Mohon tunggu...
Annabel MariaS
Annabel MariaS Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hai frens

Selanjutnya

Tutup

Film

Berbeda-beda namun Tidak Satu Jua, Resensi Film Tanda Tanya

13 Maret 2022   20:08 Diperbarui: 15 Maret 2022   10:54 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Mahaka Pictures

Identitas film

Judul: Tanda Tanya

Sutradara: Hanung Bramantyo

Produser: Celerina Judisari & Hanung Bramantyo

Genre: Drama, religi

Pemeran: 

  • Reza Rahadian

  • Revalina S. Temat

  • Agus Kuncoro

  • Endhita

  • Rio Dewanto

  • Hengky Solaiman

  • Deddy Sutomo

Durasi film: 100 menit

Distributor: Dapur Film, Mahaka Pictures

Rilis: 7 April 2011

Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan. Dengan adanya lebih dari 300 kelompok etnik, 718 bahasa daerah, dan 6 agama yang diakui di Tanah Air kita. Indonesia pun memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu.” Meskipun semboyan kita mengedepankan persatuan di tengah perbedaan, nyatanya persatuan tersebut tidak selalu terwujud. 

Kita pasti tahu ada banyak konflik yang terjadi di Indonesia karena perbedaan suku, agama, ras, dan budaya. Maka, pada kesempatan kali ini saya akan menilik sebuah film yang menunjukkan realita dari penyebab banyaknya perbedaan terhadap negara kita tercinta.

Film Tanda Tanya mengisahkan tentang berbagai konflik antar agama, ras, dan budaya yang ada di Indonesia. Film ini memfokuskan cerita antara tiga keluarga yang hidup di daerah Pecinan, Semarang. Keluarga pertama adalah Rika yang merupakan seorang konver Katolik, dan anaknya Abi yang menetap sebagai Muslim. 

Keluarga kedua adalah Menuk dan suaminya Soleh, yang merupakan pasangan pemeluk agama Muslim. Terakhir adalah keluarga Tionghoa Indonesia, Tan Kat Sun, istrinya Lim Giok Lie, anak mereka Ping Hen (Hendra), dan mereka memeluk agama Buddha.

Tan Kat Sun memiliki restoran masakan Tionghoa yang menyajikan berbagai masakan termasuk daging babi. Meskipun begitu, restorannya memiliki klien dan staf yang beragama Muslim. Karena itu, Tan Kat Sun memastikan bahwa peralatan dapur yang digunakan untuk memasak babi dibedakan dengan peralatan untuk memasak hidangan lainnya. 

Salah satu staf Tan Kat Sun di restorannya adalah Menuk. Menuk bekerja untuk mendukung suaminya, Soleh yang sedang menganggur. Soleh merasa terus tertekan dan malu atas posisinya yang masih menganggur, sehingga Ia berencana untuk menceraikan Menuk. Pada umurnya yang sudah tergolong lansia, Tan Kat Sun jatuh sakit sehingga sulit baginya untuk menjalankan restoran.

Restoran pun lanjut dikelola oleh Hendra, anak dari Tan Kat Sun. Namun, cara Hendra mengelola restoran jauh berbeda dengan cara ayahnya. Hendra telah memutuskan untuk menyediakan masakan dari daging babi secara eksklusif, yang mengakibatkan restoran tersebut kehilangan klien Muslim mereka. 

Hendra juga sering menjadi penyebab terjadinya konflik antara Soleh dan Menuk, terlebih karena Hendra pernah menjadi kekasih Menuk dahulu. Hal tersebut pastinya menambah beban dalam hati Menuk. Ia pun berpaling ke temannya, Rika dan berharap Rika bisa membantunya. Rika pun sedang menjalani masalahnya sendiri. 

Setelah Ia bercerai dengan suaminya yang menikahi perempuan lain, Rika memutuskan untuk dibaptis dan masuk ke dalam agama Katolik. Dalam perjalanannya berpindah agama, anaknya, Abi yang menetap sebagai Muslim mengalami pengucilan dari teman-temannya. Karena, mereka menganggap Abi mempunyai ibu yang telah melakukan dosa besar dan telah meninggalkan Allah. 

Dalam masa-masa sulitnya ini, Rika memiliki Surya yang selalu mendukungnya. Surya merupakan seorang aktor Muslim yang sedang mengalami kegagalan dalam karirnya. Sudah 10 tahun Ia menjadi seorang aktor, namun selama ini hanya mendapatkan peran figuran. Sampai pada suatu hari, Rika menawarkan Surya untuk mengikuti drama Jumat Agung di Gereja.

 Setelah menyetujui, ternyata Surya mendapatkan peran sebagai Yesus di drama Jumat Agung. Hal tersebut pastinya menimbulkan pertentangan dari beberapa umat Gereja. Salah satunya adalah Doni, kenalan Rika yang Ia temui dalam perjalanannya untuk dibaptis. Pertentangan tersebut telah diatasi oleh Pastor Gereja, dan Surya melanjutkan untuk memainkan peran Yesus dengan sangat baik. 

Di tempat lain, kehidupan pernikahan Menuk dengan Soleh kembali membaik karena Soleh telah mendapatkan pekerjaan sebagai anggota kelompok amal Islam, Nahdlatul Ulama (NU). 

Meskipun menurut Menuk pekerjaan Soleh berbahaya, Ia tetap mendukung cita-cita suaminya. Namun, restoran Tan Kat Sun masih mengalami kesulitan. Dengan kondisi kesehatannya yang semakin memburuk, Tan Kat Sun harus cepat-cepat mengajarkan Hendra cara mengelola restoran. Namun Hendra tidak menghiraukan ayahnya, dan tetap menjalankan restoran sesuai dengan kehendaknya sendiri.

 Aturan Tan Kat Sun adalah, selama bulan Lebaran restoran tidak menjual babi, serta staf restoran diliburkan selama lima hari untuk merayakan Idul Fitri. Namun, Hendra keras kepala dan tetap menjual babi selama bulan Lebaran, dan staf hanya diberikan waktu libur satu hari, yaitu pada hari pertama Idul Fitri. 

Saat restoran dibuka pada hari kedua Idul Fitri, tampaknya hal tersebut menimbulkan pertentangan keras dari warga Muslim sekitar. Akibatnya, sekelompok dari mereka menyerang dan merusak restoran. 

Salah satu anggota kelompok tersebut adalah Soleh, yang memukul Tan Kat Sun dengan batang kayu. Tubuhnya yang ringkih tidak kuat menerima pukulan tersebut, sehingga pada akhirnya Tan Kat Sun meninggal dunia. Insiden tersebut mengakibatkan Menuk sangat kecewa terhadap Soleh, sehingga Ia terus menghindari Soleh dimanapun mereka berada.

Sebelum meninggal, Tan Kat Sun sempat meninggalkan wasiat kepada Hendra bahwa Ia harus merubah hidupnya dan memilih jalannya sendiri. Tan Kat Sun selalu menghargai semua agama, meskipun terkadang penghargaan itu tidak dikembalikan kepadanya. Hendra mulai menyadari mengapa Ia harus menghargai agama lain setelah Ia membaca 99 Nama Allah. 

Dari situ, Hendra mulai memeluk agama Muslim dan kembali mengelola restoran dengan menjual makanan halal, dan lebih menghargai stafnya. Hari raya Natal pun tiba, dan Surya mendapatkan peran lagi dalam drama Gereja, yaitu sebagai Yusuf pada drama Kisah Kelahiran Yesus. 

Selama Menuk membantu menyediakan makanan untuk para petugas misa Natal, Soleh menyempatkan pergi dari pos jaganya untuk mencoba berbicara kepada Menuk. Namun, karena masih kecewa dengan suaminya, Menuk tidak menghiraukan Soleh. 

Saat Soleh masuk ke dalam Gereja, Ia menemukan sebuah kotak di belakang kursi umat yang ternyata adalah sebuah bom. Soleh merasa ragu dengan apa yang akan Ia lakukan dengan bom tersebut. Ia terus mengingat kenangan bersama istrinya Menuk, dan peringatan yang diberikan Menuk atas betapa bahayanya pekerjaannya itu. 

Pada akhirnya Soleh berlari keluar Gereja membawa bom tersebut. Ledakan dari bom ikut merenggut nyawa Soleh, namun tidak ada umat Gereja yang tewas maupun cedera. Untuk menghormati pengorbanannya, di gantilah nama pasar di Pecinan dari “Pasar Baru” menjadi “Pasar Soleh.”

Setelah meluncur di bioskop, film ini memunculkan kontroversi yang cukup besar di kalangan masyarakat, bahkan sampai sempat tidak lulus sensor. Beberapa kelompok dari agama Muslim sempat menentang keras film Tanda Tanya, sebab menurut mereka film ini terlalu liberal dan tidak sesuai dengan pandangan-pandangan hidup mereka. Bahkan pemuda dari Nahdlatul Ulama mengecam film ini, karena ditayangkan bahwa anggota Banser dibayar atas tugas-tugas amal mereka. 

Padahal, hal tersebut tidaklah benar. Pluralisme yang hadir dalam film ini juga sempat dikecam oleh Kelompok Islam konservatif Front Pembela Islam. Meskipun menerima banyak reaksi negatif dari beberapa kelompok masyarakat Indonesia, film Tanda Tanya telah menerima sepuluh nominasi, serta memenangkan satu penghargaan dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2011. Film Tanda Tanya memenangkan Best Cinematography dalam Film Festival tersebut.  

Jika kita meneliti lebih dari kontroversinya, kita bisa mengambil banyak kelebihan dari film ini. Kelebihan paling besar yang dapat diambil ialah, bagaimana film ini menunjukkan realita hidup dalam perbedaan di negara kita. 

Kenyataannya, kehidupan kita tidak memenuhi motto negara. Kami berbeda-beda, namun belum satu jua. Di dalam Film Tanda Tanya telah digambarkan dengan jelas berbagai macam konflik yang disebabkan oleh perbedaan suku, agama, ras, dan budaya. Selain itu, judul film ini yang hanya berupa “?” cukup menarik bagi saya. Selain dapat menarik perhatian masyarakat untuk menonton, judul film tersebut juga berarti.

 Menurut saya simbol “?” bisa diartikan sebagai sebuah pertanyaan atas alasan terjadinya berbagai konflik yang sering terjadi. Seperti, kemana sebenarnya toleransi kita pergi? Mengapa kita selalu menyalahkan agama dan budaya orang yang berbeda dengan kita? Dan menurut saya makna dari film tersebut sangat menarik. 

Selain itu, sang sutradara film (Hanung Bramantyo), sambil Ia menampilkan pesan-pesan dalam bentuk film, Ia tidak menargetkan siapapun. Maksudnya adalah, Hanung memperlihatkan realita kepada penonton tanpa maksud menceramahi, ataupun menargetkan penonton. Namun, film tersebut Ia jadikan sebagai kaca yang menyadarkan kita sebagai penonton.

Meskipun begitu, film Tanda Tanya tidak lepas dari beberapa kelemahan yang dimilikinya. Meskipun topik yang dibahas  penting dan juga menarik perhatian, ada beberapa adegan dalam film yang kurang pas untuk dimasukkan. Beberapa kali saat pemeran film memaki-maki satu sama lain, bahasa yang mereka gunakan terlalu kasar untuk dimasukkan ke dalam film. 

Meskipun tujuannya untuk menunjukkan realita konflik masyarakat, menurut saya akan lebih baik jika menggunakan bahasa yang tidak kasar namun tetap menunjukkan inti dari film tersebut. Selain itu, dalam permainan film terlihat beberapa kali kurangnya emosi dari para pemain. Contohnya pada adegan saat Tan Kat Sun pingsan secara tiba-tiba, reaksi dari para pemain sedikit mengecewakan. 

Lalu, ada beberapa adegan di mana saya tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan para pemain, tanpa bantuan subtitle. Terlepas dari kekurangan di atas, menurut saya pribadi film Tanda Tanya ini adalah film yang sangat menarik dan dapat mengedukasi serta menyadarkan kita sebagai masyarakat Indonesia.

Karena film Tanda Tanya sempat menimbulkan kontroversi dikarenakan topiknya yang sensitif, film ini lebih cocok ditonton untuk remaja berumur 15 atau 16 tahun ke atas. 

Selain topik yang sensitif, menurut saya film ini akan sulit diserap bagi anak-anak di bawah 15 tahun. Lalu seperti yang saya sampaikan tadi, film ini memakai kata-kata yang cukup kasar dan akan menimbulkan masalah besar jika dipakai di kehidupan nyata. Oleh karena itu, lebih baik film ini ditonton oleh masyarakat yang cukup umur dan sudah pandai berpikir dengan kritis. 

Selain itu, film ini juga saya rekomendasikan kepada masyarakat yang ingin mengedukasi diri tanpa memfokuskan perhatian kepada hal-hal yang negatif saja. Karena meskipun topik seperti ini masih sangat sensitif untuk dibahas, ada banyak hal baik yang mengajarkan toleransi di dalam film ini. Contoh jelasnya adalah bagaimana Tan Kat Sun selalu menghormati staf serta klien restorannya yang berbeda agama dari dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun