Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejenak Mengenang Probosutejo (1930 - 2018)

27 Maret 2018   16:56 Diperbarui: 14 September 2018   17:50 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mantan guru, Probo tak melupakan dunia pendidikan. Disamping mendirikan Universitas Mercubuanan di Jakarta dan Yogyakarta, juga pernah membantu universitas swasta miik ormas keagamaan besar di Medan dan Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa. Bahkan Probo memelopori penyelenggaraan Temu Karya Nasional Tamansiswa di Hotel Indonesia, pada 7 Mei 1985. Dibuka Presiden Suharto, Temu Karya Nasional Tamansiswa itu mendengarkan prasaran tiga menteri, yakni Menteri Pendidikan, Menteri Agama dan Menteri Lingkungan Hidup.Tidak kurang dari 14 kertas kerja telah dibahas. Melibatkan banyak ilmuwan seperti profesor dan doktor. Salah satu tokoh yang terlibat dalam Temu Karya Nasonal Tamansiswa yang digagas Probosutejo adalah Dr.Sri Edi Swasono, dosen UI yang juga menantu Bung Hatta.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Probo juga meninggalkan karya tulis jurnalistik, sampai-sampai mendapat pujian dari wartawan kawakan Rosihan Anwar. Karya tulisnya itu terdiri dari dua jilid, berjudul,"Ngudar Roso Mulat Sariro" (Mengungkap Isi Hati dan Mawas Diri ), terbit tahun 1994. Buku itu disertai semboyan pegangan hidup penulisnya," Tan Kenging Lepat, Tebih Ing Ajrih" ( Karena tidak salah, bebas dari ketakutan). Buku satu terdiri dari 223 halaman dan buku dua, 276 halaman. Dalam sambutannya mengantarkan buku itu kepada pembacanya, Rosihan Anwar memuji ketekunan Probo sebagai penulis kolom di harian Berita Buana, yang ditulisnya nyaris hampir setiap hari. "Padahal Probo manusia sibuk dengan sederet perusahaan yang dikendalikannya," tulis Rosihan Anwar. Rupanya bakat menulis Probo, sudah tampak saat menjadi penulis buku teks mata pelajaran yang diampunya saat dia masih meniti karir sebagai guru.

Karir Probosutejo mulai meredup setelah Orde Baru tumbang, dan Orde Reformasi muncul menggantikannya. Sebagai Keluarga Cendana, Probosutejo banyak pasang badan menghadapi serangan-serangan dari elit penguasa baru anti Orba yang diarahkan kepada keluarga Cendana. Buntutnya, Probo tersandung kasus hukum dana reboisasi hutan tanaman industri (2005),  dan harus mendekam di LP.Sukamiskin, Bandung.  Setelah menjalani masa tahanan 2/3 dari hukuman empat tahun, pada Maret 2008, Probo kembali menghirup udara bebas. Sejak itu nama Probo jarang muncul dari hingar bingar politik yang diunggah media massa.

Satu-satunya aktivitas yang masih digelutinya, dia bersedia menerima jabatan sebagai Ketua Badan Pembina Tamansiswa (2011-2016), setelah dia menunjuk Dr.Edi Sri Swasono untuk memimpin Majelis Luhur Tamansiswa. Duet Probosutejo- Sri Edi Swasono dipucuk pimpinan Tamansiswa, jelas merupakan realisasi hasil Temukarya Nasional Tamansiswa tahun 1985, yang tertunda cukup lama, untuk membantu memberbaiki kualitas Perguruan warisan Ki Hadjar Dewantara. Hari Senin, tanggal 26 Maret 2018, Probosutejo wafat di RSCM, dengan tenang pada usia 87 tahun (1930- 2018 ). Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga, Dusun  Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Godean, Yogyakarta. Selamat jalan, Pak Probo. [Bandung,027/03/2018]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun