melihat sekelompok remaja penyandang disabilitas intelektual berbagi sembako kepada hampir 100 orang. Mereka menjamu para pekerja kompleks, melayani, dan membawa makanan ke meja makan.