Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Permata Hati, Anugerah dan Amanah dari Sang Pencipta (3)

19 Juli 2020   19:44 Diperbarui: 19 Juli 2020   19:44 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku baru bisa mengenali wajah-wajah para petugas setelah dipindahkan ke ruang perawatan dengan monitor yang masih menempel. Operasi dimulai pukul 5.30 dan aku baru kembali ke ruang perawatan pada pukul 13.00. Aku merasa sangat lelah dan mengantuk.

Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

Sore hari, Dhika datang menjenguk bersama Dewi dan ibu. Mereka diam tidak membahas apapun. Aku merasa curiga karena sikap Dewi yang tidak ceria seperti biasa, padahal aku tahu dia sudah sangat tidak sabar menanti kehadiran seorang adik.

Ketika aku bertanya mengapa bayiku belum diantar ke ruangan sampai sore, Dhika hanya menjawab mungkin nanti malam. Aku tahu Dhika berbohong. Aku merasakan ketidakjujuran itu dari matanya yang tak berani menatap mataku, dari nada suaranya yang ragu-ragu, dan dari caranya mengalihkan pembicaraan agar aku tidak bertanya tentang bayi lagi.

Pada malam harinya, Dhika bercerita bahwa Dewa, demikian kami menamai bayi kami, harus masuk NICU kira-kira dua jam setelah dilahirkan karena kondisi pernafasannya yang menurun.

Kami berdua menangis malam itu. Hatiku sangat galau dan aku ingin bisa segera berjalan untuk melihat kondisi Dewa. Dhika berusaha menenangkan aku, walaupun aku dapat merasa bahwa sebenarnya dia juga tidak tenang karena belum bertemu dengan dokter NICU yang menangani Dewa.

Malam itu kami benar-benar bersujud memohon kepada Tuhan, dan berusaha membaca literatur serta menelpon saudara yang berprofesi dokter untuk memastikan kondisi bayi kami.

Keesokan harinya, karena dokter Ivan harus keluar kota, ada dokter pengganti yang datang untuk memeriksa kondisiku. Ternyata aku masih dipasangi tampon untuk menghentikan pendarahan dan hasil pemeriksaan hari itu menunjukkan Hb masih di bawah 8. Aku harus diberi transfusi satu kantong darah lagi.

Sore harinya, aku diizinkan untuk melihat Dewa di NICU. Dhika berpesan, "Kamu harus kuat. Kalau hati kamu kuat dan semangat, bayi kita pun akan merasakan hal yang sama".

Aku menahan tangis melihat tubuh kecil Dewa dipasangi selang yang terhubung ke mesin CPAP (Continuous Positive Airway Pressure). Dokter mengatakan, Dewa menderita Transient Tachypnea Newborn (TTN) dd Hyaline Membrane Disease (HMD). Dengan alat bantu pernapasan CPAP ini, aliran udara yang mengandung oksigen didorong ke hidung dan mulut Dewa.

Menurut penjelasan dokter spesialis anak yang menangani Dewa, selama dalam kandungan, paru-paru bayi masih berisi cairan yang dikeluarkan oleh alveolus (tempat pertukaran udara dengan darah) untuk mempertahankan fungsi dan perkembangannya yang normal.

Idealnya, cairan ini harus dikosongkan agar paru-paru dapat terisi dengan udara. Untuk mencapai hal ini, otak bayi akan merangsang sistem saraf selama masa menjelang kelahiran untuk membuat cairan paru-paru tersebut diserap ke pembuluh darah paru-paru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun