gender telah menjadi isu yang semakin disoroti oleh seluruh dunia pada era modern ini. Â Pada 6 Mei 2024 Badan Pusat Statistik Indonesia Mencatat Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, yang sebelumnya pada tahun 2022 sebesar 0,459 menjadi sebesar 0,447 pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender di Indonesia mengalami peningkatan.Â
Isu kesetaraanMeskipun beberapa kemajuan dalam memperjuangkan kesetaraan telah tercapai, namun masih terdapat banyak tantangan dan hambatan yang harus diatasi untuk mencapai kesetaraan gender yang sesungguhnya. Tantangan kesetaraan gender yang masih sering terjadi diantaranya :
1. Budaya Patriarki yang Masih MendominasiÂ
Di Indonesia budaya patriarki masih menjadi pemicu utama ketidaksetaraan gender. Tuntutan untuk perempuan bahwa sebagai perempuan harus bisa melakukan semua pekerjaan domestik seperti mencuci, memasak, menjaga kebersihan rumah dan sebagainya. Namun, jika dari mereka ada yang tidak memiliki kemampuan tersebut, pasti akan menjadi cibiran.Â
Sedangkan untuk laki-laki, mereka hanya dituntut untuk bekerja mencari nafkah, banyak laki-laki yang masih merasa bahwa mereka tidak berkewajiban melakukan pekerjaan rumah. Sejak dahulu memang perempuan cenderung melakukan pekerjaan domestik, sementara laki-laki bertanggung jawab mencari nafkah. Hal ini memang wajar jika keduanya sepakat, namun pada kenyataannya banyak juga perempuan yang sembari bekerja untuk menambah penghasilan.
2. Streotip Gender dalam Pendidikan maupun Pekerjaan
Dalam dunia pendidikan dan pekerjaan streotip gender masih terlihat jelas. Terdapat persepsi bahwa laki-laki lebih banyak didukung untuk memilih bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Matemathics), sementara perempuan lebih diarahkan pada bidang studi seni, sastra, keperawatan.Â
Streotip seperti ini dapat membatasi kesempatan perempuan yang memiliki minat pada bidang STEM, serta membatasi laki-laki yang memang tertarik dan memiliki bakat pada bidang studi selain STEM. Selain itu, ada streotip bahwa laki-laki lebih cocok untuk posisi kepemimpinan karena dianggap lebih tegas dan berwibawa, sedangkan perempuan dianggap kurang tegas dan emosional.
3. Diskriminasi di Tempat Kerja
Meskipun sudah ada undang-undang yang melarang dikriminasi, tetapi pada kenyataanya masih ada diskriminasi yang terlihat di tempat kerja seperti kesenjangan gaji antara laki-laki dengan perempuan, dalam banyak industri wanita dibayar lebih rendah daripada laki-laki untuk pekerjaan yang sama.Â
Ada banyak sekali perempuan yang sangat berbakat, namun banyak dari mereka yang sering menghadapi fenomena Glass Ceiling (hambatan tak terlihat) yang membuat perempuan sulit meraih puncak karir mereka. Serta kondisi lingkungan kerja yang tidak ramah, banyak perempuan yang mengalami diskriminasi dalam bentuk pelecehan seksual maupun penghinaan verbal yang berpotensi memiliki dampak psikologis.