Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Masyarakat Hong Kong Memperingati Protes 12 Juni, Mengesampingkan Ancaman dan Kurangnya Kebebasan

11 Juni 2022   17:28 Diperbarui: 11 Juni 2022   17:45 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

China telah memperketat kontrol penuhnya atas urusan Hong Kong sejak tahun 2019. Orang-orang tidak memiliki kebebasan sama sekali. Pandemi COVID-19 saat ini semakin memperburuk keadaan.

Aktivis dan mahasiswa sekarang menghadapi pilihan suram: pengasingan, sensor diri atau penjara.

Menurut Financial Times, semakin banyak anak muda yang menolak identitas China yang mereka lihat didominasi oleh Partai Komunis demi identitas Hong Kong yang terpisah. Hanya 3 persen warga Hong Kong yang berusia antara 18 dan 29 tahun yang menggambarkan diri mereka sebagai "China" secara luas dalam jajak pendapat baru-baru ini oleh Universitas Hong Kong - terendah sejak serah terima.

"Ketegangan yang meningkat antara China dan Hong Kong telah mempolitisasi generasi yang telah dewasa sejak tahun 1997. Itu berarti sikap apatis kaum muda tidak terlalu menjadi masalah di sini daripada di tempat lain. Tapi ini merupakan suatu kekhawatiran besar bagi Beijing, yang takut akan ancaman separatisme, dari Tibet hingga Hong Kong," lapor Financial Times baru-baru ini.

Karena situasi ekonomi dan politik yang memburuk serta peningkatan mendadak sejumlah besar kasus COVID-19, puluhan ribu warga Hong Kong telah pindah ke negara lain seperti Australia, Singapura, Kanada, Inggris dan AS. Selama dua tahun terakhir, lebih dari 150.000 orang bermigrasi ke negara-negara tersebut. Semakin banyak yang akan bergabung di masa depan.

Kebebasan di Hong Kong mungkin telah hilang tetapi orang-orang bertekad untuk melawan pemerintah Hong Kong yang dikendalikan oleh Komunis China untuk mendapatkan kembali hak-hak mereka. Hanya dalam 25 tahun sejak tahun 1997, Hong Kong berakhir seperti Tibet dan Xinjiang. Tidak ada jaminan bahwa China akan memenuhi janjinya. Karena itulah, Taiwan bertekad untuk menolak segala upaya China untuk menguasai Taiwan.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun