Kepercayaan tersebut, menurut kakek, tidak datang begitu saja. Perlu perjalanan panjang dan pembuktian untuk mendapatkan kepercayaan tersebut. Karena itu, amanah harus dirawat dengan baik.
Dari cerita kakek, saya memupuk rasa cinta dan hormat kepada ayahÂ
Seringkali, ketika kakek memuji saya, beliau juga memuji ayah.
"Kamu pintar, seperti ayahmu."
"Karanganmu dipuji guru, kamu memang berbakat mengarang, seperti ayahmu."
"Kamu mau jadi guru? Jadilah guru yang baik seperti ayahmu. Murid-muridnya senang padanya."
"Ayahmu dulu rajin. Selain menjadi guru, dia juga mengerjakan pembukuan, seperti kakek."
Setelah saya dewasa, saya mengerti. Itulah cara kakek "menghidupkan kembali" ayah di hati saya. Meskipun saya hanya mengenal ayah dari foto dan tidak memiliki kenangan langsung dengan beliau, ayah tetap memiliki tempat khusus di hati saya.
Kakek adalah sosok "ayah" bagi saya, namun kakek tidak mau mengambil seluruh tempat di hati saya. Kakek berbagi tempat dengan ayah, membuat saya merasa ayah kandung saya adalah ayah yang tetap patut saya cintai, saya hormati, saya banggakan.
Jakarta, 26 Oktober 2020
Siska Dewi
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H