Anjing pelacak terus bergerak mendekati tempat Raden Kamandaka. Dengan mudah memang anjing pelacak itu menemukan tempat persembunyian Raden Kamandaka. Rupanya anjing pelacak itu sengaja dilepaskan sendirian saja, sedangkan tuannya sendiri menunggu di pinggir hutan tidak berani masuk untuk bertempur melawan Raden Kamandaka.
Mula-mula anjing pelacak itu terus-menerus menyalak, bisa jadi untuk memberi tahu tuannya. Tetapi begitu Raden Kamandaka berdiri dan memandang anjing pelacak itu, seketika anjing pelacak itu berhenti menyalak. Ketika Raden Kamandaka menggerak-gerakkan tangannya meminta anjing pelacak mendekat, anjing pelacak itu langsung mendekati kaki Raden Kamandaka. Raden Kamandaka membungkuk dan mengusap-usap anjing itu.
“Kakang Rekajaya, ada tulang sisa pepes ayam? Berikan padanya dan kurunglah. Si Mercu suruh keluar dulu saja,” perintah Raden Kamandaka pada Rekajaya.
Rekajaya segera memberi makan anjing pelacak itu dengan sisa-sisa tulang pepes ikan, kemudian mengurungnya dengan kurungan ayam. Kurungan itu kemudian ditindih dengan batu yang cukup berat. Si Lutung dan si Mercu berebut naik ke atas kurungan. Tetapi akhirnya si Lutung mengalah. Dia meloncat ke atas pohon tidak jauh dari tempat duduk Raden Kamandaka.(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H