Stephen L. Carter mendefinisikan integritas sebagai keberanian untuk memegang keyakinan secara teguh dan utuh. Carter membagi proses menuju integritas dengan tiga langkah: discern (membedakan), act (bertindak), state (menyatakan).
Menurut Carter, untuk hidup penuh integritas, individu perlu membedakan apa yang benar dan apa yang salah. Dibutuhkan waktu dan refleksi yang mendalam sebelum seseorang dapat memilih kebenaran.
Langkah berikutnya adalah bertindak mengikuti apa yang seseorang yakini sebagai sesuatu yang benar. Terakhir, apa yang diyakini benar dan diwujudkan dalam tindakan itu juga harus dinyatakan secara verbal.
Integritas mengharuskan seseorang untuk berbicara tentang tindakannya tanpa rasa malu; menjelaskan apa yang dilakukannya sehubungan dengan keyakinan dan pilihannya.
Keempat, mereka berbelas kasih (They are compassionate)
Cynthia Bazin menegaskan bahwa insan terpercaya senantiasa menempatkan kakinya dalam sepatu orang lain. Alih-alih berfokus pada diri sendiri, mereka cenderung memikirkan dan berusaha memahami orang lain.
Melansir psychologicalscience, belas kasih sering dianggap sama dengan empati dan altruisme. Namun sesungguhnya, ketiga hal ini tidak identik.
Empati merupakan cerminan otomatis dari emosi orang lain. Misalnya, ikut merasakan kesedihan seorang teman.
Altruisme adalah tindakan yang menguntungkan orang lain. Tindakan ini bisa disertai empati atau kasih sayang, bisa juga tidak.
Belas kasih melibatkan respons empatik dan perilaku altruistik. Belas kasih didefinisikan sebagai respons emosional ketika kita merasakan penderitaan orang lain dan melibatkan keinginan yang autentik untuk membantu.
Kelima, mereka penuh kebajikan (They are kind)
Dr. David Hamilton, seorang pakar di bidang mind-body connection memperkenalkan 5 efek samping dari kebajikan. Tentu saja, efek samping ini adalah efek samping yang positif.