“Silihwarna, kamu memang tukang judi yang keras kepala. Sebelum nyawamu melayang, aku mau tanya dari mana kamu belajar jurus harimau putih? Siapa gurumu?” tanya Raden Kamandaka. Mereka berdua kini sudah berhadap-hadapan. Pengiring Tumenggung Silihwarna yang belum sempat dipersenjatai itu berdiri berkerumun di tempat yang agak jauh.
“Bukannya terbalik? Hai, Kamandaka, seharusnya kamu lebih dulu yang menjelaskan siapa gurumu, karena kamulah yang akan tewas lebih dulu.”(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H