Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anugerah yang Terindah

27 Juni 2020   00:11 Diperbarui: 27 Juni 2020   00:14 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum dokter sempat memberi instruksi kepada suster, saya menyahut, “Saya tidak mau disuntik.”

Kini, giliran dokter dan suami saya yang memandang saya dengan ekspresi tidak mengerti.

“Jadi, mau tetap operasi hari ini atau mau disuntik agar kandungannya bisa bertahan sebelas hari lagi?” dokter bertanya sambil memandang saya dengan sebal.

“Tidak mau dua-duanya,” jawab saya sambil berusaha bangun. Saya pegang tangan suami saya. “Ayo, kita pulang saja.”

Saya tidak ingat prosedur administrasi seperti apa yang saya jalani saat itu dan bagaimana respons dokter dan para suster. Yang saya ingat hanya satu hal. Saya tidak mau merisikokan nyawa saya dan nyawa anak saya di tangan seorang dokter yang tidak mau bertanggung jawab. 

Menurut saya, langsung memutuskan untuk menunda persalinan hingga sebelas hari kemudian tanpa memeriksa kondisi janin dari pasien yang sudah mengalami pendarahan dan kontraksi, adalah suatu kecerobohan. Dan saya tidak mau menyerahkan diri saya dioperasi oleh dokter yang ceroboh.

Karena sudah jam makan siang, kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Dalam perjalanan, suami saya bertanya apa rencana saya. “Pulang saja. Nanti sampai rumah baru kita pikirkan.”

Sampai di rumah, Mama bertanya mengapa kami pulang lagi. Saya hanya menceritakan bahwa dokter menganggap belum waktunya saya melahirkan, tetapi saya berniat mencari opini dari dokter yang lain. Mama menyuruh saya tiduran, lalu segera masuk ke dapur untuk menyiapkan makan siang bagi saya dan suami saya.

Sambil makan, saya teringat dokter kandungan senior yang telah membantu saya ketika melahirkan anak saya yang pertama sampai yang ketiga. “Habis makan saya coba telpon tempat praktek dokter Harry ya … semoga dokternya tidak keluar kota dan semoga nanti sore beliau praktek.”

“Kamu tidak pernah periksakan diri ke dokter Harry sejak awal kehamilan, lalu tiba-tiba kamu mau datang dan minta beliau membantu proses persalinan. Kamu yakin dokternya mau?” tanya suami saya.

Sejak mengandung anak pertama hingga anak ketiga, saya menjadi pasien dokter Harry. Namun, menjelang ulang tahun pertama anak ketiga, kami pindah rumah. Dan ketika saya hamil anak keempat, kami memutuskan untuk memeriksakan ke dokter kandungan yang praktek dekat rumah. Semoga dokter Harry berkenan membantu saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun