Dengan menambahkan radikalisme agama dan keterlibatan kelompok teror internasional seperti al-Qaeda dan Taliban, banyak kelompok radikal Muslim Uyghur menerima pelatihan dan senjata dari Pakistan dan Afghanistan untuk melawan rezim China yang represif.
Antara tahun 1990 hingga 2016, ada begitu banyak serangan teror di China. Sebagai contoh, tahun 2014 adalah yang terburuk, yang menyaksikan 37 serangan teror dan 322 orang tewas.
China mengambil tindakan yang sangat keras untuk mengekang tiga kejahatan -- terorisme, separatisme dan ekstremisme agama -- tetapi jutaan orang Uyghur menjadi korban penindasan yang kejam.
Pada tanggal 5 Februari 1997, terjadi pembantaian Gulja yang menewaskan lebih dari 100 orang. Itu adalah protes damai di kota Gulja di Xinjiang tetapi polisi menekan protes tersebut dengan keras.
Pada tahun 2009, terjadi bentrokan etnis yang serius antara Muslim Uyghur dan Han China di mana hampir 200 orang tewas (menurut versi pemerintah).
Uyghur perlu hidup dengan damai, bebas dan mandiri di tanah leluhur mereka sendiri karena mereka tidak bisa lagi melakukannya di bawah kekuasaan China. Mereka ingin China untuk segera menghentikan penganiayaan agama dan budayanya di Turkistan Timur.
Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H