Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Uyghur Merayakan Hari East Turkestan Republic

12 November 2022   06:24 Diperbarui: 12 November 2022   06:27 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang Uyghur ditahan di sebuah kamp interniran di Xinjiang, China. | Sumber: uyghurcongress.org

Dengan menambahkan radikalisme agama dan keterlibatan kelompok teror internasional seperti al-Qaeda dan Taliban, banyak kelompok radikal Muslim Uyghur menerima pelatihan dan senjata dari Pakistan dan Afghanistan untuk melawan rezim China yang represif.

Antara tahun 1990 hingga 2016, ada begitu banyak serangan teror di China. Sebagai contoh, tahun 2014 adalah yang terburuk, yang menyaksikan 37 serangan teror dan 322 orang tewas.

China mengambil tindakan yang sangat keras untuk mengekang tiga kejahatan -- terorisme, separatisme dan ekstremisme agama -- tetapi jutaan orang Uyghur menjadi korban penindasan yang kejam.

Orang-orang Uyghur melakukan aksi protes di depan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York. | Sumber:  SFT HQ/eurasiantimes.com
Orang-orang Uyghur melakukan aksi protes di depan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York. | Sumber:  SFT HQ/eurasiantimes.com

Pada tanggal 5 Februari 1997, terjadi pembantaian Gulja yang menewaskan lebih dari 100 orang. Itu adalah protes damai di kota Gulja di Xinjiang tetapi polisi menekan protes tersebut dengan keras.

Pada tahun 2009, terjadi bentrokan etnis yang serius antara Muslim Uyghur dan Han China di mana hampir 200 orang tewas (menurut versi pemerintah).

Uyghur perlu hidup dengan damai, bebas dan mandiri di tanah leluhur mereka sendiri karena mereka tidak bisa lagi melakukannya di bawah kekuasaan China. Mereka ingin China untuk segera menghentikan penganiayaan agama dan budayanya di Turkistan Timur.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun