Budaya saling percaya merupakan fondasi imperatif bagi setiap organisasi. Pada umumnya, budaya saling percaya dibangun oleh para pemimpin organisasi.
Namun demikian, sekalipun belum menjadi pemimpin organisasi, insan terpercaya akan senantiasa berperilaku dengan integritas, kompetensi, dan kebajikan.
Menurut Cynthia Bazin, seorang motivator di bidang pengembangan kepribadian, strategi bisnis, dan penjenamaan, ada 9 ciri kepribadian yang dimiliki oleh seorang insan terpercaya. Mari kita sigi satu per satu.
Pertama, mereka autentik (They are authentic)
Melansir psychologytoday, individu yang autentik adalah mereka yang menyelaraskan tindakan dengan nilai-nilai inti dan keyakinan yang dianut. Mereka berusaha menemukan dan bertindak selaras dengan diri mereka yang sebenarnya.
Mereka mungkin mengalami perasaan negatif jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai inti dan keyakinan yang dianut. Perasaan negatif ini dapat berupa ketidaknyamanan ringan hingga rasa bersalah yang berat.
Sebagai contoh, orang yang menjunjung tinggi nilai kejujuran akan merasa tidak nyaman ketika terpaksa berbohong.
Kedua, mereka konsisten (They are consistent)
Menurut KBBI, konsisten dapat berarti tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek. Ketika individu dipersepsikan sebagai insan terpercaya, lingkungan mengharapkan mereka secara konsisten menunjukkan perilaku yang positif.
Namun demikian, secara konsisten menunjukkan perilaku positif bukanlah perkara mudah. Ada hari-hari tertentu ketika kita merasa lelah karena beragam alasan.
Agar dapat berperilaku positif secara konsisten, beberapa orang teman saya memanfaatkan gratitude journal. Setiap malam sebelum tidur, mereka bersyukur atas hal-hal positif yang mereka alami sepanjang hari dan mencatatnya.
Teman saya yang lain membuka hari dengan mengucapkan doa syukur atas nafas kehidupan di hari yang baru. Teman yang lain lagi mempraktikkan meditasi.
Senantiasa bersyukur dan optimis menatap hari depan membantu kita untuk bersikap positif, terlepas dari betapa negatifnya kondisi yang kita hadapi. Â Â
Ketiga, mereka berintegritas (They have integrity)
Stephen L. Carter mendefinisikan integritas sebagai keberanian untuk memegang keyakinan secara teguh dan utuh. Carter membagi proses menuju integritas dengan tiga langkah: discern (membedakan), act (bertindak), state (menyatakan).
Menurut Carter, untuk hidup penuh integritas, individu perlu membedakan apa yang benar dan apa yang salah. Dibutuhkan waktu dan refleksi yang mendalam sebelum seseorang dapat memilih kebenaran.
Langkah berikutnya adalah bertindak mengikuti apa yang seseorang yakini sebagai sesuatu yang benar. Terakhir, apa yang diyakini benar dan diwujudkan dalam tindakan itu juga harus dinyatakan secara verbal.
Integritas mengharuskan seseorang untuk berbicara tentang tindakannya tanpa rasa malu; menjelaskan apa yang dilakukannya sehubungan dengan keyakinan dan pilihannya.
Keempat, mereka berbelas kasih (They are compassionate)
Cynthia Bazin menegaskan bahwa insan terpercaya senantiasa menempatkan kakinya dalam sepatu orang lain. Alih-alih berfokus pada diri sendiri, mereka cenderung memikirkan dan berusaha memahami orang lain.
Melansir psychologicalscience, belas kasih sering dianggap sama dengan empati dan altruisme. Namun sesungguhnya, ketiga hal ini tidak identik.
Empati merupakan cerminan otomatis dari emosi orang lain. Misalnya, ikut merasakan kesedihan seorang teman.
Altruisme adalah tindakan yang menguntungkan orang lain. Tindakan ini bisa disertai empati atau kasih sayang, bisa juga tidak.
Belas kasih melibatkan respons empatik dan perilaku altruistik. Belas kasih didefinisikan sebagai respons emosional ketika kita merasakan penderitaan orang lain dan melibatkan keinginan yang autentik untuk membantu.
Kelima, mereka penuh kebajikan (They are kind)
Dr. David Hamilton, seorang pakar di bidang mind-body connection memperkenalkan 5 efek samping dari kebajikan. Tentu saja, efek samping ini adalah efek samping yang positif.
Kebajikan membuat kita lebih gembira. Ketika kita melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain, kita merasa nyaman. Saat kita melakukan kebajikan, ada sesuatu yang jauh di dalam diri kita yang berkata dengan gembira, 'Inilah saya. Saya telah melakukan sesuatu yang benar'.
Kebajikan baik untuk kesehatan jantung. Tindakan kebajikan sering disertai kehangatan emosional. Kehangatan emosional menghasilkan hormon oksitosin di otak dan di seluruh tubuh. Â
Oksitosin menyebabkan pelepasan zat kimia yang disebut oksida nitrat yang melebarkan pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah.
Kebajikan membuat kita awet muda. Selain mengurangi tekanan darah, hormon oksitosin juga mengurangi tingkat radikal bebas dan peradangan dalam sistem kardiovaskular.
Radikal bebas dan peradangan adalah faktor yang mempercepat proses penuaan. Hormon oksitosin yang dihasilkan tubuh pada saat kita melakukan tindakan kebajikan, memperlambat penuaan pada sumbernya.
Kebajikan meningkatkan kualitas hubungan. Tindakan kebajikan mengurangi jarak emosional antara dua orang sehingga kita merasa lebih 'terikat'. Semakin kuat ikatan emosional dalam kelompok, semakin besar peluang untuk bertahan.
Kebajikan itu menular. Ketika kita melakukan kebajikan, kita menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Sama seperti kerikil yang menciptakan gelombang ketika dijatuhkan ke dalam kolam, demikian pula tindakan kebajikan mengalir keluar menyentuh kehidupan orang lain dan menginspirasi kebaikan ke mana pun ombak itu pergi.
Keenam, mereka penuh sumber daya (They are resourceful)
Insan terpercaya selalu belajar dan berkembang. Mereka adalah pembelajar seumur hidup. Mereka selalu tahu ada ruang untuk menjadi lebih baik.
Mereka tahu cara untuk membantu menginspirasi dan mendukung orang lain. Mereka tidak ragu memberi dan membagikan sumber daya tersebut.
Ketujuh, mereka menjembatani ide-ide (They are connectors)
Menjembatani ide-ide adalah suatu keterampilan yang unik. Mereka mampu menghubungkan ide dan sudut pandang yang tampaknya berbeda.
Mereka mampu melakukan visualisasi saat mendengar suatu ide, kemudian menghubungkannya dengan ide-ide yang lain untuk mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan suatu masalah.
Kedelapan, mereka rendah hati (They are humble)
Insan terpercaya tidak menuntut perlakuan istimewa atas pencapaian mereka. Sebagai bagian dari tim, mereka menyadari dan mengakui bahwa hasil yang dicapai merupakan usaha bersama, bukan pencapaian individu.
Kesembilan, mereka siap sedia (They are available)
Insan terpercaya senantiasa menyediakan diri mendukung orang lain. Mereka memerhatikan orang-orang di sekeliling mereka dan siap sedia mengulurkan tangan pada saat ada yang memerlukan bantuan.
Selamat mempraktikkan 9 ciri kepribadian insan terpercaya menurut Cynthia Bazin. Semoga bermanfaat.
Jakarta, 4 November 2021
Siska Dewi
Referensi: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan
Baca juga: Pentingnya Menjadi Insan Terpercaya di Dunia Kerja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H